Dibalik wanita yang lugu, ada laki-laki yang tegas dan selalu melindunginya, namun apakah Arkan akan terus bersembunyi dibalik kata persahabatan?
Ikuti kisah mereka di dalam novel yang bertajuk, Kania Si Gadis Lugu.
Happy Reading 😊.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Goresan_Pena421, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kania sakit
Kania benar-benar tidak mau di gendong, tetapi akhirnya mereka sampai di parkiran, dan Arkan langsung membawa Kania pulang.
Kondisi Kania tidak baik, dan ia benar-benar lemah, Arkan mencoba mengingat, dan ia paham bahkan ini serang menstruasi juga, sakit juga semua di rasakan oleh Kania, dan itu membuat Arkan tidak tenang.
Perjalanan menuju rumah seakan lama sekali, tidak seperti biasanya, Arkan berusaha untuk tetap tenang walaupun perasaan nya tengah tidak tenang.
Akhirnya perjalanan panjang selesai, mereka sampai dan Mira yang sudah di beri tahu oleh Arkan perihal kondisi Kania langsung menyambut kepulangan mereka dengan raut wajah yang khawatir.
"Arkan, apa Kania kepanasan? Atau berlarian? Atau Kania telat makan di sekolah tadi?"ucap Mira, dengan raut wajah yang khawatir.
"Tidak Tante, Kania sebenarnya menjalankan semua larangan dokter mulai dari jangan panas-panasan, makan yang teratur dan sudah tidak berlarian seperti kemarin-kemarin, tapi tadi Kania marah karena Arkan menolong Rubby yang ternyata pura-pura pingsan, hanya itu tante, kejadian yang membuat Kania emosi, maafkan Arkan ya tante,"ucap Arkan.
Kania yang melihat ibunya khawatir segera meraih tangan ibunya dan berusaha meyakinkan bahwa ia baik-baik saja,"Kania hanya butuh tidur bu, Arkan juga ga salah, Kania aja yang gampang marah untuk hal yang seharusnya ga harus buat Kania marah, maaf ya bu, sudah jangan khawatir nanti kalau Kania udah bangun tidur pasti Kania baik-baik saja bu, Arkan tolong bantu aku ke kamar, kaki ku seperti tak ada daya ini,"ucap Kania.
"Iya Kania, aku gendong saja, kali ini tanpa penolakan,"ucap Arkan yang langsung menggendong Kania ala bridal style.
Kania pasrah, karena kakinya benar-benar tidak ada daya untuk sekedar melangkah, yang ia rasakan saat ini sekujur tubuhnya pegal, kepalanya pusing, dan ulu hatinya pedih, suatu kondisi yang tidak baik-baik saja namun Kania berusaha untuk tetap baik-baik saja.
Arkan menggendong Kania sampai di kamar Kania dan didampingi oleh Mira dan Dini, Arkan menaruh Kania di tempat tidur dengan sangat hati-hati, Kania menerima semua perlakuan lembut Arkan, ada degub jantung yang kembali aneh, ia merasakan detak jantungnya jauh lebih cepat dari biasanya seperti saat yang lalu.
"Kania, mau makan apa?"ucap Arkan.
"Kan udah makan bubur tadi di sekolah, aku mau tidur aja Arkan, jangan kemana-mana ya, temenin aku, sama ibu juga disini aja sama tante Dini juga, aku gak mau pas bangun tinggal sendirian di kamar,"ucap Kania.
"Iya nak, kami akan disini menjaga mu,"ucap Mira.
Kamar Kania terbilang luas seperti dua kamar yang dijadikan satu kamar, luas dan nyaman, Kania tertidur pulas dan tangannya menggenggam tangan Arkan.
Mira dan Dini juga menjaga Kania, karena suhu tubuh Kania yang tiba-tiba tinggi, Mira memutuskan mengompres Kania.
"Tante, kenapa gak panggil dokter aja?"ucap Arkan.
"Kania sudah tidak mau minum obat Arkan, kalau panggil dokter terus di beri obat, Kania tidak akan meminumnya, yang ada dia uang obatnya,"ucap Mira.
"Kak Mira, apa Kania sering seperti ini?"ucap Dini.
"Iya sering Din, Taka belum pulang ya pasti di kerjain Aksa di ajak muter-muter dulu,"ucap Mira yang mengingat putranya yang tadi di jemput oleh Taka karena Mira terburu-buru pulang karena mendapat kabar Kania sakit.
"Iya kak, gak apa-apa kak, latian jadi ayah juga kan mas Taka,"ucap Dini sambil mengelus kandungannya.
"Iya juga ya Dini, kamu tidur aja si sofa bed Kania itu, atau kembali ke kamar mu aja Dini, biar aku sama Arkan yang menjaga Kania,"ucap Mira.
"Baik kak, Dini ke kamar dulu ya kak,"ucap Dini.
"Iya Dini,"ucap Mira.