Kisah seorang menantu yang pernikahannya hancur karena ibu mertuanya yang memaksa putranya untuk menikah lagi dengan alasan sang menantu mandul. Vanniya harus merasakan sakit hati melihat kemesraan sang suami bersama madunya hingga ia membalas rasa sakit ini kepada ibu mertuanya.
Suatu hari ibu mertua Vanni mendapati sang suami membawa wanita lain ke rumahnya dengan status sebagai istri kedua. Wanita itu terduduk lesu, Vanni yang melihatnya segera mendekatinya.
" Bagaimana ma? Manis bukan madu yang aku kirimkan untuk mama?"
Bagaimana usaha Vanni balas dendam kepada ibu mertuanya? Apakah setelah ini Vanniya akan kembali kepada sang suami atau ia memilih meninggalkan suaminya dan menjalani kehidupan barunya?
Ikuti dan dukung kisah mereka berdua.
Baca pelan" dan tidak perlu boomlike karena akan mengurangi performa karya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DAMAI ITU INDAH
Damai... Satu tujuan yang ingin Tama dan Vanniya capai saat ini. Karena kedamaian merupakan hal terpenting bagi hidup mereka. Mereka ingin hidup tenang tanpa sedikit pun dendam yang hanya membuat hidup mereka tak tenang. Tama dan Vanni mulai menerima takdir yang telah Tuhan tuliskan untuknya, termasuk berdamai dengan Arga dan Andreas. Meskipun begitu, Tama tetap mawas diri dan tidak percaya begitu saja pada kedua pria yang pernah menjadi musuhnya.
Pagi ini Vanni sudah kembali ke negaranya yaitu Indonesia tercinta. Ia pulang ke rumah Tama beserta keluarganya dan kedua pria yang saling mengaku sebagai ayahnya Vanno. Ruang keluarga Tama tampak ramai dengan adanya kedua mertua dan adik adik dari mertuanya.
" Tama, sebaiknya kamu hati hati dengan kedua laki laki itu. Tante khawatir mereka sedang merencanakan jahat kepada anak dan istrimu." Ujar Hana melirik Andreas dan Arga yang mengerubungi suster Nadia yang sedang memakaikan baju baby Vanno.
" Iya tan, tenang saja! Aku akan menjaga Vanni dan Vanno, aku juga sudah meminta Rohan untuk terus mengawasi mereka. Tapi seperti yang kita lihat, sepertinya mereka memang berniat baik kepada kami." Sahut Tama.
" Iya, tapi jaga jaga tidak ada salahnya." Ujar Hana.
" Baik tan, terima kasih sudah mengingatkan." Sahut Tama.
" Maaf Tama, bukannya om mau membela putra om. Tapi om sangat tahu bagaimana sifat Andreas. Jika dia sudah menyayangi seseorang, maka rasa sayangnya tulus dari dalam hatinya. Dia tidak akan menyakiti orang itu, jadi kamu tidak perlu khawatir! Andreas tidak akan menyakiti Vanni dan putramu lagi." Ujar tuan Ardi.
" Semoga saja tuan Ardi, karena saya tidak tahu bagaimana hati seseorang bisa berubah." Sahut Tama di angguki kepala oleh tuan Ardi. Tidak salah jika Tama terus waspada terhadap Andreas karena memang Andreas pernah melakukan kesalahan. Bahkan tidak bisa di katakan kesalahan melainkan kejahatan.
" Sudah sus, sini aku gendong."
" Ya udah kamu gendong susternya aja, kalau aku mau gendong Vanno."
Terdengar suara Arga dan Andreas saling bersahutan mengalihkan atensi keluarga Vanni yang sedang duduk di ruang tamu.
" Enggak mau, aku mau baby Vanno. Ayo sayang gendong ayah!" Ujar Arga mengulurkan kdua tangan ke arah babby Vanno seperti baby Vanno sudah bisa di ajak bicara saja.
" Vanno itu jatahku Arga, biar dia sama aku saja. Kamu tadi udah gendong dia." Ujar Andreas yang masih duduk di kursi roda.
" Kamu aja jalan nggak bisa, mau sok sok an gendong baby Vanno. Yang ada nanti dia celaka karena kamu jatuhin." Ejek Arga.
" Sialan lo! Mulut lo itu kalau jujur jangan kebangetan, sakit hati gue." Ujar Andreas.
" Uluh uluh papi Andreas sakit hati dek. Adek sama ayah aja ya." Arga mengambil baby Vanno dari tangan suster Nadia. Suster Nadia menatap Vanni di balas anggukkan kepala.
" Anak ayah udah cakep, wangi juga. Emmuaacch." Arga mencium pipi baby Vanno dengan lembut.
Baby Vanno nampak tersenyum lucu di mata Arga.
" Gantian gue Ga." Ujar Andreas.
" Elo terapi jalan dulu, baru bisa gendong Vanno. Jangan sampai penyakit elo itu nularin anak gue." Sahut Arga.
" Elo nggak usah ngejek ngejek gue gitu Ga. Pengin gue gibeng pala' lo tau nggak." Kesal Andreas.
Vanni yang melihatnya geleng geleng kepala. Ia merasa beruntung, Putranya begitu di sayangi oleh banyak orang.
" Maaf tuan tuan! Sudah saatnya tuan muda minum susu. Saya harus antarkan tuan muda kepada nyonya." Suster Nadia kembali menggendong Vanno lalu ia berikan kepada Vanni. Vanni segera membawa Vanno ke kamarnya untuk ia susui.
" Yah elo sih bikin rusuh, jadi di ambilkan baby Vannonya. Padahal gue masih pengin gendong dia." Gerutu Arga.
" Dia juga butuh asupan dodol. Emangnya kencang elo gendong gendong begitu." Ucap Andreas.
" Tau ah malas gue sama elo." Arga meninggalkan Andreas menghampiri keluarga Azkara.
" Maaf om, tante, boleh kah saya bergabung di sini?" Tanya Arga menunggu persetujuan mereka semua.
" Silahkan nak Arga."
Arga pun ikut bergabung bersama mereka di ruang tamu. Sungguh keluarga Azkara adalah keluarga yang sangat baik hati. Mereka tidak membedakan mana teman sejati dan mana mantan musuh yang menjadi teman. Bagi mereka, asalkan mereka mau berubah maka keluarga Azkara mau menerimanya. Kecuali Andreas yang tidak di harapkan Vanni saat itu.
Andreas pun turut bergabung dengan mereka.
" Hai pa." Sapa Andreas yang sedari tadi memang belum menyapa ayahnya.
" Hai, bagaimana kondisimu?" Tanya tuan Ardi.
" Alhamdulillah jauh lebih baik pa. Mungkin besok aku udah nggak perlu kursi roda ini lagi." Sahut Andreas.
" Syukurlah, lalu bagaimana dengan mama kamu?"
Tiba tiba raut wajah Hana berubah masam. Ia cemburu sang suami menanyakan mantan istrinya, namun hal ini tidak di sadari oleh tuan Ardi.
" Mama baik baik saja pa." Sahut Andreas melirik Hana. Ia tahu kalau istri muda papanya ini cemburu.
" Apa mama ka..."
" Jangan tanyakan tentang mama lagi pa, istri papa cemburu itu." Potong Andreas.
Sontak tuan Ardi menatap Hana, ia dapat melihat wajah Hana yang nampak suram.
" Maaf sayang mas tidak tahu kalau kamu cemburu. Mas tidak akan menanyakan tentang Ratna lagi. Sebenarnya mas juga tidak terlalu peduli dengannya hanya basa basi saja. Mas hanya peduli padamu, hanya kamu yang mas cintai." Ucap tuan Ardi mengecup punggung tangan Hana dengan penuh cinta.
Andreas tersenyum kecut mendengarnya. Bagaimana bisa pria yang selama ini ia kira begitu mencintai ibunya, kini justru tidak peduli dengan ibunya lagi. Memang benar, hubungan tanpa cinta tiada indah. Tapi hubungan penuh cinta juga tidak bisa menjamin kebahagiaan. Memang manusia tempatnya kurang bersyukur.
" Alah alasan saja kamu mas, kalau memang mas masih peduli sama mbak Ratna juga nggak apa apa. Udah jadi konsekuensi aku mas, jadi perebut suami orang." Sahut Hana. Entah mengapa rasanya dirinya emosi mengetahui sang suami yang menanyakan kabar mantan istrinya. Mungkin lebai, tapi itulah Hana yang sesungguhnya memiliki hati lembut selembut sutera.
" Tidak sayang, jangan mengatakan hal seperti itu. Kamu wanita baik baik, mas yang jatuh cinta padamu bukan kamu yang menggoda mas." Ucap tuan Ardi merapikan anak rambut yang menutupi wajah Hana. Entah mengapa akhir akhir ini Hana lebih sensitif dari sebelumnya. Ia cepet marah dan emosian serta cepat lelah jika di ajak bertarung di arena tersembunyi.
" Ha ha aku tidak menyangka kalau tante Hana cemburuan juga. Udah tua tapi kelakuan mirip anak kecil." Ejek Tama.
" Eh siapa bilang aku tua? Aku seumuran sama istri kamu ya. Bahkan kamu lebih tua dariku, dasar tua." Cebik Hana tak terima.
" Kalian ini udah sama sama dewasa tapi kelakuan mirip anak kecil saja." Ujar nyonya Hani.
Arga dan Andreas yang melihat keharmonisan keluarga mereka menjadi iri. Andai saja mereka mempunyai keluarga seperti keluarga Azkara, ia yakin hidup mereka akan baik baik saja dan bahagia selamanya. Mereka merasa beruntung bisa di terima di keluarga Azkara dan Mahardika. Mereka berjanji dalam hati jika mereka akan memperbaiki diri dengan tidak mengulangi kesalahan yang sama lagi.
Di saat mereka sedang mengobrol tiba tiba...
TBC...