Serra gadis 24 tahun harus menerima takdirnya menikah dengan seorang pria yang bernama Damar. Tetapi tidak pernah di anggap sebagai istri. Tinggal bersama mertua dan juga adik ipar yang ternyata selama pernikahan Serra hanya dimanfaatkan untuk menjadi pelayan di rumah itu.
Hatinya semakin hancur mengetahui perselingkuhan suaminya dengan sepupu sang suami yang juga tinggal di rumah yang sama dengannya. Segala usaha telah dia lakukan agar keluarga suaminya bisa berpihak kepadanya. Tetapi di saat membongkar hubungan itu dan justru dia yang disalahkan.
Serra merasa sudah cukup dengan semua penderitaan yang dia dapatkan selama pernikahan, Akhirnya memutuskan untuk membalas secara impas semuanya dengan menggunakan Askara paman dari suaminya yang bersedia membantunya memberi pelajaran kepada orang-orang yang hanya memanfaatkannya.
Jangan lupa untuk terus baca dari bab 1 sampai akhir agar mengetahui ceritanya.
follow ainuncefeniss.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34 Hal Mengejutkan
"Akhhh sial!" umpat Damar yang terlihat marah-marah karena mendapatkan perlakuan dari Askara. Damar baru bisa meluapkan amarahnya ketika kakek juga sudah tidak ada di ruang tamu.
"Apa gunanya kamu berteriak seperti itu Damar dan lebih baik kamu belajar dari kesalahan kamu," sahut Bram.
"Papa bisa-bisanya mengatakan hal seperti itu. Papa tidak lihat anak kita baru saja tadi diremehkan oleh Askara dan bahkan sampai dipukul. Papa seharusnya sebagai seorang ayah bertindak dan bukan hanya menjadi penonton saja. Kita saja tidak pernah melakukan itu kepada anak-anak kita!" protes Niken.
"Aku sudah mengatakan terlebih dahulu kepada kalian. Askara akan datang ke rumah ini yang artinya dia juga akan memimpin Perusahaan dan kalian juga tahu bagaimana Askara yang sangat tegas. Jadi jika melakukan kesalahan sedikit saja maka dia akan marah dan kesalahan Damar bukan lagi sedikit. Jadi Damar sudah tahu resiko yang akan dia dapatkan," sahut Bram.
"Jadi Papa benar-benar masih menyalahkanku dalam hal ini?" tanya Damar yang terlihat tidak terima.
"Kamu seharusnya jangan main-main di Perusahaan dan belajar dengan baik. Jadikan semua ini pelajaran," jawab Bram secara tidak langsung membenarkan perbuatan Askara.
Bram yang tidak mengatakan apa-apa lagi yang langsung berdiri dari tempat duduknya.
"Papa benar-benar keterlaluan yang membuat kita semua di rumah ini menjadi tidak punya kebebasan. Papa seharusnya bertindak agar kita tidak diperlakukan seperti ini," Niken berteriak-teriak yang sangat emosi melihat suaminya.
"Issss kenapa sih orang-orang di rumah ini sangat suka sekali bermain tangan dan teriak-teriak berbicara," ucap Netty kesal.
"Kamu salahkan laki-laki itu yang sudah memperlakukan Kakak kamu seperti ini," sahut Niken.
"Kak Damar seharusnya menerima apa yang sudah Kakak dapatkan dan semua itu karena Kakak juga suka bermain tangan kepada Kak Serra," celetuk Netty yang membuat Damar langsung menatap tajam kepada adiknya itu.
Niken mendengar hal itu juga melihat damar dan mungkin saja secara tidak langsung Netty sudah beberapa kali melihat hal itu.
"Aku sangat pusing sekali melihat orang-orang yang ada di rumah ini selalu saja penuh keributan," ucap Netty yang langsung berdiri dari tempat duduknya dan memilih pergi.
"Ikut campur saja urusan orang lain!" umpat Damar semakin kesal.
"Damar! Mama tidak mau kamu kembali diperlakukan seperti ini dan itu artinya kamu harus benar-benar serius di perusahaan. Kamu juga Maya membantu Damar dengan baik!" tegas Niken.
"Tante saya sudah melakukan semua dengan semampu saya dan seperti apa yang saya katakan jika Serra yang sepertinya setengah jam melakukan semua ini," ucap Maya yang lagi-lagi menyalahkan Serra.
"Sudahlah saya juga pusing harus memikirkan yang mana. Terlalu banyak masalah di rumah ini dan belum lagi masalah asisten rumah tangga yang hari ini meminta untuk keluar," sahut Niken yang bertambah Frustasi.
"Aku sudah tidak mengizinkan Serra untuk bekerja dan dia akan kembali berada di rumah ini. Dia juga hanya akan membuat kekacauan di Perusahaan dan seperti apa yang dikatakan Maya hanya ingin membuat Maya disingkirkan dari Perusahaan," sahut Damar.
"Kamu pikir Serra akan mau melakukan hal itu dan bukankah sebelumnya dia sudah mengancam untuk berpisah?" sahut Maya dengan tidak yakin.
"Mau dia memberi ancaman untuk berpisah dan jika aku sendiri tidak berpisah. Maka itu tidak akan ada gunanya," sahut Damar.
"Sudahlah terserah kamu saja mau melakukan apa. Mama minta kamu benar-benar fokus pada pekerjaan kamu dan jangan sampai hal ini terjadi lagi!" tegas Niken yang berdiri dari tempat duduknya dan juga pergi yang kemudian disusul oleh Andre yang sejak tadi hanya pendengar setia saja.
"Jadi Serra tidak akan kembali ke Perusahaan?" tanya Maya memastikan.
"Kenapa kamu juga tidak ingin menceraikan dia?"
"Serra sepertinya memang ingin mengakhiri pernikahan ini dan semua itu tidak mudah," jawab Damar tersenyum penuh arti yang benar-benar ingin memenjarakan Serra agar tidak kemana-mana.
***
Serra hari ini memang belum masuk kantor dan bukan karena dia takut dengan perkataan Damar. Askara sendiri yang menyuruhnya untuk tidak ke kantor dulu agar Serra benar-benar pulih dengan kesehatannya.
Serra memiliki waktu luang yang sekarang berada di supermarket untuk berbelanja dan belanjaan Serra bukan untuk orang-orang di rumah dan melainkan dia ingin memenuhi kebutuhan orang ibu dan juga adik-adiknya.
Sebelumnya
"Kamu mau ke mana pagi-pagi seperti ini dan bukankah aku sudah melarang untuk bekerja?" tanya Askara ketika melihat Serra keluar rumah yang kebetulan dia juga ingin memasuki mobil.
"Aku mau pulang sebentar," jawab Serra.
"Begitu! Ya sudah kamu sebaiknya berlama-lama saja di rumah ibu kamu ya nanti bisa menghubungiku agar aku menjemputmu," ucap Askara yang membuat Serra menganggukkan kepala.
Jika Askara menawarkan diri untuk mengantar Serra yang pasti Serra tidak akan mau karena memang di rumah masih banyak orang dan lagi-lagi yang dia segani hanyalah Bram dan Kakek.
"Saya permisi dulu!" ucap Serra menundukkan kepala yang hendak berlalu dari hadapan Askara. Namun Askar yang langsung menahan tangannya.
Askara yang tiba-tiba mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya yang memberikan kartu ATM pada Serra.
"Aku akan kirim wa untuk kata sandinya. Kamu gunakan ini untuk sebaik-baiknya kebutuhan ibu dan adik kamu untuk sementara," ucap Askara.
"Tidak!" Serra jelas menolak hal itu.
"Serra aku melakukan semua ini karena aku merasa kamu sudah menjadi tanggung jawabku. Aku tahu saat ini kamu baru saja memulai semuanya dari awal. Aku juga tidak meminta kamu untuk gratis dan tidak menggantinya. Kamu pasti akan menggantinya ketika kamu sudah memiliki uang. Jadi untuk sementara gunakan sebaik-baiknya," ucap Askara menjelaskan maksudnya untuk memberikan kartu ATM tersebut agar Serra tidak tersinggung.
"Kamu pegang ya," ucap Askara yang akhirnya membuat Serra mengangguk.
Serra tersenyum mengingat pembicaraan mereka tadi pagi, lagi dan lagi Askara seolah menjadi pahlawan dalam hidupnya.
Karena mendapatkan uang yang membuat Serra lebih baik memenuhi kebutuhan keluarganya saja.
"Mama suka sekali dengan buah kelengkeng," ucapnya yang melihat kelengkeng di bagian rak buah yang sudah dikemas.
Serra yang mengambilnya dan kebetulan tangannya juga dipegang anak kecil yang ingin mengambil buah tersebut.
"Tante aku duluan yang mengambilnya," ucap anak laki-laki itu.
Serra tersenyum kepada anak tersebut, "kalau begitu ambillah ini untuk kamu," ucap Serra yang memang harus mengalah kepada anak kecil.
"Tante bagaimana buahnya hanya tinggal tersisa satu?" tanyanya.
"Untuk kamu saja, nanti Tante akan membeli di tempat yang lain," jawabnya.
"Baiklah terima kasih Tante," anak kecil tersebut terlihat begitu sangat bahagia dan langsung meninggalkan Serra.
"Papa lihat aku mendapatkan buah kelengkengnya!" Serra membalikkan tubuhnya dengan tersenyum yang kembali mendengar suara anak kecil tersebut yang benar-benar sangat bahagia.
Senyum Serra seketika hilang ketika melihat anak kecil tersebut yang ternyata menghampiri seorang wanita sekitar berusia 53 tahunan dan seorang pria yang sangat dia kenali.
"Pintar sekali, kalau begitu sekarang kita pulang saja. Ayo sayang!" ucap pria tersebut merangkul wanita itu dan juga anak kecil tersebut.
"Papa...." lirih Serra yang cukup kaget yang melihat pria itu yang tak lain adalah Bram Ayah mertuanya.
Bersambung ......
biar pada melek emak ma bapaknya...