NovelToon NovelToon
Lily Of Valley: Ratu Mafia Yang Tersembunyi

Lily Of Valley: Ratu Mafia Yang Tersembunyi

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Identitas Tersembunyi
Popularitas:41.5k
Nilai: 5
Nama Author: chery red

Dilahirkan dalam keluarga kaya, Alea Lily Armstrong tumbuh dalam penolakan. Dianggap pembawa sial, ia dikucilkan dan dibenci. Luka hati mengubahnya menjadi wanita dingin. Pertemuannya dengan Alexander, ketua mafia terluka, membawanya ke dunia gelap.
Lea menjadi "Ratu Mafia Tersembunyi," menyembunyikan identitasnya. Dendam membara, menuntut pembalasan atas luka lama. Di tengah intrik mafia, Lea mencari keadilan. Akankah ia temukan kebahagiaan, ataukah dendam menghancurkannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chery red, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

35. Badai di Sekolah dan Ancaman yang Terwujud

Pengumuman di pesta ulang tahun Alea, yang mengukuhkan statusnya sebagai Alea Callahan, bukan hanya menggemparkan dunia bisnis dan sosial, tetapi juga mengirimkan gelombang kejut yang dahsyat ke seluruh penjuru sekolah. Keesokan harinya, suasana di sekolah terasa berbeda. Bisikan-bisikan mengikuti langkah Alea di setiap koridor, tatapan mata yang penuh rasa ingin tahu, kekaguman, dan juga kecemburuan, tak pernah lepas darinya.

Kalung berbandul berlian langka pemberian Axel, yang begitu bersinar di lehernya semalam, kini tersimpan aman di lemari besi di kamarnya. Alea tidak ingin mengambil risiko kehilangan sesuatu yang begitu berharga dan penuh makna. Namun, meskipun kalung itu tak terlihat, aura baru Alea sudah cukup untuk mengubah segalanya.

Ia berjalan dengan kepala tegak, aura percaya diri memancar dari dirinya. Semua siswa, dari yang paling populer hingga yang paling cupu, tampaknya tahu bahwa Axel Dirgantara telah menyatakan perasaannya pada Alea di depan umum, dan mereka berdua kini adalah sepasang kekasih. Status "pacar Axel" ditambah dengan nama Callahan, membuat Alea menjadi magnet perhatian yang tak terbantahkan. Ia bisa merasakan perubahan sikap dari teman-teman sekelasnya. Beberapa yang dulunya sering meremehkan atau bahkan ikut mem-bully-nya, kini tampak canggung, menunduk saat berpapasan, atau bahkan mencoba menyapa dengan nada hormat yang dibuat-buat. Banyak diantara mereka yang mencoba mendekatinya dan menjilatnya untuk menaikkan posisinya di mata masyarakat, atau untuk membuat pamor mereka lebih terkenal. Sungguh menjijikan.

"Alea, selamat pagi!" sapa seorang siswi yang dulu sering mengolok-oloknya, kini dengan senyum manis yang dipaksakan.

Alea hanya menatapnya datar, tanpa menghentikan langkahnya. Ia tahu, semua ini hanya topeng. Mereka tidak benar-benar peduli, mereka hanya takut pada nama Callahan dan kekuasaan Axel.

Axel, Dion, Jeremy, Thomas, Arya, Putra, Michael, Jonathan dan Jordan selalu berada di sisinya, membentuk dinding tak terlihat yang melindunginya. Kehadiran mereka semakin mempertegas status Alea yang tak tersentuh.

"Kau lihat mereka, Boo?" bisik Axel, merangkul pinggang Alea posesif saat mereka berjalan di koridor. "Dulu mereka menertawakan mu, sekarang mereka menjilat. Manusia memang begitu."

"Aku tahu, Yang," jawab Alea, tatapannya dingin. "Tapi aku tidak akan melupakan apa yang mereka lakukan. Ini hanya membuatku semakin yakin, bahwa aku harus lebih kuat."

Di kantin, saat jam istirahat, suasana menjadi lebih tegang. Tiara, David, dan Devan duduk di meja mereka, wajah mereka muram.Tak lama kemudian Kevin pun datang setelah beres satu mata kuliahnya. Mereka menjadi pusat perhatian, bukan karena popularitas, melainkan karena rasa kasihan dan ejekan tersembunyi dari siswa lain. Bisikan-bisikan tentang "keluarga Amstrong yang sudah tidak sekuat dulu" dan "Alea yang sekarang jauh di atas mereka" terdengar jelas di seluruh kantin.

"Aku tidak percaya ini!" desis Tiara, menggebrak pelan meja. "Mereka semua menatapku seperti aku ini sampah! Ini semua gara-gara si Alea sialan itu!"

"Berita itu benar-benar menghancurkan reputasi keluarga kita, Tiara," kata Kevin, suaranya terdengar lelah. "Daddy semalam marah besar. Dia bilang saham perusahaan langsung anjlok setelah berita itu keluar. Banyak investor menarik diri."

David dan Devan hanya diam, menyesap minuman mereka dengan gelisah. Mereka merasakan tekanan yang sama. Teman-teman mereka mulai menjauhi, bisikan-bisikan tentang "keluarga Amstrong yang sudah tidak sekuat dulu" mulai terdengar di mana-mana.

Tiba-tiba, Alea dan geng Axel masuk ke kantin. Seluruh kantin menjadi hening. Alea berjalan dengan anggun, tatapannya menyapu seluruh ruangan, berhenti sejenak pada meja Tiara. Sebuah senyum tipis, penuh kemenangan, terukir di bibirnya.

"Lihat dia! Beraninya dia tersenyum seperti itu!" Tiara menggeram, tangannya mengepal erat di bawah meja. "Aku tidak akan membiarkan dia menang! Tidak akan!"

Beberapa hari berlalu, dan tekanan pada keluarga Amstrong semakin meningkat. Richard Amstrong bekerja keras untuk menstabilkan saham perusahaannya yang terus merosot. Ia mencoba menghubungi beberapa koneksi lamanya, namun banyak yang kini menghindarinya, memilih untuk tidak terlibat dalam konflik dengan keluarga Callahan dan Dirgantara yang jelas-jelas melindungi Alea. Richard merasa terpojok, amarahnya memuncak, dan ia mulai merencanakan sesuatu yang lebih drastis.

Sementara itu, Tiara, yang masih terbakar amarah dan rasa iri, memutuskan untuk merealisasikan rencana jahatnya. Ia menghubungi preman yang sudah ia sewa beberapa hari sebelumnya, memberikan instruksi yang lebih detail dan kejam.

"Aku ingin kalian memberinya pelajaran yang tidak akan pernah dia lupakan," kata Tiara melalui telepon, suaranya bergetar menahan emosi. "Buat dia menyesal telah dilahirkan! Pokoknya, buat dia tidak bisa lagi mengangkat kepalanya di depan umum! Dan jangan sampai ada jejak yang mengarah padaku! Bahkan jika kalian harus memperkosanya secara bergiliran, lakukan saja! Aku ingin dia trauma seumur hidupnya!"

Di seberang telepon, suara serak menyanggupi dengan antusias. Tiara memutuskan panggilan, napasnya terengah-engah. Seringai dingin dan mengerikan terukir di bibirnya. Ia membayangkan wajah Alea yang berlinang air mata, memohon ampun, dan itu memberinya kepuasan yang brutal. "Rasakan itu, Alea! Kau pikir kau bisa lolos begitu saja setelah mempermalukan ku?! Ini baru permulaan nerakamu!"

Sore itu, sepulang sekolah, Alea memutuskan untuk pergi ke perpustakaan kota untuk mencari beberapa buku referensi. Ia ingin belajar lebih banyak tentang dunia bisnis dan hukum, mempersiapkan diri untuk masa depan yang ia tahu akan penuh tantangan. Ia menolak ajakan Axel untuk diantar, ingin sedikit waktu sendiri.

"Aku akan baik-baik saja, Yang," kata Alea pada Axel saat mereka berpisah di gerbang sekolah. "Aku hanya ingin ke toko buku sebentar. Kau tidak perlu khawatir."

Axel menghela napas, namun akhirnya mengalah. "Baiklah, tapi hati-hati. Jika ada apa-apa, segera hubungi aku."

Alea tersenyum dan mengangguk. "Tentu."

Ia berjalan kaki menuju halte bus terdekat. Jalanan cukup ramai, namun semakin ia menjauhi area sekolah, suasana mulai sepi. Alea berjalan menyusuri trotoar, pikirannya sibuk memikirkan buku-buku yang ingin ia cari.

Tiba-tiba, sebuah mobil van hitam melaju kencang dan berhenti mendadak di sampingnya. Pintu van terbuka, dan dua pria bertubuh besar dengan wajah sangar melompat keluar. Mereka bergerak cepat, mencoba menangkap Alea.

Alea terkejut, namun instingnya langsung bereaksi. Ia telah dilatih oleh Arman dan Axel untuk menghadapi situasi berbahaya. Dengan cepat, ia menghindar dari jangkauan tangan salah satu pria itu, lalu melayangkan tendangan keras ke arah lutut pria lainnya. Pria itu meringis kesakitan, namun pria pertama berhasil menangkap lengannya.

"Lepaskan aku!" teriak Alea, meronta. Ia mencoba melepaskan diri, namun cengkeraman pria itu terlalu kuat.

"Diam kau, jalang!" bentak pria itu, menariknya paksa. "Kau akan dapat pelajaran yang tidak akan kau lupakan!"

Alea tahu ini adalah ulah Tiara. Ia bisa melihat tekad di mata pria-pria itu, tekad untuk menaklukkan dirinya. Ia tidak akan menyerah begitu saja. Ia mengumpulkan seluruh kekuatannya, mencoba melawan, namun jumlah mereka tidak seimbang. Mereka menyeretnya paksa menuju van.

"TOLONG!" teriak Alea sekuat tenaga, berharap ada yang mendengar.

Tepat saat mereka hendak mendorong Alea masuk ke dalam van, sebuah mobil sport hitam melaju kencang dan berhenti mendadak di belakang van. Pintu mobil terbuka, dan Axel melompat keluar dengan wajah penuh amarah. Di belakangnya, mobil-mobil lain menyusul, berisi Dion, Jeremy, Thomas, Arya, Putra, Michael, Jordan, dan Jonathan.

"LEPASKAN DIA, BAJINGAN!" teriak Axel, suaranya menggelegar, penuh ancaman. Matanya menyala merah karena amarah yang membara. Ia tidak pernah sekhawatir ini. Instingnya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres saat Alea menolak diantar.

Para preman itu terkejut melihat kedatangan Axel dan teman-temannya. Mereka tidak menyangka akan ada bala bantuan secepat ini. Salah satu pria mencoba menarik pisau, namun Axel bergerak lebih cepat. Dengan satu tendangan keras, ia menjatuhkan pria yang memegang Alea. Alea langsung terlepas, terhuyung, namun Axel segera menangkapnya.

"Kau tidak apa-apa, Boo?" tanya Axel, memeriksa Alea dengan cemas.

Alea mengangguk, napasnya terengah-engah. "Aku baik-baik saja, Yang. Kau datang tepat waktu."

Axel menatap tajam para preman itu. "Kalian berani menyentuh milikku?! Kalian akan menyesal telah dilahirkan!"

Tanpa menunggu komando, Axel, bersama Dion, Jeremy, Thomas, Arya, Putra, Michael, Jordan, dan Jonathan, langsung menyerbu para preman itu. Pertarungan sengit tak terhindarkan. Axel bergerak dengan kecepatan kilat, setiap pukulannya penuh kekuatan dan amarah. Ia melayangkan pukulan bertubi-tubi pada pria yang mencoba menyentuh Alea, melampiaskan semua kekhawatirannya. Dion dan yang lain juga tidak kalah gesit, mereka melumpuhkan preman-preman itu dengan cepat dan efisien.

Dalam hitungan menit, para preman itu sudah tergeletak tak berdaya di jalanan, babak belur. Axel menatap mereka dengan jijik. Ia mengeluarkan ponselnya.

"Hubungi Paman Arman," perintah Axel pada Dion. "Beritahu dia apa yang terjadi. Dan pastikan mereka semua tidak akan pernah melihat matahari lagi." Suaranya dingin, mematikan.

Dion mengangguk, segera menelepon.

Axel berbalik menghadap Alea, memeluknya erat. "Aku sudah bilang untuk hati-hati. Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyentuhmu."

Alea membalas pelukan Axel, merasakan detak jantungnya yang cepat. Ia tahu, bahaya akan selalu mengintai, namun ia tidak sendirian. Ia memiliki Axel, dan ia memiliki kekuatan baru.

"Aku tahu siapa yang menyuruh mereka," bisik Alea, suaranya penuh tekad. "Tiara."

Axel mengangguk. "Aku sudah menduganya. Dia tidak akan pernah berhenti. Tapi kali ini, dia sudah melewati batas. Dia akan membayar mahal untuk ini." Matanya menyala dengan janji balas dendam.

Sementara itu, di kediaman Amstrong, Tiara sedang menunggu kabar dengan gelisah. Ia membayangkan Alea yang sudah babak belur, menangis, dan trauma. Senyum kemenangan mulai terukir di bibirnya.

Tiba-tiba, ponselnya berdering. Itu nomor preman yang ia sewa. Dengan cepat, ia mengangkatnya.

"Bagaimana? Sudah beres?" tanyanya, suaranya penuh antisipasi.

Namun, yang ia dengar adalah suara erangan kesakitan dan putus asa. "Nona... kami... kami gagal! Ada... ada yang datang menyelamatkan dia! Mereka... mereka sangat kuat! Kami semua babak belur!"

Seringai di wajah Tiara langsung luntur. Matanya membelalak tak percaya. "Apa?! Gagal?! Bagaimana bisa?! Kalian ini bodoh atau apa?!"

"Mereka... mereka bilang... kami akan menyesal seumur hidup! Mereka bilang... mereka akan membuat kami tidak pernah melihat matahari lagi!" suara itu terputus, diikuti suara benturan dan teriakan.

Tiara menjatuhkan ponselnya. Wajahnya pucat pasi. Ia tahu siapa 'mereka' yang dimaksud. Axel dan gengnya. Dan ancaman itu... itu bukan main-main. Rasa takut yang dingin merayapi hatinya. Rencananya gagal total, dan kini ia tahu, Alea tidak akan tinggal diam.

Di sisi lain, Richard menerima telepon dari salah satu informannya. Wajahnya yang sudah tegang semakin mengeras. "Apa?! Alea diserang?! Dan Axel Dirgantara yang menyelamatkannya?! Preman-preman itu... mereka semua tertangkap dan... menghilang?"

Informan itu mengonfirmasi dengan suara gemetar. Richard menutup telepon, napasnya memburu. Ia menatap ke luar jendela, ke arah kota yang gelap. Alea, gadis yang ia buang, kini memiliki perlindungan yang tak terduga dan kekuatan yang mengerikan. Ia telah mencoba menghancurkannya, namun setiap upaya hanya membuatnya semakin kuat. Richard tahu, ini bukan lagi sekadar persaingan bisnis atau dendam pribadi. Ini adalah perang, dan dia, berada di pihak yang kalah.

1
T o R a 21
😭😭alea kuat..alea kuat hebat
YAM
Luar biasa
princi pesa
kira2 sp yh
princi pesa
crazy up pls
princi pesa
crazy up kakaaaa
T o R a 21
Gk jls ah...kan d awasi malah skrng balik lagi tuh si Tiara,pake ganti nama jd si Tamrin lg...hadeuh
Glastor Roy
up
Deni Susanti
aduhh thur belum2 toko utama udah k,o,,gak seruh thur,,,GI mana mau ngadepin perang besar Bru 3 curut itu udah tumbang,, membosankan,,
Lyana: betul bu... baru sikit dh tumbang
princi pesa: bct bu…
total 2 replies
Deni Susanti
ini Bru toko utama nya menarik,senggol bacok,lanjut kn alea bls dendam nya,bikin lebih sadis dr itu,
Deni Susanti
tur karakter aleya ini apasi lemah ,bodoh atau goblok,,di tindas diam aja,terlalu bnyk tempo tur,,mau bikin cerita toko utamanya mestrius,tapi JD kesan nyo toko utamanya JD kayak bodoh,
princi pesa: sewot bgt jir ibu2 fb
total 1 replies
Deni Susanti
thur kebanyakan drama,,
Naruto Uzumaki family
Lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!