Elangga Sky Raymond Wesley, seorang Badboy Tengil yang memiliki tubuh Hot. Dia adalah pemimpin geng motor Black Demon, yang selalu membuat onar di SMA Bintang Alam, masuk bk sudah langganan baginya.
Bagaikan air dan minyak yang tidak pernah bersatu, Elang dan papanya tidak pernah akur karena sebuah masalah. Papanya sudah muak dengan kenakalannya, hingga tiba-tiba menjodohkannya dengan seseorang.
Adzkia Kanaya Smith, anak baru di SMA Bintang Alam. Penampilannya yang culun ternyata menyimpan segudang rahasia. Tujuannya pindah sekolah karena ingin balas dendam pada seseorang. Dan takdir seakan berpihak padanya, ia di nikahkan dengan pria yang di incarnya.
"Ini akan menyenangkan," gumamnya sambil tersenyum smirk.
~HAPPY READING~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon risma ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 35
Setelah menunggu sekitar tiga jam. Operasi telah selesai di lakukan dengan lancar. Namun, karena kondisinya yang lemah. Membuat Elang koma dan di pindahkan ke ruangan ICU. Untuk sementara dokter tidak memperbolehkan menjenguk.
"Lo pulang dulu aja! Biar kita yang nunggu di sini!" ujar Juan pada Kia yang sedari terdiam dengan mata bengkak.
"Ayo sekalian, gue mau anterin Lala!" sahut Raka sambil menggenggam kekasihnya yang sedari tadi terus menguap.
Kia menatap mereka dengan tatapan sendu. Ternyata teman-temannya Elang masih baik padanya. Rasa penyesalan kembali muncul. Ia merasa tidak enak karena beberapa kali sudah mengadu domba mereka.
"Gak usah khawatir, kita bakal jagain Elang. Lagian belum di izinin jenguk. Besok lo bisa ke sini lagi," ucap Bima.
Melihatnya yang penuh penyesalan, membuat mereka mencoba berdamai dan melupakan semuanya. Elang yang lebih sakit saja, bisa memaafkan? Mengapa mereka tidak bisa? Dendam itu tidak baik. Kejahatan harus di balas dengan kebaikan.
Karena merasa lelah, akhirnya gadis itu menyetujuinya. Kia dan Sela mulai berpamitan pulang dengan di antar oleh Raka. Setelah ketiganya pergi, Juan dan yang lainnya ikut pergi mencari makanan. Dan mereka berniat menginap di musholla, karena ruang ICU tidak di perbolehkan masuk.
Beberapa menit berlalu. Di sebuah rumah sederhana. Seorang gadis baru saja keluar dari kamar mandi. Kakinya mulai melangkah pelan dan duduk di tepi ranjang. Mengambil sebuah foto di dalam laci.
Jari-jemarinya mulai mengelus lembut bingkai foto yang di pegangnya. Sebuah foto dirinya bersama adik kesayangannya. Matanya terpejam pelan dan buliran bening mulai menetes. Momen-momen bersamanya satu persatu mulai melintas di benaknya.
*Flashback On*
Seorang gadis berjalan masuk ke dalam rumah sambil bersenandung pelan. Ia memakai seragam sekolah, rok di atas lutut ketat dengan baju sedikit crop, dan dasi acak-acakan. Rambutnya di biarkan di gerai dengan polesan make up tipis di wajahnya. Ia menenteng tasnya sebelah tangan, sambil mengemut coklat payung.
Pandangannya mengedar menatap sekelilingnya. Tumben rumahnya sepi? Biasanya ia akan di sambut oleh adik laknatnya yang selalu mencari ribut dengannya.
"Nara yuhuuu, lo dimana?!" teriaknya sambil melempar tasnya asal dan berjalan menuju kamar adiknya.
Langkahnya terhenti saat mendengar suara isakan pelan di dalam sana. Mendengar itu membuatnya begitu khawatir.
"Nara, lo kenapa?!" teriaknya sambil mengetuk-ngetuk pintu.
"Nara?! Buka pintunya atau gue dobrak!"
Pintu tak kunjung di buka. Membuat Kanaya kesal dan juga khawatir. Di saat ingin mencoba mendobraknya. Tiba-tiba pintu terbuka. Terlihat adiknya berdiri di hadapannya sambil menunduk dengan wajah sembab.
"Lo kenapa?!"
Gadis yang bernama Kinara Ivana Smith, adik satu-satunya yang Kanaya punya. Usia mereka hanya terpaut satu tahun, membuat hubungannya begitu dekat.
Kanaya terus bertanya-tanya. Namun, gadis itu masih diam tidak menjawab dan kembali melangkahkan kakinya pergi menuju ranjang. Membuat Naya semakin merasa khawatir dan memilih mengikutinya.
"Bilang sama gue, kenapa? Jangan buat gue khawatir!" tanyanya penasaran sambil menangkup wajahnya agar mendongak.
Kinara menatap sendu wajah kakaknya. Matanya berkaca-kaca dan kembali terisak, "Maaf, aku kecewain kakak."
Dahinya mengernyit semakin di buat penasaran, "Lo ada masalah apa?! Bilang sama gue?!"
"Kakak gak bakal marah kan?" Nara kembali menatap kakaknya meyakinkan.
"Sekecewa apapun, gue bakal tetep sayang sama lo!"
Gadis itu menghela nafas panjang sambil memejamkan matanya sejenak, "Aku hamil, Kak. Aku di paksa seseorang," lirihnya kembali terisak pelan.
Seakan bumi berhenti sejenak. Naya diam terpaku mendengar pernyataan adiknya. Dadanya sesak, jantungnya berdebar kencang. Ia merasa tidak becus menjadi kakak yang baik. Naya merasa gagal tidak bisa melindungi adiknya, bahkan gadis itu mengatakan jika dirinya di paksa.
"Siapa?! Siapa yang berani hamilin lo?!"
"Kasih tau gue cowo brengsek itu!!" bentaknya melihat Nara hanya diam menunduk.
Gadis itu mulai meraih ponselnya dan menunjukkan sebuah foto pria hasil paparazi yang ia ambil saat di perpustakaan sekolah. Naya menatap intens foto tersebut dengan tangan terkepal. Walaupun posisinya sedikit menunduk, wajahnya terlihat jelas.
"Dia kakak kelas aku di sekolah. Aku udah coba bilang dan gak mau tanggung jawab. Bahkan aku udah gak pernah liat dia lagi."
"Aku takut, kak. Gimana kalo ayah tau? Dia pasti bakal kecewa banget. Aku buat kalian malu," lirihnya benar-benar tidak bisa bayangkan jika ayahnya tahu.
Kanaya sebenarnya sangat marah dan kecewa, ia ingin melampiaskan emosinya. Namun, ia mencoba menahannya. Bagaimana ini bukan sepenuhnya kesalahan adiknya, dia di paksa. Walaupun Naya merasa kesal karena gadis itu sangat lemah tidak bisa melawan.
Naya menghela nafas berat mencoba mengatur nafasnya. Dan mulai menenangkan adiknya yang terus menangis. Ia tidak berani mengatakan semuanya pada sang ayah.
"Lo tenangin diri lo dulu. Mending sekarang istirahat, jangan terlalu banyak pikiran. Nanti kakak bakal bantu ngomong baik-baik ke ayah," ujarnya sambil mengusap lembut rambutnya.
"Aku takut, kak. Gimana kalo ayah usir aku? Dia pasti malu punya anak kayak aku," Kinara terus overthinking, pikirannya semakin berkecamuk memikirkan semuanya.
"Ayah bukan orang seperti itu. Udah gak usah di pikirin. Sekarang tidur!" Naya mengecup kening adiknya lembut, lalu mulai beranjak dan pergi meninggalkannya.
Ia berniat memenangkan pikirannya yang juga sedari tadi terus berkecamuk. Naya benar-benar marah, kecewa, bingung, dan takut. Ia terus menyalahkan dirinya sendiri karena tidak becus menjaganya. Andai saja jika dirinya tidak meminta pisah sekolah, mungkin bisa melindungi adiknya dari cowok-cowok brengsek.
Sedangkan Kinara, setelah kepergian kakaknya. Ia kembali mencoba menghubungi seseorang, Dan hasilnya tetap sama, pria yang menghamilinya seketika hilang tanpa kabar. Ia tidak tahu harus apa, hanya bisa menangis.
Malam harinya, sang ayah baru saja pulang dengan membawa banyak makanan. Dan saat ini pria paruh baya itu mulai menghidangkan makanannya dengan di bantu oleh putri pertamanya.
"Nara mana? Panggil gih, suruh makan," titahnya lembut.
"Iya, Ayah."
Naya mulai berjalan menuju kamar adiknya. Tangannya terangkat memegang knop pintu.
"Nar--"
Tubuhnya terhuyung kebelakang dengan bergetar hebat. Kakinya seketika lemas tidak berdaya, tangannya berpegangan pada knop pintu. Air matanya menetes begitu saja.
"NARAAA!!" teriaknya histeris sambil merosotkan tubuhnya.
William yang mendengar itu, sontak langsung berlari menghampirinya. Keningnya berkerut melihat putri pertamanya yang sedang duduk di bawah pintu dengan terisak-isak sambil meremas-remas rambutnya.
Pandangannya beralih menatap ke dalam kamar. Dan waktu seakan berhenti sejenak, William terdiam mematung. Melihat putri keduanya yang tergeletak di lantai dengan keadaan kacau. Wajah sembab, rambut acak-acakan, beling berserakan. Dan sebuah pecahan kaca menancap tepat pada urat nadinya. Darah segar berserakan dimana-mana.
William memegangi dadanya, nafasnya seketika sesak. Tidak kuasa melihat semuanya. Ini mimpi kan? Katakan jika semua ini hanya mimpi. Tidak mungkin putrinya melakukan hal senekat itu.
Dan ya, Kinara Ivana Smith di nyatakan meninggal dunia dengan keadaan mengenaskan. Mati di tangannya sendiri karena seorang pria brengsek yang telah menghancurkan masa depannya.
Setelah kepergian Nara dan tahu alasannya. William mulai sakit-sakitan. Hingga tidak lama pria itu ikut pergi menyusul putrinya.
Kepergian mereka membuat Kanaya sangat terpuruk. Ia selalu berpikir kepergian mereka karena pria brengsek itu. Jika dia tidak menghamili adiknya, pasti gadis itu tidak akan nekat menghabisi nyawanya sendiri. Dan ayahnya juga tidak akan ikut menyusulnya. Saat itulah Naya mulai berpikir untuk balas dendam. Ia mulai mencari tahu dan menyusun semua rencananya.
Tepat sebulan setelah kepergian sang Ayah. Naya memilih pindah ke sekolah adiknya. Dengan penampilan beda dari biasanya. Ia berpikir penampilannya yang culun mungkin tidak akan ada orang yang mengejar-ngejarnya, ia bisa fokus pada tujuannya.
Memang Naya sebenarnya gadis populer dan banyak yang mengincarnya, bahkan sudah banyak orang yang berkali-kali ingin melecehkannya karena tubuhnya yang sexy. Namun, Naya masih bisa melawan karena dirinya jago bela diri.
Itulah alasannya berpenampilan culun, agar tidak di kenali banyak orang. Takut jika itu akan mempermudah pria itu mengenalinya dan tahu tujuannya. Dan juga agar cowok-cowok mata keranjang tidak mengincarnya, ia merasa risih. Ternyata penampilan culun lebih nyaman dan menenangkan, walaupun banyak orang yang tidak menyukainya. Itu tidak masalah, selagi tidak mengganggunya.
*Flashback off*
"Ra, kalo tau ujungnya bakal kayak gini. Kakak gak bakal pernah coba buat bales dendam," ucapnya sambil mengusap air matanya. Ia memeluk erat bingkai fotonya.
Sedangkan di sisi lain. Seorang pria berjalan pelan masuk ke dalam rumah. Tangan kirinya berpegangan pada tembok, dengan tangan kanan berada pada perutnya. Ia melangkahkan kakinya sambil meringis ngilu. Dirinya terus berjalan tertatih menuju kamarnya.
Langkahnya seketika terhenti tepat di depan sebuah kamar yang sedikit terbuka. Terdengar suara seorang wanita yang sedang telfonan.
"Haha iya, sayang. Mereka memang bodoh. Dan bahkan si tua itu percaya kalo itu anaknya."
Keningnya berkerut tidak mengerti. Wanita itu sedang telfonan dengan siapa? Bahkan memanggilnya sayang?
"Tenang, sayang. Aku akan segera beraksi. Kita harus habisi anaknya-anaknya dulu. Percuma kalo si tua itu mati duluan, hartanya akan jatuh pada anaknya."
"Aku udah ada rencana untuk menghabisi anak keduanya dulu. Hubungan mereka yang buruk, lebih mudah di taklukin."
Mendengar itu membuat tangannya terkepal kuat. Giginya menggertak, dengan rahang mengeras.
good papa Leon, mending d buang k negeri antah berantah biar gak bs pulang pulang lg.
next semngt sukses selalu
semoga teguh pendiriannya agar langgeng hingga menua bersama
sebar ya kia.. Elang gak marah hnya saja ia kecewa lantaran salah sangka. dan kamu harus berusaha untuk kembali bs elang percaya pada mu.