Nuansa dan Angger adalah musuh bebuyutan sejak SMA. Permusuhan mereka tersohor sampai pelosok sekolah, tiada yang luput untuk tahu bahwa mereka adalah dua kutub serupa yang saling menolak kehadiran satu sama lain.
Beranjak dewasa, keduanya berpisah. Menjalani kehidupan masing-masing tanpa tahu kabar satu sama lain. Tanpa tahu apakah musuh bebuyutan yang hadir di setiap detak napas, masih hidup atau sudah jadi abu.
Suatu ketika, semesta ingin bercanda. Ia rencakanan pertemuan kembali dua rival sama kuat dalam sebuah garis takdir semrawut penuh lika-liku. Di malam saat mereka mati-matian berlaku layaknya dua orang asing, Nuansa dan Angger malah berakhir dalam satu skenario yang setan pun rasanya tak sudi menyusun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
She's Got a Boyfriend
“Mas,” Nuansa melepaskan diri dari pelukan Han Jean. Tatapannya menyorot manik kelam tunangannya, mencari secercah harapan untuk memupuskan kejanggalan yang menghantui pikirannya. “Mas habis pergi?”
Han Jean mengernyit, sejenak kemudian mengembuskan napas berat. “Itu ya?” tanyanya, seraya menunjuk rak sepatu.
Nuansa mengangguk, “Buru-buru kayaknya. Habis pergi dari mana dengan keadaan sakit begini?”
Han Jean tidak langsung menjawab. Dia menjauhkan diri dari Nuansa, terseok bangun dari sofa, terhuyung menuju kamarnya. Tak lama, ia kembali membawa paper bag putih besar dengan logo toko tas branded yang Nuansa kenal.
“Mas keluar sebentar beli ini buat kamu.”
Nuansa menatap paper bag itu sejenak, lantas menerimanya sambil menghela napas rendah. Kemudian, dia menarik lembut pergelangan tangan Han Jean, meminta tunangannya untuk kembali duduk di sampingnya.
“Kenapa maksa pergi padahal lagi sakit?”
“Mas udah janji sama diri sendiri buat beliin kamu ta situ dari bulan lalu,” balas Han Jean. Tanpa meminta persetujuan, ia merebahkan kepalanya di paha Nuansa, kembali memejamkan mata. “Mas nggak mau ingkar janji, walaupun yang tahu soal janji itu cuma Mas sama Tuhan.”
Nuansa mengusap kepala Han Jean penuh sayang. Kabut bening berkumpul di pelupuk matanya. Dadanya terasa sesak lagi. Teringat pengkhianatan yang sudah dia lakukan kepada Han Jean, di saat lelaki itu tetap berusaha menepati janji yang dirinya pun bahkan tidak tahu.
“Tadinya Mas mau antar ke kamu, tapi Mas udah nggak kuat jalan, jadinya putar balik dan pulang. Maaf, ya.” Han Jean membuka matanya perlahan, hanya untuk disuguhi wajah sendu Nuansa. “Loh, kenapa?” Panik, Han Jean bangun, diperhatikannya wajah Nuansa yang terasa kecil dalam tangkupan kedua tangannya.
Nuansa hanya menggeleng, dan menghambur ke dalam pelukannya. “Jangan minta maaf,” cicitnya. Tenggorokannya perih, rasa seperti habis ditebas belati ribuan kali. “Semua yang Mas lakuin udah lebih dari cukup, kok. Justru Nuansa yang harus minta maaf karena mungkin belum bisa mengimbangi effort Mas. Nuansa minta maaf kalau masih banyak kurang, ya.”
Han Jean menggeleng, meski Nuansa tidak bisa secara jelas melihatnya. “Kamu nggak pernah kurang, Sayang. Buat Mas, kamu lebih dari cukup.”
Pelukan Nuansa akhirnya Han Jean balas, tidak terlalu erat tapi terasa menenangkan. Nuansa menenggelamkan wajahnya di dada Han Jean, mulai menangis di sana. Jika ada satu cara untuk membuatnya tidak lagi harus berurusan dengan Angger, apa pun itu, akan Nuansa lakukan. Dia tidak ingin terus merasa bersalah pada Han Jean, tidak ingin dihantui dosa dari dari kesalahan satu malam yang mengobrak-abrik jalan hidupnya.
...✨✨✨✨✨...
Di waktu yang bersamaan, Angger mengayun langkahnya kembali ke unit apartemen mamanya. Bukan untuk ikut makan, menyantap masakan yang sudah disiapkan oleh ayah tirinya, melainkan masuk ke kamar tamu dan mengempaskan tubuhnya di sana. Dia sudah bilang pada mamanya bahwa kepalanya sedikit pusing, meminta waktu sendiri untuk beristirahat sebelum nanti dirinya pulang.
Mamanya tidak banyak bertanya, dan tidak berusaha membantah. Angger tahu mamanya merasa tidak enak untuk memaksakan dirinya menerima keadaan yang sudah jauh berbeda ketika ayahnya masih hidup. Angger menyadari mamanya tidak pernah ingin mendesaknya menerima suami barunya dengan baik, satu dari sekian alasan Angger akhirnya menurunkan ego untuk tidak juga mencoba menghalangi mamanya membangun pernikahan barunya, 18 bulan setelah kepergian ayahnya.
Bagi Angger, asal mamanya bahagia. Agar kesedihannya atas banyak hal bisa sedikit terhibur, asal pria yang sampai detik ini masih dia panggil Om itu bisa menjaga mamanya, menggantikan tugasnya yang kini tidak bisa 24 jam seminggu memantau keadaan, sebab sudah terlalu sibuk mengurusi perusahaan.
Di kamar tamu itu, Angger mencoba memejamkan matanya barang sejenak. Dia tidak bohong soal kepalanya yang sedikit pusing. Peningnya bukan tipikal yang sampai membuat kepala terasa berat atau seperti dihantam benda tumpul, itu lebih terasa seperti ditusuk-tusuk pada titik tertentu, pedihnya sampai merembet ke mata.
Tapi, sudah mencoba memejamkan mata selama beberapa menit, pusingnya tidak kunjung hilang. Angger membuka matanya, berguling sampai posisinya tengkurap dengan kepala terangkat tegak, ponsel sudah ready di tangan, tinggal ketuk dua kali dan dia siap berselancar.
Yang terlintas pertama kali di kepalanya setelah layar ponselnya menyala adalah Nuansa. Dia bertanya siapa gerangan yang sedang perempuan itu kunjungi di unit sebelah? Kerabat kah? Teman? Atau… kekasih? Tetapi yang paling membuatnya penasaran sebenarnya bukan tentang siapa yang Nuansa kunjungi, melainkan kebetulan yang terjadi terlalu sering. Angger yakin Nuansa muak bertemu lagi dengannya, tetapi semesta malah seakan sengaja mempertemukan mereka kembali, di tempat dan situasi yang tidak terduga.
“Hidup kadang kidding ternyata bukan cerita rakyat.” Angger tertawa sumbang. Menertawakan takdir aneh yang membawanya kembali bertemu Nuansa.
Terpikir soal pertemuan mereka dan didorong rasa penasaran soal siapa yang dikunjungi Nuansa, Angger kemudian berselancar di Instagram. Dicarinya akun Nuansa menggunakan kata kunci yang masih Angger ingat jelas detailnya. Nuansa bukan tipikal yang seterbuka itu dengan kehidupan pribadinya, jadi sejak dulu perempuan itu tidak pernah menggunakan nama aslinya untuk dijadikan username sosial media. Hanya akun-akun profesional yang akan memuat nama asli perempuan itu, yang jelas tidak akan digunakan untuk mengumbar kehidupan di luar pekerjaan.
Tidak sulit menemukan akun yang Angger mau, karena kata kuncinya cukup unik dan tidak sembarang orang mengetahuinya. Kabar baiknya lagi, akun itu tidak diatur ke mode private, sehingga Angge bisa leluasa stalk sampai ke akar-akarnya. Memang tidak ada wajah Nuansa terpampang di sana, tetapi semua postingan (yang jumlahnya tidak lebih dari 30 itu) semuanya identik dengan perempuan itu.
Termasuk satu postingan yang menunjukkan potret sepasang tangan laki-laki dan perempuan, bergandengan, mengenakan jam tangan couple edisi terbatas. Bahkan jemari Nuansa pun tampak familier di kepala Angger. Dia bisa memastikan setiap detailnya dengan baik, tanpa ragu bahwa pengamatannya salah.
“Oh, udah punya pacar, pantes serasa mau nelen bumi bulat-bulat habis one night stand sama gue.” Dia bergumam, tapi masih sambi berselancar. Postingan sepasang tangan itu diunggah sudah dua tahun lalu, omong-omong. Dengan Museum De Louvre sebagai latar belakang.
Postingan lain yang menarik perhatian Angger selanjutnya adalah foto setangkai bunga matahari yang tumbuh di tengah lahan tandus. Dalam gersang, ia menjadi satu-satunya yang bertahan. Melalui postingan itu, Nuansa seakan ingin memberitahu seluruh dunia bahwa dirinya juga tampak seperti itu; tangguh, tidak mudah menyerah pada keadaan. Dan Angger pun mengakui itu. Dari dulu sampai sekarang, Nuansa tampak tidak banyak berubah.
“Tetap jadi keras kepala as you used to be, Nu. ’Cause you never know how big the next lemon life throws at you will be.” Angger mengatakan itu untuk mengakhiri kegiatan stalking. Sudah cukup untuk mengetahui bahwa Nuansa memiliki kekasih.
Sedari awal Angger tidak berniat untuk mendekati Nuansa, apalagi memanfaatkan one night stand mereka untuk merajut hubungan dengan arah yang berbeda. Tetapi dengan adanya fakta bahwa Nuansa sudah memiliki kekasih, semakin menguatkan keyakinan Angger bahwa perempuan itu tidak boleh disentuh. Baginya, haram mengganggu milik orang lain.
Angger menekan tombol kembali secara terburu-buru, tidak sadar telah meninggalkan love di salah satu postingan yang Nuansa buat. Satu kesalahan kecil, yang akan membuat cerita hidup mereka berubah ke arah yang jauh berbeda.
Bersambung.....
Hamil dulu tapi😁