Winter Lancaster, anak haram keluarga Lancaster yang akan menjadi Ratu Kerajaan Windland selanjutnya.
Namun, Winter yang memiliki kemampuan melihat masa depan, mengetahui bahwa dia akan dijadikan kambing hitam atas kejahatan keluarga Lancaster.
Akankah Winter mampu menghindari belenggu yang akan menjadi takdirnya? Ataukah takdir akan tetap berjalan meskipun Winter mencoba merubahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lylindaceae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33 A Request
Aries yang sedang duduk di sebelah kusir, mendengar suara ketukan yang berasal dari dalam kereta.
“Ada apa, Lady?”
Tanya Aries seraya menjulurkan kepalanya melalui kaca jendela kusir.
“Bawa aku ke toko dessert Maple, Aries.”
“Apakah anda ada janji di sana?”
“Tidak.. Aku hanya ingin mencari udara segar sebelum kembali ke kediaman Lancaster.”
“Baik, Lady.”
Wajah Winter terlihat rumit, jadi Aries menutup kembali kaca jendela kusir tanpa banyak bertanya. Dia memberitahukan kusir untuk membawanya menuju toko Maple.
Saat kusir kembali fokus memacu kereta kuda, Aries memiringkan kepalanya. Dia mengirimkan pesan melalui gelangnya secara diam-diam.
Tidak lama kereta dengan lambang ular hitam telah sampai di depan toko Mapple.
Winter yang turun dengan bantuan Aries, tertegun sesaat saat hendak memasuki toko. Langkahnya segera terhenti.
“Winter! Lama tidak bertemu..”
Sebuah senyuman tersungging dari pria berambut hitam di hadapannya.
“Ya, sudah lama, Kay.”
Aries menundukkan kepalanya dan berbicara dengan suara rendah.
“Saya akan menutup mulut kusir tentang kepergian Lady ke toko hari ini. Anda bisa berbincang dengan santai, Lady. Saya akan menunggu di luar.”
Winter mengangguk mendengar perkataan Aries
“Apakah kamu juga kebetulan akan memakan dessert di sini? Bolehkah aku bergabung denganmu?” Lanjut pria dihadapannya.
Winter terkekeh seraya mengangguk mendengar pertanyaan Kayleigh.
“Sepertinya kita sering bertemu secara kebetulan, ini sungguh terasa aneh.”
“Ini yang dinamakan dengan takdir, Winter. Kalau begitu aku akan mengawalmu ke dalam.”
Aries menyeringai melihat percakapan yang tampak alami. Tuannya pasti bergegas datang ke tempat ini setelah menerima pesan dari Aries. Hal ini terlihat dari rambutnya yang agak berantakan untuk seorang Kayleigh yang perfeksionis.
...***...
Winter dan Kayleigh memasuki ruangan VIP yang tidak dapat dilihat oleh orang luar. Winter mengagumi kepekaan Kayleigh, yang menunjukkan dia tidak ingin ada rumor lagi diantara keduanya.
Tidak lama sebuah teko dengan leher tinggi dan berbagai jenis kue mulai bermunculan di hadapan Winter.
“Apakah kamu sering datang kemari?”
Kayleigh mengambil teko dan mengulurkannya ke cangkir teh milik Winter.
“Sia.. Maksudku pelayan pribadiku beberapa kali membeli kue dari tempat ini. Kue-kue di tempat ini sangat enak.”
“Ah, jadi Sia adalah nama pelayan pribadimu.”
Kayleigh terkekeh saat teringat kembali nama familiar yang sudah lama dilupakannya.
“Ya.”
Winter menjawab dengan wajah memerah karena malu.
“Tapi, apakah kamu punya janji ditempat ini?” Lanjut Winter mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Tidak, aku sesekali memeriksa secara langsung saat waktuku sedang luang.”
“Memeriksa?”
“Toko Maple adalah salah satu toko yang disponsori oleh keluarga Sigrid.”
“Apakah begitu?”
Kayleigh menganggukkan kepalanya melihat wajah tidak percaya Winter.
“Kamu pasti bisa selalu mendapatkan kue di sini tanpa perlu mengantri.”
“Aku akan menaikkan gaji koki karena telah membuat Lady Lancaster memuji toko dessert ini.”
“Ya, kamu harus menaikan gajinya, Kue-kue ini benar-benar enak!”
Keduanya tertawa bersamaan.
“Aku ingin mengucapkan terima kasih atas sapu tangan yang kamu berikan. Tapi jangan terlalu bekerja keras, kamu harus menjaga kesehatanmu.”
“Aku baik-baik saja. Tapi aku khawatir kemampuan menyulamku masih sederhana.”
Kayleigh mengeluarkan sapu tangan dengan lambang pedang dari saku kemejanya.
“Tidak, sapu tangan ini sangat indah. Aku bahkan selalu membawanya kemana-mana.”
“Syukurlah kalau kamu menyukainya.”
Winter menyesap teh yang masih mengepul dengan perasaan ringan. Pertemuan dengan Kayleigh selalu menyenangkan.
Pikirannya sebelumnya rumit setelah mendengar perkataan Ratu Anna. Pembicaraan tentang perasaan cinta cukup menggelitik Winter. Dia mulai bertanya-tanya apakah benar mengorbankan hidupnya untuk balas dendam.
Namun, Winter yang paling menyadari kata “Cinta” tidak pernah ada dalam kamus hidupnya. Winter tidak pernah dicintai, begitu pula dengan mencintai orang lain. Cinta adalah hal tabu yang tidak mungkin dialami olehnya.
Setelah menata perasaannya yang rumit, pikiran Winter kembali jernih. Dia telah melangkahkan kakinya dan dia tidak bisa kembali. Satu-satunya jalan yang harus dilaluinya hanyalah maju ke depan.
“..Kayleigh.”
“Ada apa, Winter?”
“Bolehkah aku meminta bantuanmu?”
Kayleigh yang sedang menikmati sepotong cake coklat dengan potongan stroberi di atasnya meletakan sendoknya. Wajahnya tampak serius, namun sebuah senyuman lembut tetap tersungging di bibirnya.
“Jika aku bisa, aku pasti akan membantu.”
Winter menarik napas panjang. Tidak mudah untuk mengatakan hal ini, meski kepada Kayleigh.
“..Bisakah kamu membantuku mendekati Yang Mulia Putra Mahkota?”
Sekilas keretakan terlihat di wajah Kayleigh, namun dia menyembunyikannya dengan cepat seolah hal itu hanya ilusi.
“Apakah kamu.. menyukai Putra Mahkota?”
Pertanyaan kedua tentang menyukai Putra mahkota kembali terdengar di telinga Winter. Winter menyesap tehnya kembali sebelum menjawab pertanyaan Kayleigh.
“Aku membutuhkan Putra mahkota. Aku ingin menjadi Putri Mahkota secepatnya.”
Winter menjawab seraya mengalihkan pandangannya. Dia menatap pemandangan di luar jendela seolah menatap masa depan yang jauh.
Keheningan terjadi di antara keduanya. Tidak lama sebuah suara rendah terdengar dari mulut Kayleigh.
“Aku akan membantumu.”
Winter kembali menatap wajah Kayleigh. Seperti biasa, sebuah senyum tersungging di bibir merahnya.
“....”
“Jangan khawatir. Aku akan membantumu mendekati Putra Mahkota.”
...***...
Kayleigh melepaskan dasi lehernya dengan kasar dan melemparkannya ke meja ruang kerjanya.
“Ah, Sial!!”
Dia mengacak-acak rambut hitam yang sebelumnya sudah berantakan.
Putra Mahkota menyuruhnya untuk menggoda Winter Lancaster saat dirinya sedang dalam misi penaklukan.
Tapi, bukannya membuat Winter tertarik padanya. Dia justru malah menjanjikan akan membantu Winter dalam upayanya mendekati Putra Mahkota.
“..Apa sebenarnya ini adalah taktik Lancaster yang sudah mengetahui niatku untuk mendekati Winter?”
Dahinya yang mulus mulai mengerut. Kayleigh yang sedang berpikir dalam segera menggelengkan kepalanya.
“Tidak.. Jelas Duke Lancaster menyuruh Winter untuk menjauhiku. Jika ini taktik Lancaster, dia akan menyuruh Winter mendekatiku tanpa perlu melarangnya.”
“..Ini jelas permintaan pribadi Winter.”
Kayleigh menarik napas panjang.
“Hahhh..”
Dia duduk di kursi kerjanya dengan malas. Kedua kakinya terangkat hingga berada di atas meja. Keanggunan yang selalu Kayleigh tunjukan hilang dalam sekejap.
“..Mengapa aku selalu tidak bisa berkutik setiap berada di depannya? Rasanya aku ingin memberikan semua hal yang diminta olehnya..”
Kayleigh bergumam dengan rendah hingga hanya dia yang bisa mendengarnya. Dia menatap langit-langit yang berwarna gelap. Seolah mencari jawaban atas sikapnya yang tidak biasa.
...-BERSAMBUNG-...