NovelToon NovelToon
Aku Yang Untukmu

Aku Yang Untukmu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Angst / Pihak Ketiga
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: jewu nuna

Dari sekian banyak yang hadir dalam hidupmu, apa aku yang paling mundah untuk kau buang? Dari sekian banyak yang datang, apa aku yang paling tidak bisa jadi milikmu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jewu nuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

AYU 24

Gue menatap keluar kafe dari balik jendela, hujan. Jakarta hari ini sedang hujan dan gue nikmati waktu ini untuk kembali lagi mengerjakan tugas. Duduk sendirian dengan segelas ice black coffee yang entah sudah sejak kapak ngga lagi gue pesan.

Ah rasanya bernostalgia, dan hanya Jakarta yang bisa bikin gue minum itu lagi.

Setelah sempat menerima pesan dari Kara ingin bertemu, gue memutuskan untuk mengajaknya makan cake atau sekedar memesan ice cream favoritenya di kafe ini. Tapi sepertinya cuaca sedang tidaak cukup baik untuk makan makanan yang dingin.

Pandangan gue tertuju pada Karamel, gadis dengan jaket crop denim dan kaus abu abu didalamya, tersenyum sumringah saat menemui gue duduk di paling ujung.

Oh jangan lupakan Daffa, pria yang agaknya baru saja memotong rambutnya berjalan dibelakang Kara setelah memesan menu.

"Kangen banget!"

Gue sambut Kara dengan pelukan, masih dengan wangi yang sama dan tingkah yang tak jauh berbeda. Bukankah Kara tidak akan pernah berubah? Masih jadi gadis centil dimata gue.

"Maaf ya jadi nunggu lama!"

"Gapapa kalik," gue melepas pelukannya dan menyuruh Kara duduk, disusul Daffa disebelahnya dengan senyum lebarnya.

"Apa kabar, Na?"

"Kaya yang lo liat" gue kali ini tersenyum menjawab pertanyaan Daffa barusan. Lebih menyingkirkan laptop yang sembari tadi bertumpu dihadapan gue, agar sedikit condong.

"Fine aja diliat ngga berarti mentalnya ga kena kan?"

Gue terkekeh saat tatapan Daffa terlihat mengintimidasi, "iya?"

"Engga, Daff. Lo tenang aja, semua baik baik aja kok"

Kedua manusia yang duduk didepan gue menunjukkan senyum simpul setelah pernyataan gue barusan. Ini yang gue rindukan dari mereka, rasa kepedulian yang jarang sekali gue dengar setelah tak lagi hidup di lingkup yang sama.

Rasanya melegakan, dan nyaman.

"Gue seneng kok justru kuliah di Bandung, menyenangkan"

"Ngga asik karena ngga ada gue nya" kali ini Kara menekuk bibirnya kebawah. Mengekspresikan kekesalannya.

Sebelum lulus SMA kita memang sempat merencanakan akan kuliah di kampus yang sama. Dengan gue yang tentu menyembunyikan tujuan awal kuliah ke Bandung dari siapapun kecuali Biyan dan keluarga. Impian untuk bisa mengerjakan kemumetan skripsi bersama, lulus dengan kebahagiaan di universitas yang sama. Itu yang ada di benak Kara kala itu, yang tentu berbanding terbalik dengan yang gue rencanakan.

"Terus lo daring?"

Gue mangangguk membalas pertanyaan Daffa, sebelum melihat pria itu tiba tiba mengangkat tangannya. Seakan mengisyaratkan untuk seseorang mendekat padanya.

Manik mata gue mengikuti kemana pandangan Kara dan Daffa yang secara bersamaan juga membuat gue membeku. Sudah lama, lama sekali sampai rasanya lupa dengan wangi apa yang terakhir kali dia pakai saat kita bersama.

Seperti bertemu orang asing yang sudah tau semua tentang gue.

"Gib, sebelah sini"

Pria itu datang dengan kaus lengan pendek berwarna army dan celana kargo cream, jangan lupa sepatu vans hitam yang sedikit basah karena percikan air hujan. Perubahan yang sama sekali tidak ingin gue tau sejak kapan itu terjadi.

Gue menghela napas sebelum kembali berbalik menghadap Kara dan Daffa. Bisa gue lihat dengan jelas ekspresi wajah Kara yang sendu, menatap gue dengan iba. Dan tatapan santai Daffa menyambut kedatangan sahabatnya.

"Lo ga bilang bakal kesini?"

Pria itu hanya melemparkan senyum dinginnya sebelum bergabung, duduk tepat di samping gue dengan jarak yang cukup membuat kita berada disituasi yang canggung.

"Niat COD sama temen sih tadi"

Gue bisa pastiin pertemuan ini adalah ketidak kesengajaan yang Daffa sengaja.

Hanya hening sebelum akhirnya pesanan Daffa dan Kara datang. Tepat saat pria tak asing itu menatap kw arah gue dan menjulurkan tangannya, hendak menjabat.

Gue dengan tatapan bingung sekaligus ragu membalas jabatan tangannya, tentu dengan senyum canggung karena tatapan dingin itu bisa gue rasakan sama seperti saat pertama kali kita bertemu.

"Gibran"

Gue yakini jika kita bertemu dimasa dimana kita masih terikat dengan rasa yang sama, mungkin hanya akan jadi lelucon bagi Daffa dan Kara. Tapi untuk saat ini, disaat dimana semua terasa sudah tubuh dewasa, dengan situasi yang berbeda pula. Kita seperti memang benar benar dua orang yang belum saling mengenal, dan tidak pernah saling sapa sebelumnya.

"Ayuna Fatma," gue tersenyum lagi, kali ini layaknya dua manusia yang tidak pernah bertemu, gue bisa lihat beberapa kenangan kita dulu terlukis indah di iris mata Gibran.

"Apaan sih kalian" kali ini Kara menyela. Sementara Daffa hanya terdiam sambil menikmati makanannya yang masih hangat.

"Gib, pesen sana"

Kita kembali sama sama diam saat Gibran sudah lebih dulu mengalihkan pandangannya pada Daffa.

"Udah gue,"

"Ah lo mah, pasti langsung nyamperin Laras kan?"

Mereka masih bersama.

Gue berkutat dengan ice black coffee yang tinggal setengah, gue putar telunjuk mengelilingi bibir gelas saat perbincangan tentang Laras kembali terdengar.

Gue ngga mau jadi sok tau dengan membahas hal hal yang telah terjadi dimasa lalu. Semua jauh lebih berbeda setelah kuliah. Kehidupan Gibran yang dulu terlihat kejam sekarang terdengar jauh lebih baik dengan kasih sayang.

"Masih suka berantem ngga?"

Daffa dan Gibran menatap gue bersamaan, namun sudah lebih dulu dijawab Daffa karena Gibran sepertinya terlalu banyak berpikir.

"Setelah bokapnya balik, ngga pernah lagi tuh manusia cari masalah"

Gue tersenyum, enam bulan lebih waktu telah merubah Gibran dan dunia di sekitar gue. Mungkin cuma gue disini yang ngga merasakan perubahan terjadi di kehidupan gue, rasanya saat dunia bahagia, gue selalu saja ada dalam kondisi hampa.

Saat semua membicarakan keluarga dan orang orang tercinta mereka, gue bahkan bingung dengan kemana arah hati gue akan berjalan mengimbangi mereka.

1
suka baca
good
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!