NovelToon NovelToon
Terjebak Dalam Cinta Hitam

Terjebak Dalam Cinta Hitam

Status: tamat
Genre:Balas Dendam / Cinta Terlarang / Pernikahan Kilat / Obsesi / Trauma masa lalu / Tamat
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Mila julia

Seorang wanita penipu ulung yang sengaja menjebak para pria kaya yang sudah mempunyai istri dengan cara berpura - pura menjadi selingkuhannya . Untuk melancarkan aksinya itu ia bersikeras mengumpulkan data - data target sebelum melancarkan aksinya .

Namun pekerjaannya itu hancur saat terjadi sebuah kecelakan yang membuatnya harus terlibat dengan pria dingin tak bergairah yang membuatnya harus menikah dengannya .

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mila julia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 34.Cahaya yang Menyisakan Luka

Mentari baru saja muncul dari balik awan ketika mobil Arya berhenti di depan bangunan tua bercat putih di ujung jalan Cibubur. Panti Asuhan Pelita Kasih masih sama seperti ingatan Kalea delapan tahun lalu—pagar besi berkarat, taman kecil dipenuhi bunga kertas, dan palang kayu kusam bertuliskan: “Rumah ini adalah pelukan bagi yang ditinggalkan.”

Kalea turun lebih dulu. Saat pintu kaca terbuka, Bu Rahayu berdiri kaku, rambutnya telah memutih, namun mata hangatnya membuat Kalea terhuyung seketika. Tangis pecah hening di pelukan dua perempuan yang diikat kenangan.

Arya berjaga di lorong, memeriksa bayangan di halaman. Begitu mereka duduk di ruang tamu beraroma kapur barus, Rahayu menatap Kalea lama—seakan meneguhkan bahwa waktu untuk diam sudah habis.

“Aku menyimpan semua ini,” bisiknya sambil menarik map cokelat dari lemari tua. Di dalamnya: fotokopi transfer dana yayasan, surat tanah asli bertanda tangan Dira Maresya Ramadhini, foto Clarissa dengan pengacara asing, dan—paling rapuh—sepucuk surat tangan Sari Anindita, ibu kandung Kalea.

Kalea menelan isak. “Kenapa Ibu meninggalkanku di panti?”

Rahayu menautkan jari Kalea. “Ibu Sari dulu perawat keliling yayasan. Dia menemukan laporan keuangan ganda Clarissa—dana beasiswa dialirkan ke PT Laris Abadi. Ia difitnah mencuri dokumen, diancam. Untuk melindungi mu, dia menyerahkan mu padaku. Malam sebelum hilang, Sari menulis surat ini.”

Surat itu menguning, tinta biru memudar:

Nak, saat dunia terlalu gelap, ingatlah kebenaran tetap hidup di dada orang berani. Jika aku tak sempat pulang, jadilah bahu yang kuat menampung cahaya. – Ibu.

Kalea menggenggam surat di dada. Air mata jatuh tanpa suara.

Rahayu melanjutkan, suaranya bergetar. “Sari wafat setahun kemudian—kanker yang terlambat ditangani karena terus berpindah. Tapi sebelum pergi, dia menitip pesan: ‘Jika suatu hari Clarissa terpojok, rahasia ini akan terbit. Lindungi Kalea. Lindungi anak perempuan yang memikul cahaya.’”

Arya menyalakan kamera ponsel, merekam. “Bu Rahayu, apakah Anda bersedia bersaksi di pengadilan?”

Rahayu mengangguk tegas. “Aku telah diam cukup lama.”

Mereka belum sempat menyesap teh ketika notifikasi email Kalea berbunyi: subjek ‘Rahayu masih menunggu’. Video terlampir menayangkan Clarissa memerintah seseorang: “Jika Rahayu bicara, selesaikan. Gadis panti itu juga.” Wajah Kalea pucat, namun matanya kini menyala.

“Aku tidak akan bersembunyi lagi,” katanya pada Arya. “Ibu sudah menaruh cahaya ini di pundakku. Saatnya aku menyalakannya.”

Arya meraih tangannya. “Kita padukan cahaya itu dengan bukti. Malam ini kita pindah ke lokasi aman, lalu besok ke Polda dan LPSK.”

$$$$

Di Menteng, Aurora menyalin ulang file audit. Di layar laptop, aliran dana kini lengkap: gelombang rupiah menuju rekening luar negeri atas nama perusahaan cangkang. Tristan mondar-mandir dengan amarah menekan.

“Semua hibah medis turun enam puluh persen setelah Ibu meninggal,” ujarnya. “Dana dimakan Clarissa—dan mungkin Ayah tiri ikut menutupinya.”

“Logika penyidik jelas,” Aurora menimpali. “Motif finansial, modus pemalsuan dokumen, sarana sabotase rem mobil.” Ia menunjukkan email investigator forensik kendaraan: goresan selang ditemukan identik dengan tang potong industri.

Video call masuk: Dira Maresya Suryani. “Polisi siap buka penyelidikan ulang. Tapi kita butuh surat tanah di vila Puncak—dokumen fisik yang Clarissa sembunyikan. Itu kunci membekukan asetnya.”

Tristan mengepal. “Aku berangkat malam ini setelah Rahayu aman.”

Aurora meletakkan tangan di dadanya. “Kita pergi bersama.”

Mereka belum sempat merapikan berkas ketika batu menghantam kaca dapur, retak bagai sarang laba-laba. Pesan terikat: “Rahayu sudah terlalu tua menahan terang.”

Aurora menjerit tertahan, Tristan berlari ke halaman—gelap, hampa. Tapi kesunyian malam menyimpan gema langkah yang melarikan ancaman.

$$$$$

Jelang senja, mobil Arya melaju di tol Jagorawi. Hujan turun deras, wiper memukul air seperti tirai. Di spion, sedan hitam membayangi, lampunya redup licik. Kalea mengetik ke grup: ‘Dibuntuti KM-17’. Dira membalas: “Patroli sedang saya arahkan.”

Arya menarik napas, menekan pedal gas—120, 130—sedan ikut. Kilatan petir menerangi plat nomornya: palsu. Kalea menengok ke belakang, raut takut berubah menjadi tekad. Ia membuka jendela sedikit, menyorot sedan dengan lampu senter ponsel untuk mencatat ciri.

Mereka keluar di rest area kosong—sedan tersendat, lalu mundur dan kembali ke jalur utama. Arya memutar balik melalui jalan desa; hujan menipis menjadi gerimis saat mobil menepi di rumah persembunyian—rumah kayu di pinggir kebun teh. Rahayu turun, menatap langit senja pink. “Ini masih Indonesia yang kujaga untuk anak panti,” katanya pelan.

Kalea memeluknya dari belakang. “Dan mulai sekarang kami yang menjaga Ibu.”

Di ruang server Menteng, Tristan menancap USB cadangan. Folder audit kembali muncul—Aurora pernah menyalin sebelum tidur. Pesan merah di layar kini hanya latar. Tristan menatap Aurora, cahaya kagum dan cinta berbaur.

“Kau menyalakan lampu bahkan saat listrik padam,” bisiknya.

Aurora tersenyum letih. “Karena ada hati yang menunggu terang.”

Di luar, gemuruh ganda—hujan di atap dan jantung yang berlomba—merangkai malam. Dalam bayangan ancaman, lima jiwa memegang satu cahaya lama: warisan kebenaran yang menolak padam.

.

.

.

Bersambung.

1
Kutipan Halu
wkwk menyala ngk tuhhh 😋😋
fjshn
ngapain takut rora? kan Tristan kan baikkk
fjshn
tapi sama sama perintah dongg wkwk tapi lebih mendalami banget
fjshn
sejauh ini baguss banget kak, and then Aurora sama lea gadis yang hebat aku sukaaa semangat buat kakak author
Kutipan Halu: semangat jugaa yaa buat kamuu, mari teru perjuangkan kebahagian hobi kehaluan ini 😂😂
total 1 replies
fjshn
datang ke rumah aku aja sini biar aku punya kakak jugaa
Kutipan Halu: autornya ajaaa ngk sih yg di bawa pulang wkwk😋😋
total 1 replies
fjshn
bjir keren banget dia bisa tauu
fjshn
woww bisa gitu yaa
fjshn
wadihh keren keren pencuri handal
fjshn
hah? sayang? masa mereka pacaran?
fjshn
alam pun merestui perjanjian kalian keren kerennn
fjshn
aduh leaa kasih tapi dia mandiriii
Kutipan Halu: diaaa punya susi kecantikan dan sikap manis tersendirii yaa kann 😂😇
total 1 replies
fjshn
keren nih Aurora, auranya juga menyalaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!