Sudah empat tahun ini kebun pisang milik Raharjo menjadi tempat yang paling menakutkan bagi warga sekitar, jangan kan malam hari, siang saja tidak ada yang berani mau lewat sana.
Bahkan keluarga Raharjo juga menghilang begitu saja, membuat warga menduga keluarga tersebut punya pesugihan.
kemana kah Raharjo menghilang bersama keluarga nya?
siapa yang sudah menjadi hantu di kebun pisang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35. Tabrakan
"Aku kalau tidak ingat kau suamiku, malas aku keluar tengah hari bolong begini, Zidan!" rutuk Purnama sendirian di atas motor.
Hari ini Zidan demam dan bilang mau makan soto ayam dekat simpang sana, kalau dulu ada Fatma yang selalu memasak banyak sehingga Purnama tinggal minta saja, namun kali ini dia lebih baik beli saja dari pada hatus sibuk membuat. malas sudah payah memasak namun hasil malah tidak enak, jadi memang membeli adalah solusi terbaik nya.
Memang Zidan tidak pernah complain apa bila di masakan istri tercinta apa pun itu, tapi Purnama bisa melihat bagai mana susah payah nya sang suami mau menelan masakan yang sudah dia buat itu. jadi memang dia sudah sadar bahwa masak bukan hal yang mudah untuk di lakukan, jadi lebih baik beli dan terserah mau makan apa saja.
Tahan panas siang hari begini dia keluar untuk mencarikan makanan, ini lah sisi baik nya Purnama saat mengurus suami yang sangat ia sayangi. kalau lagi baik maka semua akan di urus dan di turuti lah semua nya, tapi jangan pernah memancing emosi nya yang kadang kala tidak terkendali sehingga nanti akan muncul lah bantingan yang amat luar biasa dari nya, tidak peduli walau itu Zidan suami nya maka kalau salah akan di bantai habis.
Braaaaak.
"Allah, malah nabrak orang pula aku!" Purnama jatuh karena ada motor lagi nabrak dia dari depan.
"Heh kau tidak melihat dengan baik ya, ini nih kalau orang kampung!" Juwita langsung marah dan berkacak pinggang.
"Ini orang mana pula, memang nya kenapa kalau orang kampung." Purnama masih merutuk sendiri karena kaki terjepit motor yang cukup besar.
"Apa kau malah melotot padaku? ku colok mata mu itu!" Juwita malah menyepak ban depan motor Purnama.
"Bangsaaat!" Purnama mengambil soto yang sudah dia beli dan di lemparkan kearah muka Juwita.
"Aaaaah panasssss!" Juwita menjerit karena satu plastik soto tumpah di wajah nya.
"Makan soto panas itu, kau pikir yang salah di sini aku? kau yang keluar jalur, ini jalan umum sehingga harus lurus berjalan nya!" geram Purnama sudah naik darah.
Juwita masih menjerit jerit karena rasa nya sangat panas menyala di wajah, dia salah pilih lawan sehingga tadi walau pun salah langsung saja menyala. padahal yang di lawan adalah dedengkot kampung sini, siapa pun tak akan mau mencari masalah dengan Purnama karena mereka tau betapa galak nya manusia satu ini.
Namun Juwita malah berlagak mau melawan pula, ini masih belum keluar jurus andalan yang sangat ampuh, jadi lah mandi kuah soto yang sangat panas itu. Purnama menatap nya dengan tatapan yang sangat tajam, sebab dia pun mencium bau darah dukun yang sangat kental dari tubuh wanita ini.
"Akan ku laporkan kau atas penganiayan terhadao diriku, tidak tau kau kalau aku adalah menantu orang kaya di desa ini." geram Juwita menunjuk wajah Purnama.
"Apa orang kaya itu buta sehingga dia mau memungut sampah untuk di jadikan menantu!" Purnama melirik kaki nya sendiri yang berdarah.
"Apa! kau barusan bilang apa?!" Juwita kaget sekali mendengar hal itu.
"Selain menjadi sampah tidak berguna, kau pun tuli sekali sehingga ucapan ku selantang ini tidak bisa kau dengar!" Purnama mencemoh dengan tatapan mengejek luar biasa.
Juwita yang sudah termakan emosi tinggi langsung saja mengambil batu besar untuk menyerang Purnama, bodo amat mau kena tuntutan apa karena dia merasa punya uang dan bisa menyogok polisi nanti nya. Purnama tersenyum melihat lawan yang sok keras, tidak akan ia ampuni karena dia pun sudah naik darah.
"Kau mau membantai ku?" Purnama tertawa melihat Juwita.
"Aku tidak akan pernah mengampuni orang yang sudah mengusik ku, kau tunggu saja nanti balasan yang lebih sakit dari ini." geram Juwita langsung menyerang.
Wuuuut.
Buaaaak.
Padahal Juwita yang mau menampar dengan batu itu, tapi malah dia yang kena tinju di bagian lambung oleh Purnama, satu hantaman yang sangat kuat membuat Wita terduduk menahan rasa mual yang tidak tertahan. padahal hanya tinju biasa yang sangat lembut bagi Purnama, namun bagi Juwita sudah bisa membuat lambung nya mau pecah karena di tinju Ratu ular.
"Kau...aaahhkkk, kau!" Juwita merah padam menahan rasa sakit yang tidak terkira.
"Bagai mana rasa nya, enak kan?" Purnama tertawa puas melihat Juwita.
"Dasar wanita kampung sialaaaan!" Wita masih saja berusaha untuk bangkit walau perut nya sakit bukan main.
"Ayo maju lagi, aku tidak akan memberikan mu ampun!" Purnama santai saja memainkan tangan yang sangat lihai menggebuk orang.
Juwita masih juga tidak sadar kalau yang di hadapi nya ini bukan lah orang sembarangan, Juwita terus mendesak kedepan dan seketika langsung tertangkap tangan Purnama. dia masih tidak sadar apa yang akan di alami nya, tubuh nya melayang dan dalam hitungan mata langsung jatuh terbanting keras.
BRAAKKKKK!
"AAAAGGHKKKK!" Juwita menjerit kencang karena sudah kena banting.
"Bagai mana kan, enak kan sudah di banting!" Purnama tertawa kencang.
"Aaaghh, tolooong!" Juwita berusaha berteriak karena pinggang nya sangat sakit bukan kepalang.
"Gara gara kau aku jadi harus beli soto lagi, ini suamiku menunggu mau makan soto malah kau ganggu!" geram Purnama yang jadi ingat Zidan.
Juwita sudah tidak mendengarkan lagi apa yang Purnama katakan, karena dia sedang merasakan sakit amat luar biasa pada pinggang, bahkan mungkin saja saat ini sudah patah karena sangking sakit nya hantaman tadi. mau berdiri saja tidak bisa, jadi wajar saja rasa sakit nya seperti mau di remukan sampai ujung kaki.
"Berikan aku uang untuk ganti rugi ini." Purnama menarik baju Juwita yang sedang tergeletak.
"Tolooooong, aku di peras!" Juwita malah berteriak keras.
"Pur, ada apa ini?!" Pak Lurah yang lewat dengan motor tua nya langsung turun dan menghampiri.
"Dia menabrak motor ku dan sekarang aku mau ganti rugi." Purnama bersidekap tangan.
"Bohong, dia membanting ku dan aku lah yang pantas di beri uang!" Juwita langsung menyela.
"Menurut sampean aneh tidak kalau aku tiba tiba saja membanting dia tanpa alasan?" Purnama menatap Pak Lurah.
"Oh ya tentu saja aneh." angguk Pak Lurah langsung.
"Kau harus ganti rugi motor ku yang lecet ini, aku baru beli dan masih ku sayang sayang!" Purnama menatap Juwita tajam.
Yang di tatap jadi ketakutan tidak karuan karena dia bari tau betapa besar kekuatan orang yang sedang berdiri di hadapan nya ini, namun Juwita masih yakin bahwa dia bisa memenangkan kasus ini walau nanti akan di bawa kepolisi.
Bab keempat ya guys, terima kasih like dan comen nya ya.
untung ya ketemu Kinan gak julidah coba kalo ketemu nya sama kokop pasti di ajak gosip 🤭