NovelToon NovelToon
Wasiat Yang Menyakitkan

Wasiat Yang Menyakitkan

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Angst / Dijodohkan Orang Tua / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:45.8k
Nilai: 5
Nama Author: Rani

Enam bulan pernikahan Anindia, badai besar datang menerpa biduk rumah tangganya. Kakak sang suami meninggalkan wasiat sebelum meninggal. Wasiat untuk menjaga anak dan juga istrinya dengan baik. Karena istri dari kakak sang suami adalah menantu kesayangan keluarga suaminya, wasiat itu mereka artikan dengan cara untuk menikahkan suami Nindi dengan si kakak ipar.

Apa yang akan terjadi dengan rumah tangga Nindi karena wasiat ini? Akankah Nindi rela membiarkan suaminya menikah lagi karena wasiat tersebut? Atau, malah memilih untuk melepaskan si suami? Ayok! Ikuti kisah Nindi di sini. Di, Wasiat yang Menyakitkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#34

Ucapan yang langsung membuat wajah Afi memunculkan raut kekecewaan yang sangat jelas. Lalu setelahnya, tanpa berucap satu patah kata terlebih dahulu, Afi segera beranjak meninggalkan tempat dia berdiri.

Nisa yang bingung langsung menatap Desi, meminta penjelasan. Desi yang paham akan maksud dari si mama mertua, seketika melepas napas berat.

"Yang dia cari adalah Nindi, Ma."

"Nindi? Wanita itu datang? Di mana dia?"

"Iya. Dia datang. Tapi, sudah pergi sejak tadi bersama teman prianya."

"Apa? Teman pria? Dia sudah punya teman pria sekarang?"

Pertanyaan itu hanya Desi jawab dengan anggukan pelan saja. Namun, anggukan pelan itu cukup untuk membuat Nisa memperlihatkan wajah gusar akibat rasa kesal yang sedang bersarang di hati.

"Heh, sudah punya pendamping sekarang? Pria bod*oh mana lagi yang akan jadi korban wanita jal*ang itu?" Wajah penuh cemoohan langsung terlihat.

Ini manusia satu benar-benar tidak punya kesadaran atas diri sendiri. Selalu saja menganggap dirinya yang paling baik dari orang lain. Selalu saja merasa paling benar sendiri. Baginya, dialah yang paling baik sebagai manusia. Padahal, kenyataannya malah berbanding terbalik.

"Tunggu! Apa jangan-jangan, dia bersikeras mau bercerai dari Hanafi gara-gara sudah punya pandangan terhadap pria lain lagi." Lagi, anggapan yang tidak baik kembali muncul.

Desi yang diajak bicara langsung memberikan anggukan mantap. "Mungkin. Mama benar, Ma. Dia sudah punya pandangan terhadap pria lain. Makanya dia langsung minta pisah dari Afi. Kelihatan banget ngotot mau pisah kemarin 'kan? Padahal, Afi sudah mempertahankan dia sekeras mungkin. Tapi tetap saja, dia ingin bercerai."

Belum sempat Nisa menjawab, Hana langsung ikutan bicara. "Sudah jelas itu. Wanita kek dia mana mungkin akan melepaskan pria yang punya latar belakang bagus seperti kak Afi kalau bukan ada cadangan yang lain."

"Hana."

"Ah, mama, kak Desi. Kalian jangan bahas tentang wanita itu lagi. Mood bahagia ku langsung hilang karena mendengar soal wanita itu."

"Sekarang, lebih baik bahas soal aku yang akan pindah ke kediaman suamiku. Ayo! Bantu aku beres-beres sekali lagi. Aku mau cek semua barang bawaan. Apa semua sudah dibereskan semua atau belum," ucap Hana lagi dengan wajah bahagia.

Desi dan Nisa yang mendengar ucapan itu langsung terlihat sedikit terkejut.

"Apa? Cek barang bawaan lagi? Sekarang? Kenapa harus sekarang? Bukannya resepsi baru usia, Han?"

"Ih, mama .... Tentu saja harus cek sekarang. Aku akan pergi ke kediaman mertuaku sore ini juga."

"Apa? Sore ini?" Nisa dan Desi berucap serentak.

Wajah Hana pun terlihat agak kaget akan kekompakan mama dan kakak iparnya itu.

"Iya ... kenapa? Kok, kalian kelihatan terkejut gitu sih? Salahnya di mana coba?"

"Han. Kalian baru selesai resepsi. Kok malah langsung pergi?" Nisa terlihat tidak rela.

"Iya, Hana. Kamu yakin mau pergi sore ini? Gak capek atau gimana gitu? Kan baru selesai acara, Han." Desi pula ikut bicara.

"Tentu saja tidak." Bukan Hana yang menjawab, melainkan, Eri, si suami. "Inikan cuma acara aja, bukan kerja. Ya jelas gak capek lah. Lagian, aku ini harus pulang karena ada banyak urusan di rumah. Jadi, sebagai istriku, Hana juga harus ikut aku pulang dong."

Desi dan Nisa saling pandang. Batu juga usai menikah, Eri sudah terasa agak berbeda dari yang sebelumnya. Entah perasaan mereka saja, atau mungkin memang pria itu sedang mengubah dirinya dari yang sebelumnya. Tapi satu hal yang terasa sangat jelas, Eri berubah. Tidak sama dengan yang sebelumnya.

Tanpa menunggu jawaban dari Nisa atau Desi, Eri malah kembali bicara. "Sekarang, siap-siap, Hana. Apa yang perlu kamu bawa, bereskan semua."

Hana pun langsung tersenyum. "Baiklah. Aku akan siap-siap sekarang. Kamu tunggu ya. Aku gak akan lama. Karena sebagian yang ingin aku bawa, sudah dibereskan sebelumnya."

"Hm. Ayo cepat, aku gak suka nunggu lama."

"Iya. Aku tahu kamu gak suka menunggu terlalu lama. Tenang saja, aku gak akan lama kok, Mas suami."

Tidak ada yang bisa Nisa dan Desi katakan. Karena kelihatannya, saat ini, Hana sangat bahagia dengan suami barunya itu. Sangking bahagianya, wanita itu tidak keberatan sedikitpun dengan apa yang suaminya katakan. Tidak pula merasa ganjal dan tidak enak hati. Sungguh, Hana benar-benar sedang kecintaan pada Eri.

"Mama, kak Desi. Ayo! Bantu aku buat beres-beres."

"Iy-- "

"Mama kamu saja, Han. Kakak ipar mu, biar temani aku. Gak enak kalau aku duduk sendiri di sini," ucap Eri sambil melirik Desi.

"Aku?"

"Iya. Kenapa? Gak bisa ya?"

"Ah, bukan tidak bisa. Hanya saja, sebaiknya, tidak. Jangan aku, biarkan mama yang temani kamu." Tolak Desi karena cukup merasa tidak nyaman.

"Lho, kenapa? Mama kan mamanya Hana. Jadi, biar mama yang bantuin anaknya buat berberes. Karena, dialah yang cukup ngerti anaknya, bukan? Sedang kamu, sebaiknya temani aku. Usia kita tidak terlalu jauh berbeda. Jadi, kalau bicara akan lebih nyambung."

"Benar juga, Kak. Biar mama yang temani aku beres-beres. Kamu, temani mas Eri ngobrol." Hana malah membenarkan tanpa ada rasa curiga sedikitpun.

"Ayo Ma! Kita beres-beres sekarang." Hana berucap sambil menarik tangan Nisa. Nisa pun tidak bisa berkata apa-apa. Dia hanya bisa mengikuti langkah kaki anaknya masuk ke dalam kamar.

Sementara itu ruang keluarga, Desi duduk berhadapan dengan Eri di sofa. Senyum genit Eri langsung terlihat. "Kamu, mmm ... ku panggil Desi saja. Karena sepertinya, kita seumuran."

"Kamu yakin kita seumuran?"

"Ya, tentu saja. Kelihatan banget kalau kita seumuran. Tunggu! Apa aku terlihat lebih tua dari kamu, Des?"

"Ah, nggak kok. Nggak. Aku rasa, malah sebaliknya. Kamu kelihatan jauh lebih muda dari aku."

"Mana ada. Kamu ini masih terlihat sangat muda. Masih sangat cantik pula."

"Oh iya, bisa tukeran nomor kontak nggak. Kan, bisa saling berbagi informasi atau apalah gitu."

Tentu saja Desi tidak akan menolak. Kucing betina ini disuguhkan dengan ikan, tentu saja akan langsung melahapnya tanpa pikir panjang.

"Tukeran kontak? Tentu saja boleh."

Merekapun saling bertukar nomor dengan bahagia. Obrolan merekapun berlanjut seolah tanpa ada beban sedikitpun. Sedang di kamar, Nisa masih merasa tidak nyaman akan ulah menantu barunya.

"Han, kamu ... gak ngerasa ada yang janggal sekarang?"

"Janggal? Maksud mama?"

"Nggak. Kamu gak ngerasa tidak nyaman gitu dengan sikap suamimu yang agak berbeda."

Hana langsung menoleh. Apa yang dia pegang, dia jatuhkan ke bawah secara perlahan. "Maksud mama apa sih, Ma? Sumpah, aku gak ngerti. Coba deh mama bicara yang jelas. Jangan berbelit-belit kek gini. Jangan bikin aku ngerasa pusing, Ma."

Nisa langsung melepas napas berat. "Kamu gak ngerasa gak nyaman akan permintaan suami kamu barusan? Dia minta kakak ipar kamu yang menemaninya. Kamu gak ngerasa aneh. Kek ... cemburu gitu atas apa yang dia inginkan."

1
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
hasatsk
wow, Hana ternyata jadi berani terhadap eri setelah mengetahui perselingkuhan Eri dengan Desi...
Desi tipe perempuan tidak tahu malu 🤣🤣🤣
Patrick Khan
gk puas up nya cuma satu aja😏😏😏
Lee Mbaa Young
Cerai saja, hana yg gadis saja ortu eri kayak gitu sikapnya, apalagi kl tau selingkuhan eri janda punya anak gk akn setuju mereka. palagi desi dah gk bisa hamil. 🤣🤣🤣
hasatsk
eri ketemu dengan Hana di rumah sakit ketika sedang bersama Desi 🤣🤣
serunya waktu ketahuan 🤣🤣🤣
Rani: uh ... iya yah. mmm
total 1 replies
Cookies
akankah afi bertemu desi dan suami hana??
Rani: kek nya nggak deh🤭
total 1 replies
Cindy
lanjut kak
Rani: Syiap laksanakan 😄
total 1 replies
Hanipah Fitri
Desi muka seribu
Rani: ku pikir muka tembok tadi😄
total 1 replies
Hanipah Fitri
sandiwara receh, akal bulus
Hanipah Fitri
masih menyimak
Hanipah Fitri
aku mampir Thor
Rani: yuhu ... moga betah ya.
total 1 replies
Lee Mbaa Young
bginilah kl susah tanpa malu minta tolong, trus nindi yg baik hati juga akn menolong. pdhl dah cerai tp masih juga di ribetin. kl jd nindi mnding kasih utangan kl bnyak buat perjanjian. kl sekitar 100 200 gk papa ngasih. sekali kali kasih pelajaran jng mudah di manfaat kan. baik boleh bodoh jangan.
Cindy
lanjut kak
Rani: aaasyyyyiap
total 1 replies
Patrick Khan
waktu nya hana tobat😁
Rani: wuahahahahaa ... udah kena baru taubat kan yah
total 1 replies
Patrick Khan
kapok opo gk km hana.. /Grin//Grin//Grin/
Rani: uh .... jangan di kata. beneran udah kapok dia nya mah
total 1 replies
Cookies
menyesalpun tiada arti
Rani: hiks, iya. inilah yg di katakan penyesalan
total 1 replies
Cookies
betul sekali
Rani: uhuk.... 😄😄😄😄
total 1 replies
Cindy
lanjut
Rani: laksanakan 😄
total 1 replies
Cindy
lanjut kak
Rani: syiap👍👍👍👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!