NovelToon NovelToon
BEBEK GENDUT

BEBEK GENDUT

Status: tamat
Genre:Beda Usia / Nikahmuda / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama / Cewek Gendut / Tamat
Popularitas:146.3k
Nilai: 5
Nama Author: Hyull

🐥🐥🐥
Setiap kali Yuto melihat bebek, ia akan teringat pada Fara, bocah gendut yang dulunya pernah memakai pakaian renang bergambar bebek, memperlihatkan perut buncitnya yang menggemaskan.
Setelah hampir 5 tahun merantau di Kyoto, Yuto kembali ke kampung halaman dan takdir mempertemukannya lagi dengan Bebek Gendut itu. Tanpa ragu, Yuto melamar Fara, kurang dari sebulan setelah mereka bertemu kembali.
Ia pikir Fara akan menolak, tapi Fara justru menerimanya.
Sejak saat itu hidup Fara berubah. Meski anak bungsu, Fara selalu memeluk lukanya sendiri. Tapi Yuto? Ia datang dan memeluk Fara, tanpa perlu diminta.
••• Follow IG aku, @hi_hyull

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hyull, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35 | Genggaman Tangan

Yuto menerobos masuk tanpa mengetuk. Pintu terbuka keras, dan semua kepala langsung menoleh ke arahnya.

“Fara?” matanya menyapu seluruh ruangan—dan langsung tertuju pada Fara yang sedang duduk di sofa, sedang ditempelkan plester besar di telapak tangan kirinya dengan Endah.

“Kamu kenapa?” Yuto langsung jongkok di depan Fara, tanpa peduli pada Yuki dan Endah di situ, bahkan si Direktur pun masih ada.

Matanya refleks memandangi tangan Fara yang juga sudah dibalut perban.

“Ini kenapa?” Suaranya melembut, begitu juga sorot matanya.

Fara tersenyum kaku, jelas berusaha menenangkan suasana. “Tadi jatuh, Bang. Kena pecahan gelas,” jawabnya pelan.

Yuto masih terlihat khawatir. Ia memegang ujung jari Fara yang tak terluka, lalu melirik ke arah Endah. “Parah nggak, Onti?”

“Untung nggak dalam. Nggak perlu dijahit. Tapi udah pasti sakit ya, Fara?” Endah menjawab sambil merapikan kotak P3K.

Yuto mendesah lega, tapi raut wajahnya masih belum tenang. “Kok bisa jatuh?”

Fara mau menjawab, tapi ragu. Entah kenapa ia merasa Yuto akan sangat marah jika tahu yang sebenarnya.

“Itu, anak administrasi nyenggol kakinya.” Endah mengatakannya dengan santai, lalu melangkah menuju meja kerja Yuki untuk menyimpan kembali kotak P3K itu.

Yuto menoleh ke Endah sekilas sebelum kembali menatap Fara, masih jongkok di depannya. “Siapa?”

Fara sudah membuka mulut, ingin menjawab pertanyaan itu, tetapi mulutnya kembali terkatup.

Melihat keraguannya, Yuto menebak cepat, “Karin?”

Adam, Endah, dan Yuki mengamati wajah Fara yang tampak tertekan—jelas sekali tampak takut untuk jujur.

Adam yang sedari tadi masih duduk di sofa, mengamati Fara yang kini hanya diam, jemari tangan kirinya mencengkeram celana kerjanya, sementara matanya menunduk dalam-dalam.

Sorot matanya tak hanya cemas—tapi juga penuh pertimbangan. Ia seperti sedang menimbang, apakah harus bicara atau tidak.

“Sebenarnya apa yang kamu takutkan, Fara?” tanya Adam tiba-tiba, merasa aneh saja melihat sikap Fara kini, yang tentu ia ketahui, Fara adalah sahabat keponakannya, Kira.

Fara tidak langsung menjawab. Semakin gugup dia.

Adam berkata lagi, “Kamu itu takut teman kamu marah sama kamu? Atau…” Ia berhenti sejenak, menoleh sekilas pada Yuto yang masih setia jongkok di depan Fara, lalu kembali menatapnya, “kamu takut Yuto marah ke teman kamu? Lagi pula, untuk apa takut? Dia sudah dipecat dan kamu tidak akan bertemu dengannya lagi.”

Fara menelan ludah. Adam menebak kedua hal yang paling ia takutkan.

Dan bagi Yuto, diamnya menjawab semuanya. Apalagi mendengar kata ‘pecat’ keluar dari mulut direkturnya itu. Fara pasti tertekan karena itu.

Endah menarik napas perlahan, memilih berdiri di depan meja sang suami. Yuki sudah kembali ke kursi kerjanya, menyandarkan punggung ke kursi, satu tangan mengusap dagu sambil memperhatikan reaksi keponakannya.

Sementara Yuto sendiri, masih menatap Fara, tetapi sorot matanya semakin melembut. “Abang nggak bakal marah, Fara,” ucapnya pelan. “Tapi Fara harus ngomong yang sebenarnya.”

Fara mengangkat wajahnya perlahan, meski masih ragu, ia paksakan mulutnya untuk mengatakannya. “Kak Karin nyenggol kaki Fara, Bang...”

Yuto menghela napas berat. Ia menunduk sejenak, meredam amarah yang nyaris meledak—rasanya ingin segera berlari ke ruang administrasi dan mengamuk di sana. Tapi ia menahannya, karena ia tahu Fara tidak ingin ia melakukan itu.

“Fara,” ucap Yuto, lebih tenang, “kamu itu staf di kantor, bukan murid sekolah yang harus takut sama kakak kelas. Kalau kamu dibikin jatuh, terus terluka kayak gini, itu bukan urusan senioritas. Itu tanggung jawab.”

Fara hanya mengangguk pelan.

Yuto memandangi wajahnya lebih lama, tak peduli Om dan Tantenya masih berada di sana, ia hanya ingin mencari tahu apa yang sebenarnya Fara takutkan.

Dan setelah mengamatinya, Yuto justru merasa Fara bukan takut, tapi kasihan. Ia kasihan kepada Karin, kepada nasib Karin.

Yuto akhirnya bangkit, dan tanpa ragu meraih tangan Fara yang tidak terluka. Ia genggam erat—tak peduli Fara sudah membelalak kaget dengan genggaman itu—Yuto menoleh ke Adam.

“Maaf, Om, belum sapa. Nanti bakal ke ruangan kami, kan?” kata Yuto, menoleh ke Adam. Ia menduga, Adam tidak mungkin menyinggahi kantor cabangnya begitu saja.

Adam tersenyum padanya.

“Kalau gitu kami balik dulu, Om. Terakhir aja ya, Om, ke ruangan kami. Masih ada yang harus dibicarakan sama staf lain.” Setelah mengatakan itu, barulah Yuto menarik Fara keluar dari sana, terus menggenggam tangannya, melangkah beriringan menuju ruangan tim ekspor.

“Bang…”

“Hm?”

“Jangan marah, ya.”

Langkah Yuto terhenti, dan langsung berdiri menghadapnya. “Fara, abang nggak akan marah sama dia karena abang tahu Fara nggak suka itu. Dia pun udah dipecat, jadi nggak penting lagi. Tapi yang bikin abang nggak habis pikir, kenapa Fara masih peduli sama dia setelah dia perlakukan kayak gini?”

Fara menghela napas panjang. “Kasihan, Bang…”

“Terus, kek mana ini tangan Fara? Syukur lukanya nggak dalam. Sekarang abang tanya, dia ada minta maaf, nggak?”

Mulut Fara terkatup sedetik setelah ia buka. Menyadari wajah Yuto mulai tampak kesal, Fara pun cemberut takut.

Kali ini Yuto yang menghela napas, tampak jauh lebih berat dari yang sebelumnya. Genggaman tangannya di tangan Fara semakin erat, tapi justru terasa lembut di tangan Fara.

“Abang nggak marah sama Fara…” ujarnya lembut, tahu Fara takut padanya. Yuto menghela napas lagi, kini merasa bersalah. “Maaf kalau abang udah bikin Fara takut. Sekarang gini aja, lupakan dia, udah pecat juga, nggak akan ketemu lagi. Sekarang abang tanya, tangan Fara pasti sakit, kan?”

Fara mengangguk pelan.

“Kita ke ruangan dulu. Ayo. Nanti kalau memang sakit kali, minum obat aja.”

Dan begitu mereka tiba di dalam ruangan tim ekspor, semua staf di dalam sana pun heboh, tampak berang—bahkan Sisi dan Imah tampak akan keluar dari ruangan untuk menghajar Karin.

“Biar saya tabok dikit, Bu! Dikit aja!” Sisi ingin menerobos pintu, tetapi Bu Lia berdiri membelakangi pintu untuk menghalangi mereka.

“Memang pukimak anak itu! Muka kayak pantat aja sok cantik! Kalau nggak bawa mobil, kek gembel dia itu!” sambung Imah, tampak tak sabar ingin segera keluar dari sana.

“Pak, masa kita diam aja sih, Pak?” Pak Andi ikut-ikutan, tapi tidak kesetanan seperti Imah dan Sisi.

Sedangkan Bu Lia, meski kesal, menjadi satu-satunya yang paling tenang. “Istighfar… kayak kesurupan kalian, loh…”

Melihat betapa kacau di dalam sana, Yuto pun langsung mengatakan sesuatu yang membuat mereka semua diam tak berkutik. “Ada Pak Adam di sini. Jangan ribut dulu.” Saat suasana menjadi hening, Yuto melanjutkan, “Kita beresin kerjaan kita sebelum Pak Adam masuk ke sini. Dan mengenai si Karin, dia udah dipecat Pak Adam. Udah beres. Jadi biarkan aja.”

“Udah, lanjut kerja. Siapkan laporan PO ekspor minggu ini, rekap container yang berangkat dan pending, terus…” ia menyampaikan instruksinya dengan tenang.

Semua staf mengangguk paham, dan lekas kembali ke kursi masing-masing, kecuali Fara. Ia ingin melangkah, tapi Yuto masih menggenggam tangannya.

“Bang…” tegurnya pelan.

“Hm?” Yuto menoleh padanya.

Malu-malu Fara berbisik, “Tangannya…”

Barulah Yuto sadari, kalau dia masih menggenggam tangan Fara. Pasti karena terlalu nyaman.

“Maaf, maaf. Abang lupa.” Ia lepaskan tangan itu, dan Fara pun lekas duduk di kursinya.

“Nanti sore Fara pulang sama abang,” kata Yuto saat melintas di belakang Fara. “Biar abang yang bawa keretanya. Besok juga gitu. Pokoknya sampai tangan Fara sembuh.”

Pak Andi, Bu Lia, Sisi, dan Imah, mendadak tersenyum, menyadari keahlian bos mereka yang jago kali modus.

.

.

.

.

.

Continued...

1
Yhunie Andrianie
orang kek eka itu, lama mati ny..lama allah cabut nyawa ny, soal ny terus"n diksi kesempatan, tpi ngk juga sadar"!!!!
Yhunie Andrianie
si eka ini ynk bikin pk iyon sakit bgni..laki" pendiem, tpi isi kpla ny berisik..tpi skli ny marah, runtuh lh udh isi kpla.mamak kau itu fara, bisa" serangan jantung
Yhunie Andrianie
agak laen lh author nih ksi nama orang, ada nama puki plak😭🤣
Yhunie Andrianie
agak laen memang si eka ini🤦🏻
Yhunie Andrianie
memang jahannam kali lh mamak kau fara, palingan duit tu dia ksi ke anak ny si shella itu atau sama adek ny ynk suka ngutang😤😤😤
Nesya Suhaibah
ending yg sweeeettttt.. thx thoorrr😍😍😍
Nesya Suhaibah
karya otor slalu kereeennnn.. suka bangeeetttt..
Nesya Suhaibah
jarang bgt anak kecil jaman skrg yg tinggal di bandung, ngomongnya sunda. ortunya biasanya ngajak ngobrol nya bhs indo.. kyk sy tinggal di sukabumi, sama2 org sunda, ngomong bahasa indo 🤣🤣🤣.. sunda cmn "ibak" itu jg campur "yuk ibak dulu" 🤣🤣
Nesya Suhaibah
mampus kau, rasain dikhianati anak kesayangan kek mna rasanya
Nesya Suhaibah
jirodut cubangeeeettt
Nesya Suhaibah
jangan pura2 gak tau kau Fa, si karin aja dicekiknya. lupa kau? 🤣🤣🤣
Nesya Suhaibah
ntar ketemu temenmu disana Fa, s Giant heheh
Nesya Suhaibah
🤣🤣🤣🤣 berharap risol bisa memberikan energi lebih
Nesya Suhaibah
adik thor, bukan kakak ipar. meskipun lbh tua sora, tp dia adiknya yuto
Nesya Suhaibah
deeuuhhh si yuto. td aja godain, di-iya in malah gugup
Nesya Suhaibah
panteeess fa, lu dah kelamaan menderita, jd Alloh kasih hadiah berupa yuto
Nesya Suhaibah
idiihhh bisa aja nih gorden warteg baperin anak orang 🤣🤣🤣
Nesya Suhaibah
😢😢😭😭😭😭
Nesya Suhaibah
gombalannya kyk buaya ya.. kyk om2 lg ngadalin anak SMA.. "klo mau jadi istri kedua om, om beliin ipong 19" 🤣🤣🤣.. tp ini yg ngomong yuto, gmn donk 😄😄
Nesya Suhaibah
sulit jd fara, klo dilawan, tersinggung trs sakit, fara jg yg repot, nambah lagi nnti biaya buat obat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!