NovelToon NovelToon
Menikahi Cucu Diktator

Menikahi Cucu Diktator

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Percintaan Konglomerat / Trauma masa lalu
Popularitas:9.5k
Nilai: 5
Nama Author: khayalancha

Di balik gaun pengantin dan senyuman formal, tersembunyi dua jiwa yang sejak lama kehilangan arti cinta.

Andre Suthajningrat—anak dari istri kedua seorang bangsawan modern, selalu dipinggirkan, dibentuk oleh hinaan dan pembuktian yang sunyi. Di balik kesuksesannya sebagai pengusaha real estate, tersimpan luka dalam yang tak pernah sembuh.

Lily Halimansyah—cucu mantan presiden diktator yang namanya masih membayangi sejarah negeri. Dingin, cerdas, dan terlalu terbiasa hidup tanpa kasih sayang. Ia adalah perempuan yang terus dijadikan alat politik, bahkan oleh ayahnya sendiri.

Saat adik tiri Andre menolak perjodohan, Lily dijatuhkan ke pelukan Andre—pernikahan tanpa cinta, tanpa pilihan.

Namun di balik kehampaan itu, keduanya menemukan cermin dari luka masing-masing. Intrik keluarga, kehancuran bisnis, dan bayang-bayang masa lalu menjerat mereka dari segala sisi. Tapi cinta… tumbuh di ruang-ruang yang retak.

Bisakah dua orang yang tak pernah dicintai, akhirnya belajar mencintai?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khayalancha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35

Sudah seminggu sejak Andrea keluar dari rumah sakit. Wajahnya masih pucat, tubuhnya jauh lebih kurus dari terakhir kali Andre melihatnya berdiri di panggung sebagai juri kompetisi desain. Tapi sorot matanya perlahan mulai kembali. Masih ada bayangan gelap di sana, tapi tidak sepekat dulu.

Kini, Andrea tinggal di paviliun belakang rumah utama, bagian rumah tua yang dulu adalah ruang tamu nenek mereka. Andre menyulapnya menjadi tempat tinggal semi-pribadi: kamar luas dengan jendela menghadap taman kecil, dapur kecil, dan ruang duduk yang hangat. Ia bahkan memasang gorden favorit Andrea—warna hijau muda dengan motif daun lembut.

Lily yang mengusulkan semua itu.

Sejak Andrea pulang, Lily seolah menjelma menjadi malaikat penjaga. Setiap pagi ia datang ke paviliun membawa teh hangat atau jus segar, lalu mengajak Andrea berjalan-jalan di kebun kecil di belakang rumah.

“Lima putaran, ya?” ujar Lily lembut sambil menggandeng tangan Andrea.

Andrea mendesah, tapi mengangguk. “Oke. Tapi jangan cepat-cepat. Aku masih lemas.”

Lily tersenyum. “Aku juga, kok. Lemas lihat berita gosip tiap pagi.”

Andrea tertawa kecil. Tawa yang hampir Andre lupakan suaranya.

Andre mengintip mereka dari jendela ruang kerjanya. Melihat Lily berjalan pelan sambil sesekali membetulkan selimut di bahu Andrea, dan Andrea menyahut dengan gaya khasnya yang sedikit sinis tapi manis. Ada sesuatu yang terasa damai dari pemandangan itu—dan Andre tak bisa menyangkal bahwa hatinya terenyuh.

Lily juga menyusun jadwal minum obat Andrea di sticky notes warna-warni, membawakan buku-buku cerita dan sketchbook baru, bahkan membiarkan Andrea memeluk kucing peliharaan Lily—Tami—yang biasanya tidak suka disentuh siapa pun.

“Dia baik banget ya,” gumam Andre suatu malam, sambil duduk di tepi tempat tidur.

Andrea yang mendengar itu dari pintu paviliun hanya menatap adiknya dari kejauhan. “Jangan sampai kamu kehilangannya,” katanya pelan, sebelum menutup pintu kembali.

Hubungan Andre dan Lily memang berubah. Entah dimulai dari mana—mungkin dari malam pelukan di jalan itu, atau saat Lily mengobati lukanya di dalam mobil, atau ketika mereka sama-sama tak bisa tidur dan bertemu di dapur pada pukul dua dini hari hanya untuk merebus mie instan dan saling menyuapi sambil tertawa.

Kini mereka saling mencari.

Andre tidak perlu berpura-pura sibuk hanya untuk menghindari pembicaraan. Lily tidak perlu lagi menutup diri dalam kamar saat dunia terasa menghantam. Mereka saling membuka, pelan-pelan, tanpa tekanan, tanpa perlu kata-kata besar seperti “aku cinta kamu”. Tapi semua terasa jelas.

Mereka mulai mencium satu sama lain setiap pagi. Di dapur. Di taman. Di tangga rumah. Bahkan di halaman saat Lily menjemur baju dan Andre lewat.

Saat Lily bangun, di meja samping ranjang, segelas air putih dan satu dokumen legal tergeletak rapi. Di atasnya, terdapat post-it kecil bertuliskan:

“Untukmu. Hari ini kita mulai dari sini. – A”

Lily terbangun pelan, matanya menangkap tulisan tangan Andre dan langsung mengingat bahwa hari ini adalah pertemuan dengan tim hukum dan notaris pertanahan. Bukan hanya tentang restoran yang dulu terbakar, tapi juga mengenai isu besar yang mengguncangnya selama berminggu-minggu: tanah negara.

Isu yang menyebut bahwa ia memakai tanah milik negara untuk memperkaya diri sendiri sebagai “cucu diktator” sudah tersebar ke berbagai media, lengkap dengan foto-foto usang kakeknya dan narasi yang menyudutkan.

Tapi Andre tidak diam.

Ia menyewa tim hukum terbaik yang pernah ia percaya saat membangun proyek Ciledug City dulu, dan meminta verifikasi pertanahan resmi melalui notaris independen. Ternyata, Lily bukan hanya tidak bersalah—justru tanah itu memang dibeli sah oleh almarhum ayahnya bertahun-tahun lalu dari pemilik sebelumnya, sebelum negara pernah memagari kawasan itu untuk proyek yang tak pernah jadi.

Andre menyusun konferensi pers kecil di restoran cabang Lily yang di Cikini. Ia duduk di samping Lily, memakai setelan abu terang dan memasang wajah datar yang tenang. Tapi tangannya terus menggenggam tangan Lily di bawah meja, seolah berkata: “Tenang, aku di sini.”

Lily membuka pidatonya dengan suara lembut namun tegas. “Saya tahu banyak dari Anda mengenal nama belakang saya. Saya tahu, itu bisa menjadi berkah sekaligus kutukan. Tapi hari ini, saya di sini bukan sebagai cucu siapa pun. Saya di sini sebagai Lily Halimansyah, pemilik sah restoran ini, yang dibangun dari resep keluarga dan kerja keras saya sendiri.”

Andre menambahkan, “Isu soal kepemilikan tanah ini sudah diklarifikasi secara hukum. Jika masih ada pihak yang ingin memperkarakan ini ke ranah publik, kami terbuka untuk menghadapi, dengan bukti dan integritas.”

Setelah itu, media mulai mereda. Beberapa tokoh publik bahkan menyampaikan simpati di media sosial, memuji Lily yang tetap tenang dan elegan meski diguncang dari segala arah.

...****************...

Sore itu, Lily duduk di ruang kerja sambil menatap desain restoran barunya. Tangannya sibuk mencoret konsep layout, tapi pikirannya mengembara. Ketika Andre masuk membawa dua cangkir teh, ia langsung duduk di samping Lily dan mengintip sketsa di layar.

“Layout bar-nya bagus, tapi kamu lupa alur pelayanan,” ujar Andre sambil menunjuk area dapur.

Lily tertawa kecil. “Iya ya… kamu memang lebih jeli soal logistik ruangan.”

Andre mencoret dengan pensil di iPad-nya. “Kalau meja VIP-nya dipindah ke sini, kamu bisa tambahkan partisi tembus cahaya. Intim, tapi tetap stylish.”

Mereka mendiskusikan itu selama hampir satu jam, saling melengkapi, saling menyempurnakan. Seolah bukan hanya restoran yang mereka bangun—tapi juga pondasi baru dari hidup mereka bersama.

Di akhir malam, saat sketsa hampir selesai, Andre berkata dengan nada rendah, “Aku juga sedang menyiapkan sesuatu.”

Lily menoleh. “Apa?”

Andre menatapnya dalam. “Aku akan bangkit. Bukan dengan nama ayahku. Tapi dengan cara yang aku pilih sendiri.”

Lily terdiam. Matanya memerah, tapi senyumnya tulus. “Apapun itu, aku di belakang kamu, Andre. Seratus persen.”

Andre mengangguk. “Aku tahu. Dan itu satu-satunya hal yang membuatku yakin aku akan berhasil.”

Malam itu, mereka duduk bersisian di ruang kerja yang masih terang. Tidak butuh pelukan atau ciuman, karena kebersamaan mereka saja sudah terasa lebih hangat dari apa pun yang pernah mereka miliki sebelumnya.

1
Sumiyati oo
kasihan andre hidup di keluarga toxic,
semoga rumah tangga dan usahanya lancar

ayah yg seharusnya mendukung anaknya untuk bangkit tapi malah menjadi penghambat

lanjut kak
Agus Irawan
semangat selalu
Agus Irawan
hai kak aku mampir
Sumiyati oo
andre keren berani mengambil sikap untuk mempertahankan hidupnya bersama lily

semoga andrea juga tdk putus asa
lanjut kak
R Melda
suka,, semangat lanjut thor
Sumiyati oo
ini cerita bagus, butuh penghayatan dan pemahaman saat membaca
Yulia Dhanty
menarik
Wirda Wati
👏👏👏
Wirda Wati
ceritamu sebenarnya kereeen thor.penuh bahasa majas...
Wirda Wati
👍👍👍💪
Wirda Wati
Rumit
Wirda Wati
😇😇😇😇😇
Wirda Wati
😇😇😇😇👏
Wirda Wati
Jangan bego Lo Andre...
Wirda Wati
tentu Andre bertanggung jawab.karena ia pria yg baik.
Ari Arie
kata2nya puitis banget./CoolGuy/
Wirda Wati
kapan dekatnya
Wirda Wati
makin lama makin asyik bacanya
Wirda Wati
kereeen
Wirda Wati
semoga mrk bahagia.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!