Juan memutuskan membeli rahim seorang wanita karena istrinya belum juga hamil. Tapi pada saat wanita itu hamil, ternyata Allah berkata lain dengan membuat istri Juan hamil juga.
Setelah mengetahui istrinya hamil, Juan pun lupa kepada benih yang saat ini sedang tumbuh di dalam perut Kamila. Dia mengacuhkan Kamila dan benih itu membuat Kamila marah dan berniat balas dendam kepada Juan dengan menukarkan anaknya dengan anak Raina pada saat dilahirkan nanti.
Akankah Juan dan Raina tahu, jika anak yang selama ini mereka besarkan bukan anak kandung mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35 PPYD
Sesampainya di rumah Alesha. "Sayang, bangun sudah sampai," ucap Edgar sembari menepuk pelan pipi Alesha.
Alesha mengerjap dan mulai membuka matanya. "Sudah sampai ya, maaf aku ketiduran," sahut Alesha.
Juan dan Raina keluar saat mendengar dery mobil. "Ya, Allah kenapa kamu baru pulang sih sayang?" tanya Mommy Raina khawatir.
"Dia lembur, Tante," sahut Edgar.
Alesha setengah terpejam, kali ini matanya sulit sekali untuk terbuka saking capeknya. Juan pun berjongkok di hadapan putrinya itu. "Ayo naik, Daddy gendong kamu," ucap Daddy Juan.
Tanpa menunggu lama, Alesha pun langsung nemplok di punggung Daddynya itu. "Edgar, terima kasih ya, sudah mau anterin Alesha pulang," ucap Daddy Juan.
"Sama-sama, Om."
"Nak, kamu mau mampir dulu?" seru Mommy Raina.
"Sepertinya Edgar langsung pulang saja," sahut Edgar.
"Ya, sudah hati-hati di jalan dan terima kasih sudah mengantarkan Alesha pulang," ucap Mommy Raina.
"Sama-sama, Tante. Kalau begitu Edgar pamit dulu." Edgar pun mencium punggung tangan Raina dan setelah itu dia pun pulang.
***
Keesokan harinya....
Setelah siap-siap, Alesha pun menuruni anak tangga untuk sarapan bersama. "Pagi Mom, Dad!" sapa Alesha sembari mencium pipi keduanya.
"Pagi, sayang!"
"Sayang, pagi ini Daddy mau ke luar kota sama Mommy, kamu gak apa-apa 'kan sendirian di rumah?" seru Daddy Juan.
"It's ok Daddy, lagi pula ada si bibi juga 'kan jadi Alesha gak sendirian," sahut Alesha.
"Mommy sama Daddy hanya tiga hari kok, jadi kamu hati-hati ya, selama kita pergi," ucap Mommy Raina.
"Siap, Mommy," sahut Alesha dengan senyumannya.
"Oh iya, satu lagi. Kamu jangan lembur lagi, pokoknya jika sudah waktunya pulang kamu harus pulang, Daddy gak mau sampai kamu lupa waktu. Daddy bakalan nyuruh Edgar untuk mengawasi kamu dan Daddy membebaskan dia untuk tidak segan-segan menghukum kamu jika kamu susah diatur," ucap Daddy Juan.
"Waduh, dapat ancaman segala nih," sindir Alesha.
"Kamu itu kalau gak diancam gak bakalan nurut. Bukannya apa-apa, Daddy melakukan semua ini karena Daddy takut kamu sakit," ucap Daddy Juan.
"Iya, Daddyku sayang."
Setelah sarapan, Alesha pun berangkat diantar oleh sopir karena Edgar hari ini tidak bisa jemput ada rapat mendadak. Tidak membutuhkan waktu lama, Alesha pun sampai di kantor. Semua karyawan menyapa Alesha dengan ramah dan tentu saja Alesha membalas sapaan mereka dengan ramah pula.
"Selamat pagi, Nona!" sapa Muti.
"Pagi, Kak Muti. Oh iya, hari ini jadwal aku apa?" tanya Alesha.
"Kita harus bertemu klient di restoran xxx," sahut Muti.
"Memangnya bertemunya harus di restoran ya?" tanya Alesha.
"Beliau memintanya di restoran. Beliau adalah Pak Hendrik dari perusahaan A dan beliau ingin menjalin kerjasama dengan perusahaan kita. Kata Pak Juan, Nona tinggal tanda tangan saja soalnya semuanya sudah Pak Juan urus dan sekarang tinggal tanda tangan saja," sahut Muti.
"Ok."
Menjelang siang, Alesha pun berangkat ke sebuah restoran bersama Muti. Dia akan bertemu dengan pemilik sebuah perusahaan yang bernama Hendrik. Tidak membutuhkan waktu lama, mereka pun sampai di restoran itu.
"Apa Pak Hendrik sudah datang?" tanya Alesha.
Muti celingukan mencari pria yang bernama Hendrik, hingga tidak lama kemudian matanya mengarah ke meja dekat kaca yang sedang duduk sendirian. "Nah, itu dia Pak Hendrik," tunjuk Muti.
Alesha menoleh ke arah yang ditujukan oleh Muti. "Kak, itu serius Pak Hendrik?" tanya Alesha.
"Iya, memangnya kenapa?" Muti balik bertanya.
"Aku pikir Pak Hendrik itu pria tua," sahut Alesha.
"Bukan, Pak Hendrik masih muda sepertinya tidak jauh umurnya dengan Nona," ucap Muti.
Alesha dan Muti pun berjalan menghampiri Hendrik. "Selamat siang Pak Hendrik, maaf sudah menunggu," seru Alesha ramah.
Hendrik mendongak. Seketika dia melongo melihat Alesha bahkan dia sampai tidak berkedip. "Maaf, Pak Hendrik tidak apa-apa 'kan?" tanya Alesha karena Hendrik tampak diam saja.
"Ah, maaf. Kamu Alesha, putrinya Pak Juan?" tanya Hendrik.
"Iya. Daddy aku gak bisa datang jadi aku yang mewakilkannya," sahut Alesha.
"Silakan duduk," seru Hendrik.
Alesha dan Hendrik pun berbincang-bincang dengan santainya. Sebenarnya Hendrik bisa saja langsung menyerahkan berkas dan tanda tangan satu sama lain tapi Hendrik sengaja dilama-lamakan karena dia masih ingin ngobrol dengan Alesha. Hingga tidak lama kemudian, Edgar pun masuk ke dalam restoran itu.
"Bos, bukanya itu Nona Alesha?" tunjuk Hadi yang merupakan asisten Edgar.
Edgar langsung menoleh dan dia tampak geram kala melihat kekasihnya itu sedang tertawa bersama dengan pria lain. Bahkan Edgar melihat jika si pria berusaha mendekati kekasihnya itu. "Wah, dia berani mendekati wanitaku," geram Edgar.
Edgar pun dengan emosi segera melangkahkan kakinya mendekati Alesha. "Sayang, kamu lagi ngapain?" sapa Edgar sembari mencium pipi Alesha.
Alesha kaget begitu juga dengan Hendrik. "Kok, kamu ada di sini?" tanya Alesha.
"Aku baru pulang cek lokasi pembangunan, mampir ke sini mau makan siang soalnya belum makan," sahut Edgar.
"Maaf Nona Alesha, ini siapa?" tanya Hendrik.
Edgar mengulurkan tangannya ke arah Hendrik. "Kenalkan, saya calon suaminya Alesha dan sebentar lagi mau menikah," ucap Edgar dengan senyuman sinisnya.
Hendrik sedikit kaget, dia kira jika Alesha masih lajang tapi ternyata sudah punya calon suami. Hendrik bangkit dan membalas ukuran tangan Edgar. "Oh, salam kenal," sahut Hendrik.
Hendrik pun membuka berkas kerjasama itu lalu dengan cepat menandatanganinya. "Nona Alesha, sudah saya tanda tangani senang bekerjasama dengan perusahaan anda," ucap Hendrik sembari mengulurkan tangannya ke arah Alesha.
"Sama-sama Pak Hendrik," sahut Alesha membalas uluran tangan Hendrik.
Edgar lagi-lagi merasa tidak suka, dia pun melepaskan tangan Alesha dengan lembut. "Terima kasih, Pak Hendrik," ucap Edgar dengan kata-kata penuh dengan tekanan.
"Baiklah, kalau begitu saya pamit," ucap Hendrik.
Hendrik pun pergi meninggalkan restoran itu dengan perasaan kesal. Sedangkan Edgar tampak tersenyum senang. "Apaan sih, kaya gitu?" kesal Alesha.
"Pria itu kelihatan sekali ingin mendekati kamu," sinis Edgar.
"Jangan sok tahu, kita baru saja ketemu mana mungkin dia seperti itu," sahut Alesha.
"Aku pria sayang, aku tahu mana tatapan biasa-biasa saja sama tatapan suka," ucap Edgar.
"Terserah kamu saja, tapi lain kali jangan seperti itu," kesal Alesha.
Alesha pun mengambil tasnya. "Kak Muti, ayo kita kembali ke kantor," seru Alesha.
"Baik, Nona," sahut Alesha.
"Sayang, kamu gak mau makan dulu?" seru Edgar.
"Tidak, aku tidak lapar," ketus Alesha.
Dia pun segera pergi dari restoran itu membuat Edgar kelabakan. "Yaelah, dia malah marah lagi," batin Edgar.
