NovelToon NovelToon
Behind The Executive Desk

Behind The Executive Desk

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Kantor / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:37.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rosee_

Ivana Joevanca, seorang wanita ceria dan penuh ide-ide licik, terpaksa menikah dengan Calix Theodore, seorang CEO tampan kaya raya namun sangat dingin dan kaku, karena tuntutan keluarga. Pernikahan ini awalnya penuh dengan ketidakcocokan dan pertengkaran lucu. Namun, di balik kekacauan dan kesalahpahaman, muncul percikan-percikan cinta yang tak terduga. Mereka harus belajar untuk saling memahami dan menghargai, sambil menghadapi berbagai tantangan dan komedi situasi yang menggelitik. Rahasia kecil dan intrik yang menguras emosi akan menambah bumbu cerita.

“Ayo bercerai. Aku … sudah terlalu lama menjadi bebanmu.”
Nada suara Ivy bergetar, namun matanya menatap penuh keteguhan. Tidak ada tangis, hanya kelelahan yang dalam.

Apa jadinya jika rumah tangga yang tak dibangun dengan cinta … perlahan jadi tempat pulang? Bagaimana jika pernikahan ini hanyalah panggung, dan mereka akhirnya lupa berpura-pura?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosee_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35 - Rahasia Keluarga

Mansion Joevanca – Ruang Keluarga

Carol duduk tegak, tongkat kayu menempel di sisi kursinya. Pandangannya tajam seperti biasa saat Gwen kembali dari pertemuan dengan Ivy. Philip membaca koran di kursi lain, sementara Larissa tampak rapi dengan catatan kecil di pangkuannya.

“Jadi kau bertemu Ivy tadi?” suara Carol menggelegar, tapi tidak marah.

Gwen tersenyum sopan. “Ya, Grandma. Kami hanya minum teh sebentar. Ivy sehat.”

Carol mendengus pendek. “Kalau sehat, kenapa dia tidak mampir sekalian ke rumah ini? Sudah lama dia jarang muncul.”

“Dia selalu kesal dengan kita. Itu membuatnya sulit pulang.” Larissa menanggapi dengan nada ringan.

Carol menoleh cepat, menatap Larissa. “Itu bukan alasan! Tapi yang lebih penting — aku minta kau berhenti menyeretnya ke dokter tiap bulan itu.”

Larissa terdiam, sedikit kaget. “Ibu, itu hanya berjaga-jaga. Kita harus memastikan—”

“Berhenti,” potong Carol tegas. “Kau pikir aku tidak tahu? Kau sebut itu pemeriksaan padahal yang kau tunggu adalah hasil negatif atau positif. Seakan-akan anak itu sedang diuji kesuburannya.” Tatapannya tajam, suaranya terdengar seperti cambuk.

Philip menurunkan korannya, menatap istrinya. “Ibu benar. Kita terlalu sering menekan Ivy. Itu juga yang membuatnya malas pulang ke rumah.”

Carol mengangguk singkat, lalu bersandar, nada suaranya tetap keras tapi perlahan melembut dalam makna. “Kalau suatu hari keluarga Calix memutuskan tidak mau lagi menerimanya, kita masih bisa mengambil kembali Ivy. Kita rawat dia seperti dulu, seperti sebelum menikah. Dia tetap darah kita, dan aku tidak akan membiarkannya terbuang hanya karena masalah anak. Mau bagaimana pun dia tetap cucuku.” Carol bergumam di kalimat akhir.

Hening menyelimuti ruangan sejenak. Gwen menunduk, menatap tangannya sendiri, lalu menoleh pelan ke arah nenek mertuanya. Sorot mata Carol tetap tegas, nyaris dingin, tapi Gwen bisa menangkap jelas. Di balik tuntutan dan tekanannya, sebenarnya tersimpan kekhawatiran terhadap Ivy.

Argumen yang berbanding terbalik dengan apa yang sering di dengar Ivy, bukan?

Gwen menghela napas dalam, senyum kecil mengembang samar di bibirnya.

Itulah kenapa aku memintamu jangan terlalu keras pada grandma, Ivy, batin Gwen.

“Kau sudah cukup lama duduk di sini. Pergilah istirahat ke kamarmu. Waktumu melahirkan hampir dekat. Jaga kesehatanmu dengan benar.” Carol melirik perut Gwen yang kian membesar.

Gwen tersenyum lembut, berdiri dengan hati-hati sambil menahan perutnya. “Baik, Grandma.” Ia menunduk sopan pada Carol, lalu pada Philip dan Larissa. Setelah itu, ia perlahan melangkah keluar dari ruangan, meninggalkan suasana yang kembali hening.

Begitu langkah Gwen menghilang di balik pintu, Carol bersandar, menghela napas panjang. Matanya tetap tajam, tapi nada suaranya sedikit lebih tenang. “Wanita itu terlalu sabar, tapi itu baik. Perempuan hamil memang harus banyak menenangkan diri.”

Philip hanya mengangguk pelan. Ia kembali menatap ke korannya, seakan tak ingin masuk lebih jauh ke topik.

Larissa, yang sedari tadi diam, akhirnya membuka suara dengan nada lirih namun jelas.

“Ibu … aku ingin berterima kasih.”

Carol menoleh, mengernyit. “Berterima kasih untuk apa?”

Larissa menggenggam erat buku catatannya, lalu menatap ibunya dengan sorot mata serius.

“Untuk … mau tetap menganggap Ivy sebagai cucu Ibu. Padahal —” Suaranya tercekat sejenak, tapi ia segera menurunkannya, berhati-hati agar tidak terdengar keluar. “Padahal darahnya — bukan dari keluarga ini.”

Carol mendengus pendek, tapi tatapannya menusuk. “Itu tidak penting, Larissa. Dia tumbuh di rumah ini, dia besar di bawah nama Joevanca. Itu sudah cukup. Kalau orang luar tahu, ya, masalah. Tapi di mataku, Ivy tetap cucuku.”

Philip menurunkan korannya perlahan. Suaranya tenang, tapi sarat keyakinan. “Larissa, aku sudah bilang sejak awal. Aku tahu siapa kau, aku tahu masa lalumu. Dan aku tetap memilihmu.” Ia menoleh penuh, menatap istrinya dengan sorot yang lembut namun mantap. “Ivy anakmu, maka dia juga anakku. Aku tidak peduli darah siapa yang mengalir di dirinya. Selama dia ada di sini, dia tetap bagian dari keluarga ini.”

Larissa menunduk, bibirnya menekan rapat, wajahnya tak terbaca. Ada rasa lega sekaligus beban yang kembali menempel di dadanya. Rahasia yang hanya mereka bertiga simpan — ia, Carol, dan Philip.

Carol kembali menegakkan punggungnya, menatap lurus ke depan dengan nada yang tak bisa dibantah. “Jangan pernah sekalipun kau goyah dengan hal itu. Selama Ivy ada di bawah atap kita, dia anak kita. Mengerti?”

Larissa mengangguk pelan, menelan ludah. “Mengerti, Ibu.”

Philip mengulurkan tangannya, menepuk punggung tangan istrinya sejenak. “Dan kau jangan lagi merasa bersalah, Larissa. Aku ada di sisimu. Selalu.”

Sementara itu, Gwen yang berjalan di lorong telah menghentikan langkahnya sejak telinganya tanpa sengaja menangkap kenyataan yang membuat jantungnya berdegup lebih cepat.

Gwen membeku di tempat. Matanya melebar, jemarinya otomatis menekan perutnya yang berguncang pelan karena gerakan bayi. Ada keterkejutan yang berusaha ia sembunyikan, bahkan dari dirinya sendiri.

Gwen buru-buru melangkah lagi, pura-pura tidak mendengar. Tapi kepalanya riuh, kalimat-kalimat itu berputar-putar. Bukan darah keluarga ini?

Saat ia akhirnya masuk ke kamarnya dan menutup pintu, senyum samar yang tadi masih ia bawa lenyap sama sekali. Hanya ada wajah pucat, mata kosong, dan rahasia baru yang kini menggantung di hatinya.

Apa Alec tahu soal ini? Bagaimana dengan Ivy?

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
firna khusnul
bukan lyak nya sperti seorag ayah... dingin
Fera Susanti
nanya aja kalee Ivy drpd penasaran
Ray Aza
sekarang rumahmu adl calix ivy. kalo mmg klrgamu tdk mau menjelaskan cukup km tahu aja bahwa km pny ayah kandung. fokus sm kebahagiaanmu dgn calix. mrka pny masa lalu yg tdk ingin dishare yg pasti ada alasan dibalik itu. masa lalu tdk akan berubah tp calik masa dpnmu, fokus dgn hidupmu yg skr
safaana
jujur aja kalau aku Deddy mu pak
Fera Susanti
lanjut
Fera Susanti
Karena aku ayah mu🤭
Asriani Rini
Tambah penasara kaya apa masa lalu orang tua ivi
Gita ayu Puspitasari
lanjut kaka🙏
Fera Susanti
tp ayah asli nya harus baik ya Thor..jgn yg mata duitan
⍥⃝⃝꩗ᴜᥱ֟፝ᥱɴ_𝔅𝔢𝔢𖹭.ᐟ🐝
oh come on calix, kmu hrus bntu Ivy menemukan jati dirinya. Kasian dia, dia hrus tau siapa dirinya, supaya Ivy tidak hidup dlm kekakangan bayang2an kluarganya hanya utk menutupi identitasnya Ivy yg sebenarnya
safaana
apakah Deddy nya ivy
Nani Naya
pasti ayah nya ivy
Trituwani
ayah ivy kah ka...klo jovanka ayah sambungkah..?! kenapa orang tuanya bisa berpisah ka ros? berarti si kembar adek ivy beda ibu ya... hmmm masih rumit teka teki blm terpecahkan /Smirk/
Fera Susanti
up lagi
Fera Susanti
woooww ayah nya kah??
lungkioshop 2
ayah ivy kah?
Nani Naya
lanjut 💪💪💪
safaana
harusnya memahami kata2 bosmu,seolah tidak melarang tpi tidak memerintah,mundur aja Beatrice sadar meskipun lama menunggu takkan pernah ada cinta calix untukmu
Fera Susanti
Beatrice udah dech mundur..
aduh jd takut Ivy salah faham..
Thor up lagi
Trituwani
lanjut ka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!