NovelToon NovelToon
Beyond The Realm Of Gods

Beyond The Realm Of Gods

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Transmigrasi ke Dalam Novel / Identitas Tersembunyi / Budidaya dan Peningkatan / Mengubah Takdir
Popularitas:7.8k
Nilai: 5
Nama Author: Radapedaxa

Ketika Li Yun terbangun, ia mendapati dirinya berada di dunia kultivator timur — dunia penuh dewa, iblis, dan kekuatan tak terbayangkan.
Sayangnya, tidak seperti para tokoh transmigrasi lain, ia tidak memiliki sistem, tidak bisa berkultivasi, dan tidak punya akar spiritual.
Di dunia yang memuja kekuatan, ia hanyalah sampah tanpa masa depan.

Namun tanpa ia sadari, setiap langkah kecilnya, setiap goresan kuas, dan setiap masakannya…
menggetarkan langit, menundukkan para dewa, dan mengguncang seluruh alam semesta.

Dia berpikir dirinya lemah—
padahal seluruh dunia bergetar hanya karena napasnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34 – Tangisan Xiao Bao dan Murka Para Guardian

Bai Yuan dan Mu Qinglan masih membahas strategi untuk menghabisi monster iblis yang berkeliaran di luar lembah. Mereka berdiri di halaman belakang kediaman Li Yun, tempat yang tampak damai namun penuh energi misterius yang selalu membuat mereka waspada.

“Monster iblis itu bukan tipe biasa,” ujar Bai Yuan sambil mengusap dagunya. “Ia tidak bergerak acak. Aku rasa ia mengikuti pola tertentu.”

Mu Qinglan mengangguk, alisnya berkerut. “Pola berburu. Itu yang kupikir juga. Seolah ia mencoba mengusir sesuatu atau… menguji wilayah ini.”

“Menguji… wilayah Senior Li?” Bai Yuan memandangnya seperti baru menyadari sesuatu. “Kalau begitu, kita—”

Namun sebelum ia dapat menyelesaikan kalimatnya…

“Halo paman dan bibi!”

Suara lembut, polos, dan ceria itu terdengar seperti bel kecil yang dipukul ringan. Spontan mereka berdua menoleh—dan seketika dunia seperti berhenti berputar.

Di sana, berdiri seorang gadis kecil berumur sekitar lima tahun, mengenakan baju sederhana warna biru lembut. Rambut hitamnya sebahu, sedikit bergelombang. Pipi tembemnya memerah lembut seperti bakpao yang baru dikukus. Dan mata bulatnya… jernih, bening, penuh rasa ingin tahu.

Mu Qinglan mematung.

Bai Yuan hampir tidak berkedip.

Gadis itu menatap mereka dengan polos seolah keberadaannya di tempat ini bukan hal aneh sama sekali.

“Ah…” Bai Yuan membuka mulut, tapi tak ada kata yang keluar.

Dan yang membuat situasinya semakin fatal—

Mu Qinglan langsung meledak.

Bukan dengan serangan, bukan dengan marah, tapi dengan ekspresi yang sangat jarang terlihat dari seorang jenius pedang yang biasanya dingin dan tenang.

“AaaAAAHHH—IMUT BANGET!!”

Ia langsung jongkok, mencubit pipi gadis kecil itu dari kedua sisi.

Xiao Bao terlonjak kecil. “E-eh?”

Mu Qinglan menatapnya dengan mata berbinar-binar. “Kamu anak dari mana? Aduh… pipinya lembut banget kaya bakpao panas! Lucu banget!”

Pipi Xiao Bao tertarik ke samping sampai wajahnya terlihat bebal dan hampir konyol. Ia mencoba bicara sambil pipinya diremas—yang tentu saja menghasilkan suara yang sulit dimengerti.

“Awwkuu… X-Xiao Bwaao… p-putri papa…”

Seketika…

Mu Qinglan membeku.

Bai Yuan membeku.

Hawa di sekitar berubah drastis.

“Putri… papa?” ulang Mu Qinglan dengan suara yang hampir pecah.

“Putri Senior Li…?” Bai Yuan hampir tersedak napasnya sendiri.

Xiao Bao mengerjap pelan, pipinya merah karena dicubit. Matanya mulai berair. “Bibi… b-bisa lepaskan pwi-pwi Xiao Bao…? I-ini sakit…”

“KYA! MAAF!” Mu Qinglan melepas cubitannya begitu cepat seolah memegang kuali panas. Ia sampai panik mengipas-ngipas pipi Xiao Bao dengan kedua tangan. “Maaf maaf maaf! Bibi nggak sengaja! Aduh pipinya merah banget, maaf sayang!”

Bai Yuan menatapnya dengan mata melotot. “Mu Qinglan! Kau ini gegabah sekali! Itu putri Senior Li! Bagaimana kalau Senior Li marah?!”

“I… aku nggak tahu!!!” Mu Qinglan hampir menangis juga. “Pipi anaknya kenapa lembut sekali sih!”

Xiao Bao mengusap pipinya, tapi lalu mengangguk kecil. “Tidak apa-apa… Xiao Bao memaafkan bibi.”

Mu Qinglan sampai memeluk dadanya lega.

Namun…

Sebuah pertanyaan langsung menghantam mereka berdua.

Sejak kapan Senior Li punya anak?

Kenapa kami tidak melihat anak ini sebelumnya?

Mereka bertukar tatapan, sama-sama bingung.

Xiao Bao memiringkan kepala. “Paman dan bibi, kenapa melihat Xiao Bao seperti itu?”

“Tidak! Tidak apa-apa!” jawab mereka bersamaan sambil melambai-lambai panik.

“Kami cuma… terpesona karena kamu terlalu lucu,” kata Mu Qinglan.

Xiao Bao langsung tersenyum lebar, memperlihatkan dua gigi kelincinya. “Hehehe!”

Mu Qinglan ikut tersenyum lega. “Oh ya, Xiao Bao, ini mungkin pertama kali kita bertemu. Tapi ini bukan pertama kali bibi mampir ke sini loh.”

“Benarkah?” Mata Xiao Bao membulat.

“Iya, waktu itu bibi datang bersama Paman Bai Yuan. Tapi bibi tidak melihat Xiao Bao. Xiao Bao di mana waktu itu?”

Xiao Bao berpikir keras, benar-benar keras, sampai menjulurkan lidah kecilnya.

“Hmmm… waktu itu… Xiao Bao masih tidur!”

Mu Qinglan dan Bai Yuan saling menatap lalu mengangguk. “Ah! Pantas!”

Bai Yuan tertawa kecil. “Xiao Bao mirip sekali dengan Senior Li ya.”

Xiao Bao mengangguk bangga. “Tentu saja! Xiao Bao itu putri kesayangan papa!”

Mu Qinglan dan Bai Yuan hampir pingsan oleh keimutan itu.

Namun di tengah suasana hangat itu… Bai Yuan merasakan sesuatu.

Aura.

Aura yang kuat. Tidak biasa. Tidak wajar.

Dari tubuh mungil Xiao Bao.

Semakin diam ia memperhatikan, semakin jelas fakta itu: aura ini bukan milik anak kecil biasa. Ini… selevel dengan monster suci kuno.

Bai Yuan meneguk ludah.

“Ha… dia anak Senior Li… wajar,” gumamnya pada diri sendiri.

Tapi pikiran berikutnya muncul dan tak bisa ia tahan:

…kalau umur Xiao Bao benar 5 tahun, berarti Senior Li baru menikah sekitar itu?

Siapa wanita itu? Siapa yang bisa meluluhkan entitas segila Senior Li?

Ia menatap sekeliling kediaman Li Yun, mencari sosok wanita. Tapi tidak ada.

Benar-benar tidak ada.

Akhirnya ia memberanikan diri.

Ia berdeham kecil. “Ahem… nona Xiao Bao, kalau boleh… di mana ibumu? Di mana Nyonya Li?”

Xiao Bao membeku.

Mu Qinglan ikut memandang dengan penasaran.

Perlahan… Xiao Bao mengangkat tangannya. Jarinya menunjuk ke langit.

Dan matanya mulai berkaca-kaca.

“Ibu Xiao Bao… sudah berada di atas...”

Mu Qinglan dan Bai Yuan terpaku.

Di atas?

Di langit?

Di surga?

“Oh tidak…” desis Bai Yuan. “Jangan bilang Nyonya Li… sudah meninggal…”

Mu Qinglan langsung memegang kepalanya. “Aduh… mulut patriark… kenapa nanyanya begitu!”

Xiao Bao menggigit bibir. Lalu air matanya jatuh.

“Xiao Bao… k-kangen ibu…”

Tangisan kecil yang pecah itu—benar-benar menghancurkan suasana.

Mu Qinglan panik. “A-astaga, jangan nangis sayang! B-bibi nggak bermaksud!”

Bai Yuan ikut melambaikan tangan. “Jangan menangis! Kami salah! Kami tidak tahu!”

Namun sebelum mereka bisa semakin kacau—

—RAAAHHHHH—

Niat membunuh.

Bukan niat membunuh biasa.

Tapi niat membunuh tingkat absolut.

Yang langsung membuat jantung Bai Yuan dan Mu Qinglan seperti diremas tangan raksasa.

Xiao Zhen, sosok pendekar pedang surgawi berpakaian kuli bangunan, muncul dari balik dinding dengan mata menyala dingin. Tangan kirinya sudah memegang sendok semen berlapis Qi pedang.

“Siapa,” suaranya datar namun mematikan, “yang berani membuat Nona Muda menangis?”

Di sisi lain, Baal si kaisar iblis agung muncul dalam wujud serigala besar dan berotot, tanduknya menyala merah. Aura gelapnya meledak seperti badai.

“Aku sudah bilang,” geramnya, “kalau kalian MENYAKITI nona muda, kalian harus berurusan denganku.”

Di sisi kolam, Naga Air bangkit dari permukaan, tubuhnya melingkar, mata birunya berubah tajam penuh amarah.

Pohon Nirvana bergemuruh, daunnya bersinar dan suaranya langsung menembus jiwa mereka:

“Ini akan menjadi tempat peristirahatan kalian.”

Bai Yuan merasakan lututnya melemah.

Mu Qinglan hampir jatuh terduduk.

“W-wait! Senior! Ini salah paham!” seru Bai Yuan sampai suaranya bergetar.

“Kami tidak melakukan apa-apa!” tambah Mu Qinglan sambil menunduk takut.

Xiao Zhen mendekat perlahan, langkahnya terdengar seperti dentang logam yang menggema.

“sendok semen ku sudah terlalu lama haus darah… mungkin hari ini saatnya.”

Baal mencengkram udara dan retakan ruang terlihat. “Satu tulang patah tiap tetes air mata. Itu aturan.”

Naga Air menundukkan kepalanya mengancam. “Berani membuat nona muda menangis… hukuman mati.”

Pohon Nirvana seolah mengunci ruang di sekitar mereka. “Kematian kalian akan memperindah tanah ini.”

Mu Qinglan menjerit dalam hati.

Kalian ini guardian apa geng pembunuh!?

“KAMI BENAR-BENAR TIDAK BERSALAH!” teriak Bai Yuan hampir putus asa. “KAMI BERSUMPAH DEMI SURGA! INI HANYA SALAH PAHAM!!”

Xiao Bao, masih menangis, melihat mereka dan berkata sambil sesenggukan:

“Jangan… jangan salahkan paman dan bibi… mereka cuma tanya ibu…”

Xiao Zhen berhenti.

Baal mengerjap.

Naga Air menurunkan kepala sedikit.

Pohon Nirvana meredup.

Semua guardian menoleh pada Xiao Bao sekaligus.

“Benarkah?” tanya Xiao Zhen, suaranya tetap tajam meski menurun sedikit.

Xiao Bao mengangguk sambil mengusap air matanya. “Mereka nggak nakal…”

Semua guardian langsung menunduk hormat pada Xiao Bao.

“Baik…Nona Muda, kalau begitu kami mundur dulu,” ujar Xiao Zhen, walau nadanya masih mengancam bila mereka ulangi.

Baal mendesis, “Kalian selamat… UNTUK SAAT INI.”

Mu Qinglan menggigil. “T-terima kasih… Senior…”

Bai Yuan menarik napas, hampir jatuh saking leganya.

Xiao Bao berlari kecil ke arah mereka, masih sesenggukan.

“Maaf… Xiao Bao bikin panik…”

Mu Qinglan memeluknya dengan lembut. “Tidak apa-apa. Bibi yang harus minta maaf… bibi tidak tahu.”

Xiao Bao menyeka air mata. “Ibu Xiao Bao… berada di atas… bukan karena meninggal…”

Bai Yuan dan Mu Qinglan terpaku.

Xiao Bao melanjutkan polos.

“Papa bilang ibu berada ‘di atas’… karena ibu sedang bertualang di alam tinggi yang jauh lebih kuat dari dunia ini…”

“AH! JADI ITU MAKSUDNYA!?” Mu Qinglan hampir pingsan karena malu.

Bai Yuan menutupi wajahnya. “Kita… kita mengira yang tidak-tidak…”

Guardian menatap mereka dengan tatapan sangat merendahkan.

Xiao Zhen: “Otak kalian perlu ditempa ulang.”

Baal: “Benar-benar manusia bodoh.”

Naga Air: “Menafsirkan terlalu cepat adalah ciri sampah tidak berguna.”

Pohon Nirvana: “Memalukan.”

Mu Qinglan dan Bai Yuan hanya bisa tertunduk malu.

Dan dari kejauhan, tanpa mereka sadari…

Li Yun baru saja keluar dari dapur sambil membawa keranjang sayur.

Ia melihat keributan itu dan mengerutkan kening.

“Hm? Apa yang terjadi? Kenapa Xiao Bao menangis?”

Semua guardian langsung menegang.

Mu Qinglan & Bai Yuan langsung pucat pasi.

Xiao Bao menoleh—dan wajahnya langsung cerah.

“Papa!!”

Ia berlari ke arah Li Yun, melompat ke pelukannya.

Li Yun tersenyum hangat. “Hei, sayang… kenapa pipimu merah? Kamu makan sesuatu? Atau habis jatuh saat bermain dengan puppy?”

Mu Qinglan hampir jatuh saking gugupnya.

Mereka berada satu napas lagi dari kematian.

1
Skyrenzz'
wowwowwk🤣
Skyrenzz'
lanjut min, lagi enak baca yang begini, cape baca senggol bacok mulu, yang kek gini kan enak buat nenangin otak, apalagi ada baal kan sama xiao bao🤣
RDXA: Haha oke siap ditunggu 🔥
total 1 replies
Skyrenzz'
hhhahah🤣
Skyrenzz'
lucu bangett si baal baal ini🤣
umar aryo
huahahahaha..... lanjut Thor.....
umar aryo
hahahaa.... baru kali ini baca novel kaya gini... semangat Thor....
RDXA: siap laksanakan💪🔥
total 1 replies
Kirana
true 😂
Davide David
lanjut thor💪💪💪💪
RDXA: siap laksanakan 🔥
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!