NovelToon NovelToon
VR Immortal: Sekteku Aturanku

VR Immortal: Sekteku Aturanku

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Reinkarnasi / Sistem / Kelahiran kembali menjadi kuat / Menjadi NPC / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Dwalkii

Di dunia kultivasi Cangxuan, Han Wuqing bereinkarnasi dari bumi ke dunia kultivasi abadi yang penuh kekuatan dan ketidakadilan.

Setelah berkultivasi selama 10 tahun dengan susah payah, tanpa dukungan apapun. Akhirnya cheat system muncul mewajibkan dia membuat sektenya sendiri.

System aneh yang mengizinkannya memanggil kesadaran orang orang dari bumi, seolah dunia adalah game virtual reality.

Orang-orang dari bumi mengira ini hanya permainan. Mereka menyebutnya "VR immortal".

Mereka pikir Han Wuqing NPC...
Mereka pikir ini hanya ilusi...

Tapi didunia ini— Dialah pendirinya, dialah tuhan mereka. Sekteku Aturanku

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwalkii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Interaksi pemain dengan Li Yan'er

Di Paviliun Ketua Sekte lantai dua.

Ruangan pribadi Han Wuqing diselimuti cahaya keemasan dari langit senja yang menyusup melalui tirai tipis dan aroma teh hangat samar-samar menguar dari cangkir giok di sudut meja, namun isinya sudah lama tak disentuh.

Di hadapannya, layar sistem menyala. Tampilan forum resmi terbuka penuh.

Satu pengumuman terpaku di bagian paling atas, diberi tanda emas:

「[PENGUMUMAN RESMI] Closed Beta – Phase 2: VR Immortal Dimulai Hari Ini Pukul 16:00」

Kami resmi membuka sesi uji coba tertutup (Closed Beta) Phase 2 untuk VR Immortal, dimulai pukul 16:00 WIB hari ini.

Sebanyak 500 pemain akan dipilih secara acak dari daftar pendaftar awal.

Perangkat VR generasi terbaru akan dikirim langsung ke rumah kalian.

Cukup sambungkan, dan bersiaplah untuk menyelami dunia abadi.

Bersiaplah.Dunia nyata akan terasa seperti mimpi setelah kalian kembali.

— Langit, Dev Game.

Han duduk diam. Tubuhnya bersandar ke kursi komputer ramping berbalut hitam pekat, sementara ujung jarinya mengetuk meja kayu gelap perlahan, tanpa suara.

Di layar, komentar bermunculan tanpa henti—cepat, riuh, dan penuh antusiasme. Tapi wajah Han tak berubah sedikit pun.

[ToxicLily]: Hell yah!! Akhirnyaaaa(ノ≧∀≦)ノ

[XiangBaoBao]: Masuk beta tahap dua \= hidupku resmi dimulai ulang.

[TryMyLuckPls]: Sumpah gua udah nunggu dari phase 1(╥﹏╥) semoga dapat undangan.

[NoBetaNoPeace]: Please... kali ini jangan zonk lagi(;´Д`).

[ElfKing]: Jika ada dewa keberuntungan di dunia ini, kumohon pandanglah aku kali ini.

[BlueHerbalist]: Hanya 500 orang? Rasanya seperti undangan menuju surga rahasia.

[SlowAndWise]:Jika aku tak terpilih pun, melihat dunia ini terbuka sudah cukup bagiku.

[ByteFairy]: Aku memimpikan dunia itu setiap malam. Mungkinkah hari ini aku dipanggil?

[FoxOnFire]: Untuk pertama kalinya, aku benar-benar merasa gugup hanya karena sebuah pengumuman.

Han memejamkan mata sejenak.

Lalu membuka matanya kembali, menelusuri setiap komentar.

Tidak ada nama yang ia kenal.

Zilong tidak muncul.

AshenVale—diam.

Ironshade, Fireframe, bahkan si pendiam seperti ImAtomic… tak ada satu pun tanda.

Wajah Han tetap tenang. Tapi matanya menyipit sedikit, seperti orang yang baru menyadari bahwa ruangannya terlalu hening.

“…Jadi kalian sudah kembali masuk.”

Satu kalimat itu meluncur tanpa emosi. Tapi ada sesuatu yang berubah dalam sorotnya—sebuah ketegasan halus, seperti nada instruksi yang tertahan.

“Waktu tersisa dua jam.”

Ia berdiri. Langkahnya pelan menuju jendela besar yang menghadap ke arah tenggara, ke seluruh bangunan sekte yang kini berdiri dengan bentuk baru—megah, tenang, dan... bersiap.

“Lima ratus pemain akan datang. Dan yang lama... sudah kembali menyesuaikan diri.”

Ia menatap dunia itu seperti seorang arsitek memandangi kota yang sedang tumbuh.

“…Ini akan menarik.”

Sementara itu di tempat lain—

Asrama murid Sekte Yuandao.

CallMeZilong membuka matanya perlahan.

Ia masih duduk bersila di atas ranjang, tapi suasana di sekelilingnya sudah... berbeda.

Dinding batu yang dulu kusam kini berganti jadi warna lembut seperti awan. Langit-langit tak lagi rendah. Cahaya spiritual dari lampu giok berayun tenang di atas kepala. Dan yang paling penting—

“…Eh?”

Zilong menoleh ke kiri, lalu ke kanan. Tak ada suara dengkuran. Tak ada napas orang lain. Hening. Dan di kiri-kanan tempat tidurnya...

“INI... KAMAR PRIBADI?!!”

Teriaknya pecah di ruangan kecil yang hanya bisa menampung satu tempat tidur, satu lemari hitam, dan sebuah peti panjang berukir sederhana di sudut ruangan. Bau dupa giok samar tercium dari celah pintu.

“WOOOOOHHH!! Akhirnya aku nggak harus bangun karena suara si GuHandsome ngelantur ngomong 'mimpi menjadi tuan muda Villain' lagi!”

Zilong memeluk dirinya sendiri, lalu berdiri dan membuka pintu geser kamarnya.

Lorong batu berhiaskan ukiran kabut dan dedaunan giok menyambutnya. Ia melangkah keluar dengan langkah ringan, seperti anak sekolah di hari libur.

Lorong itu membawanya ke ruangan utama—dan matanya langsung bersinar.

“Ohhh!!”

Ruangan tengah itu luas. Sangat luas. Tertata seperti tempat istirahat dalam drama kultivasi mahal. Ada sofa berbentuk melingkar, meja-meja rendah dari kayu giok, set permainan catur roh dan catur klasik, rak buku penuh bacaan ringan—bahkan buku komik bergambar.

Beberapa pemain sudah duduk bersantai. Ada yang membaca. Ada yang main tebak angka pakai qi. Bahkan ada yang hanya rebahan di sofa panjang sambil memainkan giok identitas.

Zilong melangkah lebih jauh ke pojok ruangan. Ia melihat papan nama ruang: Pemandian Umum Murid — Terpisah Berdasarkan Gender.

Kepalanya mengangguk-angguk.

“Ini... upgrade duniawi terbaik yang pernah kubayangkan...”

Ia melangkah keluar dari asrama dengan hati ringan, dan saat ia berdiri di ambang pintu depan bangunan—

Ia membeku sejenak.

“…Hm?!”

Ia menoleh ke dalam lagi. “Tunggu... Asrama ini... sebesar istana kecil di dalam. Tapi dari luar... cuma setengahnya?”

Ia memicingkan mata.

“...Hoohh~ Jadi pakai formasi ruang ya?

Agar tidak memakan tempat. Sungguh hebat.”

Zilong melangkah ringan menuruni tangga asrama. Cahaya senja menyapu batu-batu jalanan yang kini lebih bersih, lebih halus—seolah seluruh sekte baru saja keluar dari proses pemolesan surgawi.

Bangunan-bangunan di kejauhan menjulang megah. Aula Utama kini memiliki pilar-pilar naga baru. Perpustakaan tampak satu tingkat lebih tinggi, dan di arah barat—pasar sekte mulai ramai dengan para pemain veteran yang mengecek lapak masing-masing.

Namun yang menarik perhatian Zilong justru datang dari utara. Suara denting logam terdengar ritmis, tak seperti efek suara biasa, tapi nyata—seolah besi dan api sedang menari.

“…Aula Tempa?” gumamnya sambil berjalan mendekat.

Begitu sampai di depan pintu besar, Zilong mendorong daun pintu logam berukir nyala itu dengan sedikit dorongan qi. Pintu terbuka perlahan—udara hangat langsung menyambut wajahnya. Tapi bukan panas yang menyengat, melainkan kehangatan bengkel hidup. Aroma besi yang baru ditempa, asap tipis dari bara, dan semerbak logam spiritual mengisi udara.

Namun yang paling mencolok adalah keramaiannya.Aula Tempa dipenuhi para pemain.

Mereka berkeliling seperti pengunjung pameran teknologi, matanya menyala melihat alat-alat tempa yang tergantung di dinding. Ada yang mencoba menyentuh palu besar yang tergantung di sisi timur, ada pula yang mendekat ke tungku dengan penasaran.

Di tengah kerumunan, ada ruang terbuka kecil, dan di sanalah—berdiri dengan senyum cerah—NPC yang jadi perbincangan kecil di forum.

Li Yan’er.

Rambut panjang kemerahan diikat kuncir tinggi, pakaiannya seperti penempa profesional dari anime steampunk-cultivation: praktis, penuh kantong kecil dan ikat pinggang untuk alat. Mata hijaunya menyapu kerumunan dengan semangat, tidak seperti NPC biasa yang hanya menunggu interaksi.

Ia melambaikan tangan ke arah salah satu pemain yang baru datang

“Halo! Selamat datang di Aula Tempa! Ada yang ingin dibuatkan senjata? Atau hanya ingin lihat-lihat dulu?”

Pemain itu—seorang pendekar tombak—menegang sejenak, lalu dengan gugup membalas,

“A-aku... cuma liat-liat, Kak.”

Li Yan’er tertawa pelan. “Silakan! Tapi jangan terlalu dekat dengan tungku, ya. Meski efeknya dikurangi, tetap bisa bikin jubahmu hangus kalau ceroboh.”

Tawa kecil langsung terdengar dari para pemain di sekitarnya.

Seseorang di samping Zilong berbisik sambil terkagum-kagum.

“Bro... dia beneran punya kepribadian. Ini bukan NPC biasa. Bahkan ekspresinya... natural banget.”

Salah satu pemain wanita bicara

“Kak Yan’er! Aku bisa minta dibuatkan senjata berbentuk sabit enggak?” teriak seorang pemain dari barisan depan.

“Boleh dong~! Kalau kamu bawa bahan sendiri, tinggal ajukan permintaan di panel ya~,” jawabnya ceria sambil melambai ke arah pemain itu.

“Kyaaaa, dia jawab aku! Kak Yan’er baik banget!!”

“Bro... kenapa NPC ini bisa bikin aku jatuh cinta lebih cepet daripada waifu gacha...?”

“Serius, ini beda banget dari Kak Yue...”

“Aku pernah mencoba bercanda dengan Kak Yue—satu lelucon ringan, tanpa maksud lain.

Tapi ia hanya menatapku sebentar, lalu berkata dengan suara datar,

'Hohh, baiklah. Kalau begitu, akan kulaporkan pada Ketua Han. Dan begitu saja suasana mencair berubah jadi membeku. Terlalu dingin. Sepertinya, bagi Kak Yue, kata 'bercanda' hanya ada di kamus musuh”

“Tapi ya...Ia memang bersikap dingin, sulit didekati. Tapi entah kenapa, justru itu yang membuatnya menarik”

“Iya sih... tapi Kak Yan’er... dia seperti NPC penyembuh hati yang kita semua butuh setelah diserang Kak Yue.”

“Sstt, nanti kak yue dengar...”

“Dengar apa?”

Sontak semua pemain membeku.

Satu suara lembut namun dingin itu terdengar dari arah pintu—dan saat mereka menoleh terdengar langkah ringan di belakang mereka, disusul suara lembut namun menusuk...

Yue Lian sudah berdiri di sana. Jubah putihnya berkibar pelan, mata setajam giok menatap mereka seperti penilai ujian akhir.

“Kalian... bilang apa tadi soal aku?”

Tak satu pun yang menjawab.

Beberapa pemain buru-buru menatap lantai. Yang lain langsung pura-pura sibuk dengan panel sistem di depannya. Bahkan salah satu dari mereka nyaris bersembunyi di balik rak senjata.

Zilong menoleh ke samping dan berbisik sangat pelan, “...Game ini terlalu realistis, bro.”

1
JustError
keren Kakk, semangat
Dwalkii
Wkwkw bener juga ya, kelihatan banget kayak MC andalan sistem 😆 Tapi Han Wuqing kan belum mau nunjukin dia punya sistem, jadi dia cuma jawab tegas aja di luar, tapi dalam hati dia yakin karena sistem. Makasih sarannya! Mungkin nanti aku tambahkan narasi batin biar lebih nyambung 🙏
Bulanbintang
Tenang, Penatua. Kan ada sistem.
JustError
jir jadi vr☠️
JustError
ya masih untung dapet sistem☹️
𝓐𝓩𝓡𝓐
semangat 👍🏻
The first child
Semangat kak, lanjutkan..
The first child
Semangat kakak...
Drezzlle
hadiah dan like meluncur cepat
iqbal nasution
menarik
iqbal nasution
main catur
iqbal nasution
good
𝐒𝐄𝐑𝐀𝐏𝐇𝐈𝐂🪽
sera mampir nih thorr, jgn lupa like novel aku juga okeyy/Doge/
semangattt/Determined//Determined/
iqbal nasution
han wuqing
iqbal nasution
semangat
iqbal nasution
mantap
Dhika Dp
bintang lima
Sir Fitz
sekte?
Sir Fitz: enggak si, cuma ga biasa aja dengernya :v
Dwalkii: I-iya..? ada yang salah kah?
total 2 replies
iqbal nasution
oke thor
iqbal nasution
next
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!