NovelToon NovelToon
(Bukan) Pengantin Idaman

(Bukan) Pengantin Idaman

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Berbaikan / Pengantin Pengganti / Obsesi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:21.1k
Nilai: 5
Nama Author: Edelweis Namira

Pernikahan antara Adimas Muhammad Ibrahim dan Shaffiya Jasmine terjalin bukan karena cinta, melainkan karena sebuah perjodohan yang terpaksa. Adimas, yang membenci Jasmine karena masa lalu mereka yang buruk, merasa terperangkap dalam ikatan ini demi keluarganya. Jasmine, di sisi lain, berusaha keras menahan perasaan terluka demi baktinya kepada sang nenek, meski ia tahu pernikahan ini tidak lebih dari sekadar formalitas.

Namun Adimas lupa bahwa kebencian yang besar bisa juga beralih menjadi rasa cinta yang mendalam. Apakah cinta memang bisa tumbuh dari kebencian yang begitu dalam? Ataukah luka masa lalu akan selalu menghalangi jalan mereka untuk saling membahagiakan?

"Menikahimu adalah kewajiban untukku, namun mencintaimu adalah sebuah kemustahilan." -Adimas Muhammad Ibrahim-

“Silahkan membenciku sebanyak yang kamu mau. Namun kamu harus tahu sebanyak apapun kamu membenciku, sebanyak itulah nanti kamu akan mencintaiku.” – Shaffiya Jasm

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edelweis Namira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAGIAN 35

Adimas berkali-kali maju mundur karena ragu dengan dirinya sendiri. Namun, sekuat apapun ia ingin mengurungkan niatnya, lebih dari itu Jasmine juga menggenggam tangannya untuk bertahan. Genggaman yang hangat dan mampu membuat tubuh Adimas seperti dialiri listrik hingga membuat lelaki itu melemah. Adimas tidak tahu sejak kapan pastinya, yang jelas ia sangat menyukai saat-saat sekarang.

"Kita ngapain di sini? Jasmine, jangan bercanda. Kalau kamu mau belanja, kamu bisa belanja ke tempat yang lebih higienis." Itu adalah bujukan Adimas yang kedua setelah bujukan pertama di tolak Jasmine.

Awalnya ia mengira Jasmine hanya asal bunyi atau bergurau saat pagi-pagi membangunkannya dan memintanya untuk pergi ke lokasi yang akan dibangunkan pusat perbelanjaan milik perusahaan mereka.

Lebih tepatnya lokasi yang di sana masih terdapat banyak kedai dan pedagang biasa yang belum pernah Adimas datangi. Selain karena Adimas yang memang belum pernah belanja di pasar, Adimas yang obsesi terhadap kebersihan itu tidak akan memilih belanja di tempat kotor itu.

"Di tempat seperti ini biasanya lebih murah. Barang-barangnya juga biasanya lebih segar dan alami."

"Kamu pikir saya semiskin itu, ya? Kalau hanya untuk uang bulanan kamu saya masih sangat mampu."

Jasmine tertawa pelan. "Iya. Aku tahu kalau soal itu. Lagian kita kesini bukan benar-benar untuk belanja bulanan."

Adimas menatap pemandangan di depannya dengan ragu. Ia juga memperhatikan penampilannya saat ini. Sangat jauh dari penampilan ia yang biasanya. Adimas tidak tahu darimana Jasmine mendapatkan kaos pudar berbahan panas dan celana panjang dengan bahan kasar ini. Kalau bukan karena proyeknya yang sedang berjalan, Adimas tidak akan mau melakukan hal konyol ini.

"Senyum, Mas. Senyum. Mas bisa menakuti orang pasar kalau nggak senyum begitu." Jasmine mencontohkan senyum lebar pada Adimas.

Tidak terbiasa tersenyum lebar seperti itu membuat Adimas akhirnya hanya tersenyum ala kadarnya. "Eh ini beneran harus dengan pakaian ini? Mbak Asih di rumah Bunda tiap mau belanja bahkan harus dandan dulu," kata Adimas mengingat pembantu di rumah orang tuanya yang selalu tampil heboh saat mau ke pasar.

"Itu sih mungkin Mbak Asih mau sekalian nyari pacar. Memangnya Mas mau aku tampil sama kayak Mbak Asih?" Jasmine menaik-turunkan alisnya untuk menggoda Adimas.

"Jangan macam-macam, Jasmine." Adimas menatap Jasmine tajam hingga membuat Jasmine tertawa kembali.

"Ayo!" tanpa ragu perempuan berbaju kaos tunik abu-abu itu menarik tangan Adimas.

Adimas menoleh menatap Jasmine. Perempuan yang ia akui cantik itu tampak lebih cantik dengan senyum hangat di wajahnya. Lesung pipi di wajah chubby itu semakin menambah menarik wajahnya. Di sela langkah mereka yanh beriringan, ia bahkan sesekali tersenyum kepada orang yang tersenyum padanya.

Lalu mata Adimas beralih ke tangan mereka yang saling bersentuhan. Mengapa rasanya sehangat ini?

"Mas beli jajanan dulu, yuk. Perutku lapar banget." Suara lembut nan ceria itu membuat Adimas tersentak. Mata berbinar Jasmine menatap Adimas penuh harap.

"Kita bisa makan setelah ini. Saya tidak jamin di sini bersih," tolak Adimas tegas.

"Urusan itu tenang aja, Mas. Perutku kayaknya bisa-bisa aja diisi dengan beragam makanan. Lagipula di sini tuh biasanya lebih enak, Mas. Khas masakan ibu-ibu rumahan."

"Tidak, Jasmine. Saya-"

"Itu ada lontong sayur, Mas!" Tanpa permisi apalagi izin, Jasmine langsung menarik tangan Adimas kembali menuju warung kecil yang berada di pintu masuk pasar kecil tersebut.

Rahang Adimas mengetat. Ia menutup hidungnya dengan satu tangannya yang lain. Sedangkan tangannya yang satunya beralih menggenggam tangan Jasmine. Ia bahkan tidak terlalu memperhatikan raut wajah Jasmine yang sempat terkejut karena hal itu. Sedangkan mata Adimas sibuk memperhatikan jalan.

Saat mereka sudah berada di warung yang terlihat ramai tersebut, Adimas masih berdiri dekat Jasmine yang sedang memesan makanan. Setelah itu, Jasmine mengajaknya duduk di kursi pelanggan. Beberapa ibu-ibu tampak melirik ke arah mereka. Ada yang senyum, ada juga yang tidak segan menatap Adimas dengan tatapan menggoda.

"Kamu tidak bisa mencari tempat makan yang lebih baik dari ini?" bisik Adimas saat ia baru saja duduk di bangku panjang.

Jasmine yang duduk di sampingnya hanya tersenyum. "Di sini enak kok, Mas. Tuh, rame banget. Pokoknya enak kok tenang aja," jawab Jasmine sambil mengedarkan pandangan ke sekelilingnya.

"Di sini belum tentu sehat, Jasmine." Adimas duduk semakin mepet dengan Jasmine.

"Sehat kok. Tuh, bapak yang jualnya aja pakai sarung tangan gitu saat ambil makanannya. Tuh, peralatan masaknya juga bersih. Dicuci dengan air bersih."

Adimas mengiyakan itu dalam hati. Matanya melihat sekeliling. Memang suasana seperti ini sangat jauh berbeda dengan tempat makan yang biasa ia datangi. Namun, suasana hangat ini mengingatkannya dengan mamanya dulu. Iya, Adimas hampir lupa. Ia pernah ke pasar tradisional seperti ini. Meski hanya sekali, tetapi ia ingat momen itu.

"Silahkan dinikmati, Mas, Mbak," seorang gadis berwajah ayu datang dan menghidangkan seporsi lontong sayur dan seporsi nasi uduk lengkap dengan ayam goreng dan sambal. Tidak lupa dua es jeruk ikut melengkapi hidangan Jasmine dan Adimas.

"Terima kasih, Dek," jawab Jasmine dengan senyum ramah. Tangannya dengan sigap membantu gadis itu menghidangkan makanan dan minuman untuk Adimas.

Semua itu tidak luput dari perhatian Adimas. Apalagi saat Jasmine mengelap sendok dan garpu untuk Adimas dengan tissue yang ia ambil dari tas selempangnya. Jasmine memperlakukannya berbeda dengan orang lain.

"Ayo Mas. Setelah ini kita beli ikan dan sayur-sayuran, ya. Lumayan buat stock seminggu di rumah." Jasmine meletakkan sendok dan garpu yang telah ia bersihkan ke nasi uduk Adimas.

Mendengar ide lain Jasmine membuat Adimas berbisik pelan, "Saya akan menemani kami belanja di supermarket, Jasmine. Setelah ini. Saya janji. Saya benar-benar tidak bisa harus berada di tempat itu nanti."

"Di sini ikannya masih baru, Mas. Tadi sempat aku lirik. Masih bagus. Sayurannya juga segar-segar. Kan dari petaninya langsung." Setelah itu perempuan itu terus menyuapkan makanan ke mulutnya. Ia makan dengan lahap, sama sekali tidak terganggu dengan berisiknya suara ibu-ibu bergosip dan hal lain yang membuat Adimas sebenarnya enggan untuk makan.

"Makan, Mas Adimas. Kita butuh tenaga untuk berkeliling pasar." Jasmine menepuk pelan paha Adimas.

"Kamu cari kesempatan untuk dekat-dekat saya, ya?"

"Kan halal, Mas. Kalau bukan Mas juga saya nggak akan begini." Jasmine tampak acuh dengan wajah judes Adimas. "Ayo dimakan. Ini enak loh. Beneran."

Adimas akhirnya mencoba makanan tersebut. Begitu satu suapan masuk, Adimas mencoba mengunyahnya perlahan. Senyumnya perlahan muncul. Makanan sederhana ini begitu enak. Jasmine benar, makanan seperti ini mengingatkannya tentang kesederhanaan dan kehangatan keluarga.

Hati Adimas benar-benar menghangat. Menikmati makan pagi dengan Jasmine, di lokasi yang terasa sekali kekeluargaannya. Semakin lama Adimas semakin merasakan bahwa Jasmine tidak sejahat yang Rindu katakan.

Beberapa menit kemudian mereka selesai makan, Jasmine benar-benar membuktikan ucapannya. Ia mengajak Adimas ke tempat para penjual ikan. Aroma khas ikan segar mulai tercium. Beberapa penjual dan pengepul ikan sesekali berjalan melewati mereka. Mata Adimas melotot saat pengepul itu menabraknya dan membuat beberapa ikan terjatuh ke kakinya.

"Maaf, Mas. Saya tidak sengaja," Bapak berpakaian lusuh itu segera mengambil ikan tersebut dan memasukkannya ke keranjang besar.b

Adimas hampir berseru marah, namun Jasmine segera menahan tangannya. Perempuan itu tanpa diduganya langsung membungkuk ikut membantu si bapak tersebut memasukan ikan-ikan yang tergeletak di dekat Adimas ke keranjang.

"Anda bukannya dari Ibrahim Grup? Yang mau membangun pusat perbelanjaan di sini?" Suara berat milik lelaki di depannya membuat Adimas terdiam. "Iya. Anda orang perusahaan itu!!!" serunya tiba-tiba dengan wajah memerah karena emosi.

"Ooh... Jadi anda orang yang mau mengusir kami dari sini!!!"

"Dasar orang kaya tidak sadar diri! Jahat!"

"SERAKAH!"

Beberapa orang mulai berkerumun. Adimas masih terdiam, merasa terkejut dengan reaksi orang-orang yang tadinya berwajah ramah itu kini berubah menatapnya penuh amarah. Saat suasana genting itulah, tiba-tiba tangannya ditarik cepat oleh seseorang yang kemudian memerintahkannya berlari.

Adimas pun langsung berlari. Langkahnya mengikuti langkah cepat perempuan di depannya. Saat perempuan itu sempat memelankan langkahnya, Adimas dengan cepat menarik dan membawa Jasmine berlari. Mereka terus berlari menyusuri lorong pasar yang cukup banyak orang. Beberapa sayuran pun ikut dilemparkan ke arah mereka.

"Ke sini, Mas!" Jasmine dengan cepat berbelok sembunyi ke lorong kecil dan bersembunyi di balik tumpukan keranjang buah.

Saat mereka sedang mengatur napas, saat itulah rombongan orang yang mengejar mereka pun berlari ke arah lurus. Akhirnya mereka bisa bernapas lega. Setidaknya mereka bisa selamat dari amukan pedagang-pedagang tersebut.

Jemari Jasmine tiba-tiba menyentuh rambut Adimas. Posisi mereka yang berjongkok dengan berhadapan membuat mereka leluasa saling melihat kondisi masing-masing.

"Ada banyak sayuran di sini. Sebentar, Mas," ucapnya sambil mengambil beberapa sayuran layu yang masih tersangkut di rambut Adimas.

Namun, tiba-tiba mereka berdua mendengar suara amukan yang lebih besar. Jasmine dengan cepat berdiri dan mengintip dari dinding. Adimas pun mengikuti perempuan itu. Mata Adimas melotot ketika melihat pemandangan di depannya.

Ia bisa merasakan tangan Jasmine mengepal kuat di ujung kemeja Adimas. Jelas sekali perempuan yang biasa tersenyum ramah itu sedang menahan amarah sekaligus terkejut.

"Apa itu, Mas? Siapa mereka?"

Bahkan saat pertanyaan lirih itu keluar dari mulut Jasmine, Adimas sendiri tidak tahu apa jawabannya.

"Siapa mereka?"

*

*

*

jangan lupa selalu selipkan komentar dan like yaah. terima kasih reader :)

1
Bidan Sumari
ditunggu kelanjutannya nya kak
Jeng Ining
nah 1 tindakan lg Rindu yg ternyata bohongin kamu Dim, entah butuh bukti brp lagi utk kamu curiga bhw cerita Rindu ttg Jasmine jg adlh kebohongan semata
Bidan Sumari
segera up kakak
Cookies
sedih bgt JD Jasmine, make Jasmine happy thor
Edelweis Namira: Haruus
total 1 replies
Jeng Ining
hemmm.. kmren ga sempet terima tlp Rindu atw gimana ngerayu Rindunya nih.. kok sukses jalan² ke pasar berdua dg Jasmine🤔
Erni Zahra76
adimas x bkn banyu🤭 semangat thor💪💪
Edelweis Namira: Terima kasih koreksiannya kak
total 1 replies
Jeng Ining
terimakasih udh updte lg Kak, mdh²an cepet pulih jd bs rutin update kembali
Edelweis Namira: terima kasih utk doanya ya kak. terima kasih juga selalu setia dgn cerita ini
total 1 replies
Jeng Ining
krn tanpa mau kamu akui, sejatinya kamu udh tau sifat dn kelakuan keseharian Jasmine tdk seprti yg ada dlm cerita Rindu Dim, dengerin bisikan halus dr hatimu itu, selidiki atw cari cerita dr org laen selain Rindu dn Jasmine mdh²an kamu tau apa yg sebenernya terjadi di masa lampau
Cookies
lanjut thor
Dewi Meliasari
semangat kkk..moga cepat sembuh y☺️☺️☺️
Jeng Ining
mdh²an cepet pulih sehat kembal ya Kak, terimakasih sudah sempat update🙏
Edelweis Namira: Aamiin Terima kasih yaaa doanya
total 1 replies
Cookies
Syafakillah thor, ditunggu lanjutannya
Edelweis Namira: Aamiin..Makasih ya
total 1 replies
Jeng Ining
udh makin luluh makin jatuh hati si Adimas ini.. cm kepalanya masih tertutup kabut tipu muslihat si Rindu si polos lemah lembut itu😩
Cookies
lanjut thor
hasana
nyesek jadi jasmin
Safrudin Suekko
Up lagi kak
Nuraeny Prince's
adimas bego kok di piara
Edelweis Namira: Mata batinnya masih tertutup kayaknya
total 1 replies
aira imut
kok belum apdet apdet kak
Edelweis Namira: Udah yaaa. terima kasih kak. ditunggu feedbacknya yaah
total 1 replies
Jeng Ining
hati cemburu berat kepala gengsi ya bgtu... ga diajak ngomong jengkel setengah hidup giliran diajak ngomong tar kluar ketusnya😂😂😂🤭
Edelweis Namira: Bawaannya suudzon mulu sama orang dia mah
total 1 replies
hasana
nunggu adimas sadar
Edelweis Namira: Lama dia sadarnya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!