NovelToon NovelToon
Earth Executioner

Earth Executioner

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Balas Dendam / Perperangan / Hari Kiamat
Popularitas:629
Nilai: 5
Nama Author: Aziraa

'Ketika dunia menolak keberadaannya, Bumi sendiri memilih dia sebagai kaki tangannya'

---

Raka Adiputra hanyalah remaja yatim piatu yang lahir di tengah kerasnya jalanan Jakarta. Dihantam kemiskinan, ditelan ketidakadilan, dan diludahi oleh sistem yang rusak-hidupnya adalah potret kegagalan manusia.

Hingga suatu hari, petir menyambar tubuhnya dan suara purba dari inti bumi berbicara:
"Manusia telah menjadi parasit. Bersihkan mereka."

Dari anak jalanan yang tak dianggap, Raka berubah menjadi senjata kehancuran yang tak bisa dihentikan-algojo yang ditunjuk oleh planet itu sendiri untuk mengakhiri umat manusia.

Kini, kota demi kota menjadi medan perang. Tapi ini bukan tentang balas dendam semata. Ini tentang keadilan bagi planet yang telah mereka rusak.

Apakah Raka benar-benar pahlawan... atau awal dari akhir dunia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aziraa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 22: Pulau Asli dan Penjaga Lain

...--- Kedatangan ---...

Raka berenang selama tujuh jam tanpa henti, tubuhnya bergerak mengikuti ritme yang tak terdengar—sebuah resonansi yang bergema dari kedalaman dirinya. Sinyal itu berbeda dari getaran mekanis yang pernah ia rasakan sebelumnya. Kali ini, harmoni mengalir seperti darah di nadinya, seolah Bumi sendiri berbisik langsung ke tulang-tulangnya.

Air laut terasa semakin hangat, teksturnya berubah. Indra supernya menangkap pergeseran halus dalam mineral yang terlarut—kandungan magnesium menurun, sementara jejak elemen yang tak dikenalnya mulai muncul. Arus laut berubah arah, membentuk spiral yang aneh namun natural, seolah lautan sendiri sedang menuntunnya.

Di kejauhan, siluet pulau muncul seperti bayangan hijau yang melayang di atas cakrawala. Tidak ada kabut artificial seperti yang menyelimuti Arib. Sebaliknya, pulau itu memancarkan cahaya hijau lembut yang berdenyut seperti detak jantung raksasa. Energi yang terpancar terasa organik—hidup, bernapas, dan mengundang.

Raka mempercepat renangnya. Semakin dekat, semakin jelas ia merasakan perbedaannya. Pulau ini tidak hanya berbeda dari Arib, tetapi juga dari dunia yang telah hancur. Ada sesuatu yang primordial di sana, seolah ia sedang mendekati jantung Bumi yang sesungguhnya.

Kakinya akhirnya menyentuh dasar laut yang dangkal. Pasir di bawahnya terasa aneh—tidak dingin dan mati seperti biasanya, melainkan hangat dan berdenyut. Setiap langkahnya menimbulkan riak cahaya kecil yang menyebar dari telapak kakinya. Tanaman laut di sekitarnya bergoyang tanpa arus, seolah menyapa kedatangannya.

Raka melangkah ke pantai, air menetes dari tubuhnya yang tangguh. Suara-suara alam murni menyambutnya—gemerisik daun yang bergerak tanpa angin, kicauan burung dengan nada yang tak pernah ia dengar, dan dentingan air yang mengalir dari sumber tak terlihat. Namun di tengah keindahan itu, sesuatu terasa salah. Tanah di bawah kakinya terasa asing, seolah ia baru saja melangkah ke dunia yang berbeda sama sekali.

...--- Tanda-Tanda Kehidupan ---...

Raka maju perlahan ke dalam pulau, setiap langkahnya diperhitungkan dengan cermat. Indra supernya bekerja penuh, memindai setiap detail yang dapat ditangkap. Batu-batuan di sekitarnya memancarkan energi rendah yang stabil, mirip dengan radiasi alami tetapi lebih terkonsentrasi. Air yang mengalir di anak sungai kecil terasa "hidup"—bukan hanya karena mikroorganisme, tetapi seolah molekul H2O-nya sendiri memiliki kesadaran.

Vegetasi di pulau ini membentuk pola yang aneh. Pohon-pohon tumbuh dalam spiral geometris yang sempurna, akar-akarnya saling terjalin membentuk jaringan kompleks di bawah tanah. Daun-daunnya berubah warna mengikuti irama yang tidak diketahui—dari hijau emerald ke biru safir, lalu kembali hijau. Natural, namun tidak wajar.

Kemudian Raka melihatnya—jejak kaki di tanah basah.

Jejak itu berukuran sekitar tiga puluh sentimeter, lebih panjang dari kaki manusia dewasa. Polanya aneh: lima jari seperti manusia, tetapi dengan cakar di ujungnya, dan ada tambahan jari keenam di samping. Kedalaman jejak menunjukkan bahwa pemiliknya memiliki bobot yang besar, namun cara ia melangkah terasa ringan, seolah ia melompat atau hampir melayang.

Mengikuti jejak tersebut, Raka menemukan struktur yang membuatnya terpesona. Bangunan—jika bisa disebut demikian—terbuat dari material organik yang telah mengeras. Mirip dengan kulit kayu yang telah membatu, tetapi mempertahankan tekstur dan pola alaminya. Struktur itu terintegrasi sempurna dengan pohon-pohon di sekitarnya, seolah tumbuh bersamaan selama berabad-abad.

Namun pemandangan yang benar-benar mengejutkan menunggunya di bagian tengah pulau.

Area seluas lapangan sepak bola telah mati total. Pohon-pohon berdiri seperti patung hitam, daunnya rontok dan batangnya retak-retak. Tanah berwarna abu-abu, kering dan pecah-pecah seperti gurun. Yang lebih mengkhawatirkan, pola kehancurannya terasa familiar—mirip dengan jejak destruksi yang pernah ia ciptakan atas perintah Eva.

Di pusat kehancuran organik itu, tertanam sebuah artefak.

Berbentuk seperti kristal organik sebesar kepalan tangan, terbuat dari bahan yang tampak seperti campuran antara kayu dan batu mulia. Permukaannya berkilau dengan cahaya internal yang berdenyut dalam ritme yang sama dengan sinyal yang membawanya ke sini, hanya saja jauh lebih kuat dan terkonsentrasi.

Raka merasa getaran familiar di dadanya. Artefak itu memanggil.

...--- Pertemuan dengan Penjaga Lain ---...

Saat jari-jari Raka menyentuh permukaan artefak, dunia berubah.

Visi menyerangnya dengan intensitas yang membuatnya terhuyung. Ia melihat kilasan emosi dan memori yang bukan miliknya—rasa sakit yang mendalam, kehilangan yang tak terbayangkan, dan amarah yang membara terhadap penghianatan. Dalam visi itu, Eva muncul berkali-kali, tidak sebagai dewi penyelamat yang pernah ia kenal, melainkan sebagai manipulator yang dingin dan kejam.

Ia melihat makhluk-makhluk lain seperti dirinya—penjaga-penjaga yang telah diciptakan untuk melindungi aspek-aspek berbeda dari Bumi. Air, udara, tanah, tumbuhan. Masing-masing memiliki kekuatan unik, masing-masing pernah percaya pada Eva, dan masing-masing akhirnya menyadari kebohongan yang sama.

Visi terakhir menunjukkan Eva berdiri di atas reruntuhan, tersenyum dengan kepuasan saat para penjaga saling bertempur, tidak menyadari bahwa mereka sedang dimanipulasi untuk saling menghancurkan.

"Kau akhirnya tiba."

Suara itu membuat Raka tersentak, visi memudar. Ia mengangkat kepala dan melihat sosok wanita muda melangkah keluar dari balik pepohonan. Tetapi 'wanita' mungkin bukan kata yang tepat.

Rambutnya terbuat dari serat tanaman yang menyala dengan cahaya hijau lembut, mengalir dan bergerak seolah tertiup angin yang tak terasa. Kulitnya memiliki tekstur seperti kulit kayu yang halus, dengan garis-garis alami yang membentuk pola rumit. Matanya berkilau seperti kristal emerald yang hidup, merefleksikan cahaya dengan cara yang tidak mungkin dilakukan mata normal.

Tubuhnya tinggi dan langsing, bergerak dengan keanggunan yang terlalu sempurna untuk manusia. Pakaiannya—jika itu bisa disebut pakaian—tampak terbuat dari daun dan serat tanaman yang telah ditenun menjadi satu dengan kulitnya.

"Kami telah menunggumu," katanya dengan suara yang terdengar seperti angin berdesir melalui dedaunan, setiap kata membawa gema kebijaksanaan yang purba. "Kau adalah Raka, algojo yang berpaling. Dan kau, sama seperti kami, adalah bagian dari Bumi yang ingin ia lupakan."

Raka berdiri terpaku, artefak masih di tangannya berdenyut dengan cahaya yang semakin terang. Pikirannya berpacu dengan pertanyaan yang tak terhitung. Siapa wanita ini? Apa maksudnya dengan "Bumi yang ingin ia lupakan"? Dan yang paling penting—bisakah ia mempercayainya, atau ini adalah jebakan Eva yang lain?

Wanita itu melangkah lebih dekat, matanya tidak pernah lepas dari wajah Raka. "Aku adalah Gaia, penjaga kehidupan. Dan kau... kau adalah kunci untuk memulihkan apa yang telah ia hancurkan."

Kesunyian menyelimuti mereka, hanya terdengar suara artefak yang berdenyut semakin keras, seolah merespons kehadiran dua penjaga yang akhirnya bertemu. Raka merasakan momen keputusan yang crucial mendekat—pilihan yang akan menentukan nasib tidak hanya dirinya, tetapi mungkin juga seluruh Bumi yang tersisa.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!