NovelToon NovelToon
LINTASAN KEDUA

LINTASAN KEDUA

Status: tamat
Genre:SPYxFAMILY / Identitas Tersembunyi / Action / Mafia / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia / Tamat
Popularitas:100.3k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Warning!
Bagi yang berjantung lemah, tidak disarankan membaca buku penuh aksi laga dan baku tembak ini.

Sejak balapan berdarah itu, dunia mulai mengenal Aylin. Bukan sekadar pembalap jalanan berbakat, tapi sebagai keturunan intel legendaris yg pernah ditakuti di dunia terang & gelap. Lelaki yg menghilang membawa rahasia besar—formula dan bukti kejahatan yg diinginkan dua dunia sekaligus. Dan kini, hanya Aylin yg bisa membuka aksesnya.

Saat identitas Aylin terkuak, hidupnya berubah. Ia jadi target. Diburu oleh mereka yg ingin menguasai atau melenyapkannya. Dan di tengah badai itu, ia hanya bisa bergantung pada satu orang—suaminya, Akay.

Namun, bagaimana jika masa lalu keluarga Akay ternyata berperan dalam hilangnya kakek Aylin? Mampukah cinta mereka bertahan saat masa lalu kelam mulai menyeret mereka ke dlm lintasan berbahaya yg sama?

Aksi penuh adrenalin, intrik dunia bawah, dan cinta yg diuji.

Bersiaplah menembus "LINTASAN KEDUA"—tempat di mana cinta & bahaya berjalan beriringan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

35. Tetua Turun Gunung

Aylin meremas liontin itu, seolah berharap jawaban bisa keluar darinya.

Emeli menatapnya lama, lalu menjawab pelan, “Karena yang mengalir dalam dirimu bukan hanya darah, tapi warisan. Sesuatu yang lebih dalam dari sekadar gen atau nama keluarga. Kakekmu tak hanya menyegel formula—ia menyegel bagian dari dirinya sendiri... di dalammu.”

Kazehaya melanjutkan dengan nada lebih tegas. “Codex Viridissima bukan sekadar catatan. Ia adalah peta biologis. Kode yang hanya bisa dibuka dengan kombinasi—lokasi, waktu, dan seseorang yang punya akses biologis yang cocok. Dan sekarang... semua kuncinya ada padamu.”

Ruangan terasa lebih sempit, seolah udara ikut menahan napas.

Aylin mundur setengah langkah, kepalanya menggeleng pelan. “Tapi aku tidak pernah dilatih. Aku tidak tahu apa-apa soal ini.”

Kazehaya menatapnya dalam. “Justru karena itulah kau selamat sampai hari ini. Dan justru karena itulah... mereka akan mulai datang mencarimu.”

Hening. Hanya suara detak jam tua di dinding yang terdengar, seolah menghitung waktu yang tersisa.

Akay mengepalkan tangan. Wajahnya tetap tenang, tapi urat di rahangnya menegang.

“Kalau mereka datang mencarinya... mereka harus melewatiku dulu.” Suaranya rendah tapi mengandung ancaman dingin yang nyaris membakar.

Ia menoleh ke Aylin, matanya tak berkedip. “Kau dengar itu? Kau tak sendirian.”

Aylin menatap Akay, napasnya sedikit bergetar. Tatapan mereka bertaut—pendek, dalam, lebih berarti daripada sepuluh kalimat penghiburan.

Kanzaki yang sejak tadi tak banyak bicara, melangkah ke depan, berdiri sedikit lebih tegak. “Sensei Kazehaya pernah bilang, sejarah hanya akan berpihak pada yang berani.”

Ia menatap Aylin lekat-lekat.

“Tapi keberanian tanpa arah hanya akan jadi pengorbanan sia-sia. Kalau kau memang kunci terakhir... maka kita harus pastikan tak ada yang memakainya untuk menghancurkan dunia.”

Aylin menunduk, pandangannya jatuh pada debu-debu di sepatu Kanzaki.

Kazehaya menoleh pada Kanzaki, lalu Akay. Sekilas, matanya terlihat lebih... bangga.

“Kalian pikir aku membawa kalian semua ke titik ini hanya untuk menyuruh kalian mundur?”

Ia menatap liontin itu terakhir kalinya sebelum berbalik.

“Pertanyaannya sekarang bukan siapa Aylin... tapi apa yang akan kita lakukan sebelum mereka menyadari betapa berharganya dia.”

Kazehaya berhenti sejenak, suaranya sedikit lebih pelan. “Lagipula, kakeknya sudah sadar sebelum semuanya terlambat. Ia menyegel formula itu sendiri—satu-satunya bentuk perlawanan terakhir dari seseorang yang tahu, kalau ia telah melangkah terlalu jauh.”

Emeli maju selangkah. Suaranya tenang tapi tegas. “Kazehaya benar. Wardhana mungkin pernah membuat kesalahan, tapi ia bukan orang bodoh yang buta arah. Ia sadar sebelum terlambat—itulah kenapa formula itu disegel. Ia memilih menebus, bukan menghancurkan. Dan kamu, Aylin, bukan pewaris kesalahan. Kamu adalah hasil dari keberanian seseorang yang mencoba memperbaiki dunia.”

Aylin terpaku. Untuk pertama kalinya sejak mereka dikejar-kejar, ia tidak punya kata-kata. Bibirnya sedikit terbuka, matanya memantul cahaya redup bunker.

“Jadi... semua orang memburuku karena aku... karena darahku?” bisiknya, nyaris seperti anak kecil yang baru menyadari dirinya berbeda.

Kanzaki menatap Aylin dengan lembut.

“Sekarang kamu bukan hanya buronan, Aylin. Kamu harapan terakhir untuk mengakhiri ini sebelum dunia berubah jadi kuburan senyap.”

Akay melangkah mendekat, menatap Kazehaya. “Lalu apa rencananya sekarang? Kalau semua tahu Aylin adalah kunci, kita nggak bisa sembunyi selamanya.”

Kazehaya menoleh, dan untuk pertama kalinya, ia tersenyum samar.

“Kita nggak bisa sembunyi. Kita harus bergerak. Kita harus temukan formula kedua.”

Hening sejenak. Suara mesin bunker berdengung pelan seperti napas terakhir sebelum peperangan.

Akay mengernyit. “Formula kedua? Gimana caranya? Codex pertama nggak kasih lokasi apa pun.”

Kazehaya menatap Aylin, lama.

“Codex itu bukan cuma catatan genetik. Wardhana menyembunyikan sesuatu di dalamnya—peta, mungkin. Atau pola yang hanya bisa dibaca seseorang yang punya darahnya.”

Aylin mengangkat kepala, pelan.

“Aku hafal semua simbol itu,” bisiknya. “Waktu di perpustakaan... mereka bukan acak. Ada yang berulang. Seperti... fraktal.”

Kazehaya mengangguk. “Kalau benar, maka formula pertama bukan akhir. Itu pintu menuju yang berikutnya. Dan kita harus kembali ke sana—ke reruntuhan perpustakaan tertutup di Istanbul untuk mencari petunjuk.”

Keheningan menyelimuti ruangan. Gemuruh dari atas bunker samar terdengar—entah badai atau helikopter pengintai.

Kanzaki melipat tangan. “Tapi dia butuh pelindung. Minimal satu orang.”

“Aku yang akan bersama Aylin.”

Suara berat dan tegas itu memotong udara. Semua kepala sontak menoleh. Dari balik bayangan, seorang pria tegap melangkah pelan. Tato tengkorak di lehernya tampak jelas di bawah cahaya—langkahnya tenang, tapi membawa gemuruh ancaman yang tak kasat mata.

Kazehaya dan Kanzaki refleks menegakkan tubuh. Mereka tak menunjukkan kepanikan, tapi udara di ruangan mendadak menegang. Kanzaki, selalu cepat membaca potensi ancaman, bergeser setengah langkah—cukup untuk berdiri di depan Aylin. Tangannya nyaris menyentuh senjata tersembunyi di balik mantel, sementara tatapannya terkunci pada pria itu, tenang namun mematikan.

Kazehaya hanya menatap lurus, matanya menyipit seolah membaca medan perang. Tak ada gerakan sia-sia, hanya keheningan yang terasa lebih berbahaya dari ledakan. Ia mengenali energi seperti ini—energi milik seseorang yang telah lama menjauh dari dunia... dan memilih kembali saat waktunya tepat.

Emeli yang pertama menunjukkan reaksi terbuka. Tangannya refleks menyentuh scarf-nya—kode personal untuk siaga penuh. Tapi matanya menajam, mencoba membaca situasi dari balik lapisan ketegangan.

Lalu suara Akay memecah segalanya.

“Uncle Neil…?”

Sekilas, sesuatu berubah di mata Kazehaya. Tipis, tapi nyata—pengakuan. Kanzaki pun memicingkan mata, menatap tato itu. Wajahnya membeku, lalu sedikit memudar saat kesadaran perlahan tiba.

Kazehaya akhirnya angkat bicara, suaranya tenang tapi mengandung bobot. “Neil... akhirnya aku bisa melihat legenda itu masih hidup.”

Kanzaki bergumam, lirih. “Pria tanpa markas. Tanpa jejak. Tapi meninggalkan tumpukan mayat di jalur balap Genio...”

Neil tak menggubris tatapan mereka. Ia hanya menatap Aylin dan Akay—dua jiwa yang kini berdiri tak jauh dari dirinya. “Akay dan Aylin adalah bagian dariku. Tak ada satu pun yang akan menyentuh mereka selama aku masih bernapas.”

Aylin menatap Neil lama. Tak ada keterkejutan—hanya diam yang dalam. Seperti seseorang yang menyaksikan gunung tua akhirnya bergerak. Ia menunduk pelan, penuh hormat. Bahasa diam yang hanya dimengerti mereka yang pernah berbagi luka dalam diam.

Akay menatap ayah angkatnya, matanya campuran antara lega dan tak percaya. “Terima kasih, Uncle…”

Neil hanya mengangguk, jawaban yang cukup.

Kazehaya memiringkan kepala sedikit. “Kalau begitu… permainan ini resmi berubah.”

Emeli menghela napas, lalu tersenyum miring. “Kita baru saja kedatangan tetua yang turun gunung…”

Kanzaki, yang tadi bersiaga, kini menatap Neil berbeda—bukan lagi ancaman, melainkan hormat tersembunyi. “Legenda yang tak pernah muncul… sampai lintasan berdarah itu mengguncang dunia.”

Ia menoleh sejenak ke Kazehaya, lalu kembali menatap Neil. “Semoga mereka sadar… sekarang mereka mengejar keluarga seseorang yang tak bisa disentuh.”

---

Setelah diskusi selesai dan ruangan mulai sepi, Akay berdiri lebih lambat dari yang lain. Ia berjalan ke sudut ruangan, berpura-pura memeriksa alat komunikasi.

Di balik keteduhan bayangan, ia mengaktifkan saluran terenkripsi. Jemarinya cekatan membuka file rekaman berdurasi singkat—suara Kazehaya dan Emeli terdengar bergantian, pelan tapi berat, saat mereka mengungkapkan kebenaran.

File itu sudah ia simpan sejak percakapan itu terjadi—bagian dari nalurinya yang tak pernah mempercayai sesuatu tanpa cadangan bukti.

Akay memasang earphone, mendengarkan sejenak untuk memastikan isinya terekam jelas, lalu menekan tombol kirim.

Ia menatap layar kosong selama beberapa detik.

Bukan keterkejutan yang menggelayut di wajahnya, melainkan kekecewaan yang dalam. Dunia yang selama ini ia percayai sedang runtuh—bukan karena serangan dari luar, melainkan karena pengkhianatan orang-orang yang dulu mereka sebut pelindung.

Dan ia tahu... tak akan ada jalan pulang setelah ini.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

1
Lusiana_Oct13
super super keren 👍👍👍😍😍😍
🌠Naπa Kiarra🍁: Terima kasih KK 🤗🤗🙏🙏🙏🙏🙏
total 1 replies
Lusiana_Oct13
ah kerennn lah makasih thor Nana 🙏🤩
🌠Naπa Kiarra🍁: Sama-sama Kak 🤗🙏🙏🙏
total 1 replies
Lusiana_Oct13
Terlalu byk bacot padahal bisa melumpuhkan musuh dr tadi 🤭
Lusiana_Oct13
Dicoba aja ay mana tau berhasil efek samping gk separah yg di prediksikan 😆
Lusiana_Oct13
Akhirnya terungkap juga siapa pria bertopeng 🤣dah ilang penasaran kk na wlpn tak kenal juga 🤣🤣🤣🤣
Lusiana_Oct13
Udah di bab 87 masih juga blm di bongkar siapa peria bertopeng 😆😆😆 kejam nana buat penasaran
Lusiana_Oct13
Ni mah gilaaaaaaa para ilmuan emg benar genius
Lusiana_Oct13
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 kyk mana masang ny
Lusiana_Oct13
huuuuuuuuuuuuuuu bc sambil nahan napa di jam 4 pagi 🤣🤣🤣🤣🤣
Lusiana_Oct13
Pasti ni org kenal aylin dan org terdekat sekitaran aylin cara dia menyebut nama aylin kyk bukan org jauh 🤭 sotoy shaya nya gara penasaran
Lusiana_Oct13
kata lg blackout kok dron bisa berterbangan ???
Lusiana_Oct13
siapa peria bertopeng itu??? kenapa gk ada pada mau nyerang ??? buat rmosi aja 🤣🤣🤣
Lusiana_Oct13
Ternyata 5 org ni masih rapat sampul makan gorengan 🤣🤣🤣🤣 kirsin udah terjun kelapangan ah kyk polisi India aja sllu datang keblekangan 🤭🤭🤭
Lusiana_Oct13
si buntala kemana ?? sniper yg bisa ngelidung alin juga pada kemana apa lg makan sambal terssi 🤣🤣🤣
Lusiana_Oct13
kalau di gabungkan jadinya DORTRQK DORTRAK ya na klo making banyak jadi kyk musik DORTRAK DORTAK DOR DOR TRAK TRAK TRAK DOR DORRRRRRR 💃💃💃💃
Lusiana_Oct13
Baca ini ngebayin drama korea K2 🤣🤣
Lusiana_Oct13
🤣🤣🤣😆🤣🤣🤣🤣😆
Lusiana_Oct13
ah disini ada buntala si daddy super protective
Lusiana_Oct13
Yang sudah baca jagan lupa tingalin JEJAK, LIKE, VOTE , HADIAH. KOMEN DAN TONTON VIDEO 🤣 tu kaka² para author setiap di bawah bab di novel2 lain saya baca 🙏 padahal cerita nya bagus kenapa like nya pada sedikit sedih dech 😢
Lusiana_Oct13
Ayoooo lah ay kesi tau akay jgn ada rahasia gimana pun akay bisa mejaga km
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!