NovelToon NovelToon
Kesunyian Adalah Sahabat Terbaik

Kesunyian Adalah Sahabat Terbaik

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berbaikan / Dikelilingi wanita cantik / Obsesi / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: eimbot_okong98

Kisah ini di ambil dari kisah nyata kehidupan seorang pria bernama Prima.

Prima pindah ke Semarang setelah lulus SMP di Bogor. Dalam perjalanan naik kereta api malam, dia bertemu Cintya, siswi SMA asal Ungaran yang juga menuju Semarang. Mereka mulai berbincang ringan selama perjalanan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eimbot_okong98, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34

Saskia beranjak dari kasur dan menuju pintu kamar. Tanpa gw sempat sadari, Saskia mengunci pintu kamar dan berjalan kembali ke arah gw sambil melepaskan pakaian. tidurnya. Tubuh Saskia kini hanya menyisakan bra dan celana dalamnya. Wajah Saskia tampak memerah bukan karena malu melainkan diliputi nafsu dan gairah. Gw yang masih belum ngerti dan berusaha untuk cepat menyadari, sesungguhnya apa yang Saskia ingin berikan ke gw. Tapi setelah melihat dia menanggalkan pakaiannya barulah gw mengerti. Ternyata Saskia mau main kuda-kudaan sama gw.

Saskia mulai mencium bibir gw, sebagai laki-laki, pantang bagi gw untuk menolak. Sepertinya udah ada chemistry diantara kami berdua untuk memulai permainan ini ke jenjang yang lebih tinggi. Baju kaus gw mulai dibuka Saskia, dia ga peduli meskipun gw meringis kesakitan karena pinggang gw yang masih terasa nyeri. Kini gw udah bertelanjang dada, kancing celana jeans gw mulai dilepas Saskia dan resleting gw meluncur ke bawah dengan mulus. Tangan Saskia merogoh ke jantung pertahanan untuk mencari si 'joni'. Ada sesuatu yang berbeda di wajah Saskia, gw sempet ga mengenali dia dengan sikapnya yang seperti ini. Tiba-tiba Saskia berubah menjadi buas. Dengan agresif, Saskia menciumi gw sambil tangannya meremas kejantanan gw yang udah mengeras. Saskia berpindah posisi dan menduduki perut gw, dada gw dan Saskia saling bergesekan hanya terpisah oleh sebuah benda yang dinamakan bra. Rasa sakit di pinggang ini makin terasa karena harus menahan berat tubuh Saskia, yang akhirnya gw tahan sebisa mungkin.

Cukup lama kami melakukan foreplay. Deru nafas gw dan Saskia saling beradu. Akhirnya Saskia melepaskan tangan dari si 'joni' dan kedua tangannya beralih ke punggung, pertanda dia ingin melepaskan bra yang dikenakannya. Dan saat itu juga gw langsung tersadar.

Quote: "Yank, ini ga bener, udah cukup," ucap gw sambil menahan tangannya yang masih menempel di kancing bra nya.

"Please deh, kita ngelakuin udah sejauh ini, terus kamu mau berhenti begitu aja?" tanya Saskia terlihat kesal.

"Belum saatnya, yank, kita masih terlalu muda," ucap gw.

"Yank, kamu ga usah munafik, ga mungkin kamu ga nafsu," ucap Saskia.

"Iya, aku nafsu liat kamu, nafsu banget malah, tapi engga gini caranya, aku ga mau nodain kamu," ucap gw masih menahan tangannya.

"Ok, ya udah," Saskia melepaskan tangannya dari bra.

"Lagian pinggang aku masih sakit, nanti yang ada malah patah kalo di genjot sama kamu," ucap gw.

"Aku ga percaya kamu bisa nolak aku kaya gini," Saskia berdiri lalu beranjak mengambil pakaian tidur dan mengenakannya kembali.

"Aku sayang kamu bukan berarti aku boleh menikmati tubuh kamu, yank," ucap gw masih berbaring di kasur sambil membetulkan kancing dan resleting celana gw.

"Ya udah, aku mau tidur," Saskia masih tampak kesal, dia berbaring disebelah dan membelakangi gw.

"Yank, jangan marah ya, kita udah berbuat terlalu jauh, salah satu dari kita harus mengingatkan," ucap gw sambil membelai rambutnya.

"Iya, aku ngerti, maafin aku," ucap Saskia singkat.

Obrolan gw dan Saskia berhenti sampai disitu. Situasinya tiba-tiba berubah drastis yang tadinya suasana penuh gairah berganti menjadi perasaan canggung satu sama lain. Antara nafsu dan akal sehat berjibaku didalam diri gw. Untungnya gw masih memilih akal sehat ketimbang nafsu sesaat. Entah sampai kapan gw bisa bertahan dari godaan-godaan seperti ini yang terus berulang kali gw alami.

Gw terbangun di pagi hari masih tanpa mengenakan kaus, waktu itu udah jam 07.00 pagi. Saskia udah ga ada disamping gw. Saat gw berusaha bangun dari kasur. Tiba-tiba pintu terbuka.

Quote: "Yank, nih aku buatin sarapan, kamu makan dulu," ucap Saskia sambil meletakkan piring berisi roti sandwich dan segelas teh hangat di meja.

"eh, makasih ya, yank,' ucap gw sambil keheranan atas perubahan sikap Saskia yang sedemikian cepatnya.

"Yank, aku pulang dulu mau mandi sama ganti baju ya, aku minta anter sama Rio, abis itu aku kesini lagi," ucap Saskia.

"Iya, bilang ke Rio hati-hati bawa motornya, ya," ucap gw

"Kalo ada apa-apa cepet telpon aku, ya." pinta Saskia.

"Iya, makasih ya," jawab gw.

Saskia berlalu dan meninggalkan gw didalam kamar sendirian. Rio pun pamit ke gw untuk mengantar Saskia. Sebelum berangkat, terdengar mereka sedang mengobrol dengan mba Ryana di ruang tengah, entah apa yang di obrolin gw ga ngerti.

Kembali gw teringat kejadian tadi subuh. Masih ga habis pikir gw, kenapa Saskia yang selama ini gw kenal anaknya baik, ramah dan santun tiba-tiba bisa berubah 360 derajat. Gw sama sekali ga nyangka kalo Saskia bisa berani seperti itu, kalo ciuman menurut gw masih wajar-wajar aja (ga wajar sih kalo diliat dari sudut pandang agama). Tapi kenyataannya ada sisi liar dari seorang Saskia.

Masih sibuk pikiran gw menerawang, mba Ryana pun masuk ke dalam kamar.

Quote:"Gimana keadan kamu sekarang, Prim?" tanya mba Ryana.

"Udah agak mendingan koq, mba," jawab gw.

"Kamu beneran ga mau berobat?" tanya mba Ryana lagi.

"Engga mba, nanti juga sembuh sendiri," jawab gw.

"Mba panggilin tukang urut aja, ya?" mba Ryana menawarkan.

"Aku ga suka diurut, tapi kalo diurut sama mba, aku suka," ucap gw.

"Masih sempet aja ngegombal, kamu itu harus diperiksa, takutnya ada luka dalam," ucap mba Ryana.

"Iya mba, emang ada luka dalam.. luka dalam hatiku," saut gw.

"Ngeyel anak ini kalo dibilangin," ucap mba Ryana sewot.

"Udah mba, aku ga papa beneran, btw, mba ga kerja?" tanya gw.

"Mba ijin hari ini ga masuk dulu," jawab mba Ryana.

"Kenapa? mba sakit?" tanya gw.

"Kalo mba kerja, terus siapa yang jagain kamu?" ucap mba Ryana.

"Nanti, kan ada Saskia," jawab gw.

"Jadi kamu ga suka kalo ada mba disini? kamu takut keganggu pacarannya?" tanya mba Ryana

"Aduh, bukan gitu mba, aku cuma ga mau aja kerjaan mba terganggu gara-gara aku," ucap gw

"Prim, kamu itu lebih penting dibanding sama kerjaan mba," ucap mba Ryana.

"Ha? maksudnya?" tanya gw mau lebih memastikan.

"Iya, kamu itu sesuatu banget buat mba," ucap mba Ryana.

"Jangan bilang kalo mba suka sama aku?" tanya gw sambil deg-degan.

"Sayangnya kamu salah, mba suka sama kamu," saut mba Ryana.

"Apa yang mba suka dari aku?" tanya gw.

"Mba juga ga tau, padahal kamu ini biasa aja orangnya, ga ada yang menarik, malah nyebelin kadang-kadang," ucap mba Ryana.

"Iya mba bener, aku juga kalo lagi ngaca suka kesel liat diri aku sendiri," ucap gw.

"Udah deh, ga usah merendah gitu," ucap mba Ryana.

"Aku ga merendah, emang kenyataan," saut gw.

"Mba sebenernya mau simpen rapat-rapat perasaan mba ke kamu, tapi mba sadar suatu saat kamu akan tau, jadi, mending mba omongin sekarang aja," ucap mba Ryana.

"Mba, aku mau pindah dari sini," pinta gw.

"Kenapa? kamu marah sama mba?" tanya mba Ryana..

"Engga, aku ngerasa kurang nyaman aja," ucap gw.

"Ga bisa, kamu harus tetep tinggal disini, mba udah janji sama ibu kamu buat jagain kamu," ucap mba Ryana.

"Ya udah," ucap gw.

"Sini mba suapin kamu, ya," mba Ryana memotong roti jadi beberapa bagian dengan garpu dan menyuapkan ke mulut gw.

Roda kehidupan selalu berputar dan kayanya gw lagi diposisi atas banget kalo urusan cewe. Apa yang dibilang Rio ada benernya juga. Kayanya gw harus sedikit merubah kebiasaan gw supaya ga terlalu menarik perhatian lawan jenis.

Handphone gw bergetar ada panggilan masuk.

Quote: "TELEPON

"Halo.." sapa gw

"Prim, minta alamat tempat tinggal lu yang sekarang," saut Cintya

"Lu emang mau kesini? bukannya lu lg di Jakarta?" tanya gw

"Jangan banyak tanya, cepetan sebutin, gw udah di tembalang nih," ucap Cintya

"Oh, jalan ******** no ***" ucap gw

Cintya langsung menutup panggilan.

Quote: "Barusan Cintya?" tanya mba Ryana.

"Iya, mba, mau kesini katanya," jawab gw.

"Oh, ya udah kamu cuci muka terus ganti pakaian sana, dari kemaren belum ganti-ganti mba liat," ucap mba Ryana.

"Mba, bantu aku berdiri dong," pinta gw.

"Sini, kamu pegangan ke tangan mba," mba Ryana bersiap memapah gw tapi..

"Aw.. Eh, maaf mba, ga sengaja," gw bermaksud mau megang pundak mba Ryana tapi tangan kanan gw malah nyosor ke payudara sebelah kiri mba Ryana.. semua gara-gara pinggang gw yang mendadak nyeri ketika berusaha beranjak dari kasur.

"Ayo cepet," mba Ryana terlihat santai meskipun tangan gw udah durhaka.

Menang banyak gw. Payudara mba Ryana terasa masih keras dan padat. Rasanya gw masih pengen berlama-lama megang tu buah, tapi gw ga mau kurang ajar sama mba Ryana.

Setelah selesai cuci muka dan berganti pakaian, gw duduk di sofa ruang tengah sambil nonton TV. Seseorang terdengar memanggil dari depan pagar. Mba Ryana segera mendatangi dan mencari tau ada siapa gerangan.

Ternyata Cintya dan ortu nya sudah datang. Mba Ryana mempersilahkan mereka. masuk ke dalam rumah. Ortu Cintya sedang mengobrol dengan mba Ryana di ruang tamu dan Cintya langsung nyelonong ke ruang tengah.

Quote:"Hai, Prim," sapa Cintya yang ditangannya penuh kantung plastik, entah apa yang dibawanya.

"Hai, kapan dateng?" tanya gw.

"Tadi pagi, gw muter-muter dulu ke kota sama bonyok terus langsung kesini, gimana keadaan lu?" tanya Cintya.

"Ya begini lah," jawab gw.

"Kasian motornya masih baru padahal," ucap Cintya

"Lu lebih kasian sama motor dibanding gw? cakep banget dah," saut gw.

"Koq, bisa sih? Gw kaget banget pas denger kabar dari Rio, sukur deh kalo lu ga sampe parah," ucap Cintya.

"Namanya juga musibah, ya gw ga bisa menghindari, terus lu langsung pulang begitu denger kabar gw kecelakaan? atau emang kebetulan lu mau pulang hari ini?" tanya gw.

"Emm...," belum sempat Cintya menjawab.

"Cintya tadi malam langsung berangkat naik kereta begitu denger kabar nak Prima tabrakan," saut nyokap Cintya sambil berjalan ke ruang tengah tempat dimana gw dan Cintya duduk.

"Mamah apaan, sih," saut Cintya.

"Eh, om, tante, apa kabar?" tanya gw.

"Kabar baik, nak Prima udah baikan?" tanya nyokap Cintya ke gw.

"Udah mendingan tante," jawab gw.

"Pembalap koq bisa jatoh, piye iki?" bokap Cintya ikutan nimbrung.

"Pembalap juga manusia, om," saut gw sambil tersenyum.

"Anak ini maksa mau pulang tadi malem, padahal neneknya nyuruh hari ini, mau cepet-cepet nengok nak Prima katanya," ucap nyokap Cintya.

"Maaaah.. Kenapa sih seneng banget bikin aku malu?" ucap Cintya ke nyokapnya.

"Loh, emang bener, kan?" saut nyokapnya.

"Tapi ga perlu disebutin juga, lagian apa pentingnya buat dia," ucap Cintya sambil melirik ke arah gw.

"Penting, lah," saut gw..

"Oh iya, katanya mamah sama papah mau pulang duluan, nanti aku pulang naik taksi aja," ucap Cintya setengah mengusir.

"Ya udah, kalo gitu mamah pulang duluan, kamu hati-hati nanti dijalan," ucap nyokap Cintya

"Iya, aku pulang agak sore ya, mah," ucap Cintya.

"Nak Prima cepet sembuh, ya, tante sama om pamit dulu, soalnya nanti ada tamu mau datang ke rumah," pamit nyokap Cintya.

"Iya, tante, terima kasih udah mau datang jenguk saya," ucap gw.

"Iya, sama-sama, titip Cintya ya," ucap nyokap Cintya.

"Kamu kalo sudah merasakan nyium aspal pas bawa motor, sudah bisa disebut laki-laki sejati, Prim," ucap bokap Cintya.

"Apa hubungannya nyium aspal sama jadi laki-laki sejati, om?" tanya gw dalam hati.

Waktu sudah menunjukkan jam 10.00 pagi. Gw dan Cintya masih asyik ngobrol di ruang tengah. Mba Ryana keluar untuk membeli sesuatu.

Quote: "Lu masih awet sama Saskia, Prim?" tanya Cintya.

"Masih, kenapa?" tanya gw balik.

"Ga papa, semoga langgeng ya," ucap Cintya.

"Mulut lu bilang semoga langgeng, tapi hati lu engga, kan?" tembak gw.

"Maksud lu apa sih?" tanya Cintya.

"Engga, lupakan," ucap gw.

"Nih, gw bawain oleh-oleh buat lu," Cintya membongkar semua isi kantung plastik yang dibawanya.

"Ngapain repot-repot sih," ucap gw.

"Jadi lu ga suka oleh-oleh dari gw?" saut Cintya.

"Bukan gitu, tapi ngapain mesti sebanyak ini?" tanya gw.

"Nih, gw bawain bacang kesukaan lu," Cintya mengeluarkan bacang-bacang yang penuh dengan ikatan tali.

"Siapa bilang gw suka bacang? gw waktu itu bingung mau beli makanan apa, akhirnya ketemu asongan yang dagang bacang, gw beli deh," ucap gw menjelaskan.

"Ternyata gw ketipu selama ini, padahal gw udah mulai suka bacang," ucap Cintya.

"Jadi lu bohongin gw waktu lu bilang suka bacang pas di kereta?" tanya gw.

"Masa iya, gw harus bilang ga suka? lu mikir aja," saut Cintya.

"Tapi abis juga kan lu makan, sampe bungkusnya lu telen juga?" ucap gw.

"Kurang ajar lu, eh gw mau liat luka-luka lu dong?" pinta Cintya.

"Buat apa?" tanya gw.

"Mau liat aja," jawab Cintya.

"Nih," gw mengangkat celana training dan memperlihatkan luka lecet di lutut kanan gw.

"Keren ya, cowo tuh keliatan macho kalo banyak luka-luka di badannya," ucap Cintya.

"Masa, sih?" tanya gw.

"Yeee, dibilangin," saut Cintya.

Sedang asik kami berdua ngobrol, ada seseorang yang mengetuk pintu depan. Gw pun berjalan untuk membukakan pintu.

Quote:"Yank, nih aku bawain makan buat kamu," ucap Saskia.

1
Enoch
Gak sabar tunggu lanjutannya!
eimbot_okong98: Terima Kasih. Updatenya tiap hari ya jadi ditunggu aja😁🙏🏻
total 1 replies
Abadon007
Meresap dalam hati
eimbot_okong98: Trims🙏🏻🙏🏻🙏🏻. Syukurlah kalo gitu
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!