NovelToon NovelToon
Saat Aku Mampu Berkata Tidak

Saat Aku Mampu Berkata Tidak

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Matabatin / Single Mom / Obsesi / Mengubah Takdir / Mengubah sejarah
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Enigma Pena

Impian memiliki rumah tangga harmonis ternyata harus berakhir di usia pernikahan yang ke 24 tahun. Handi sosok suami yang di harapkan bisa melindungi dan membahagiakannya, ternyata malah ikut menyakiti mental dan menghabiskan semua harta mereka sampai tak tersisa. Sampai pada akhirnya semua rahasia terungkap di hadapan keluarga besar ayah dan ibu Erina juga kedua anak mereka yang beranjak dewasa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Enigma Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kenapa ini...

"Jangan sampai ada yang tertinggal barang-barangnya,"

"Tertinggal juga gak apa sih mas. Gak bakal hilang juga, kan di rumah mamah,"

Aku membereskan baju yang akan ku bawa pindahan. Untungnya beberapa pasang baju sudah aku taruh di kamar mamah. Jadi kalau se waktu-waktu aku main ke sini tidak perlu bawa baju lagi.

"Sudah beres semua?" suara mas Handi terdengar dari ruang tengah.

"Sudah. Itu tadi tas terakhir isi baju kamu," ucapku tidak bersemangat.

"Sip. Ayo kita berangkat sekarang."

Aku hanya mengangguk. Dengan malas aku berjalan mengikuti mas Handi ke arah teras depan. Mamah sudah duduk di kursi teras menungguku.

"Sudah siap semua? Gak ada yang ketinggalan Na?" tanya mamah.

"Sudah mah, sudah masuk mobil semua." sahut mas Handi yang sedang sibuk menyusun tumpukkan tas di dalam bagasi mobil.

"Ma...Na pamit ya," aku duduk bersimpuh di depan mamah sambil memeluknya.

"Iya Na, ingat pesan mamah ya.. Jaga diri baik-baik. Pintar2 berbaur di keluarga sana," mamah mencium pipi dan keningku.

Sedih...itu yang kurasakan sekarang. Aku tidak bersemangat pindah apalagi harus berpisah dengan mamah. Bapak meminjamkan mobilnya untuk pindahan. Saat mobil mulai berjalan meninggalkan rumah, aku melihat dari kaca spion tatapan sedih dari mamah. Dadaku terasa sesak. Aku tak tega meninggalkan mamah sendirian, walaupun saat ini ada mas Reno yang menemani. Tapi namanya anak laki, mas Reno sering pergi menginap di rumah temannya bahkan sering pergi mendaki karena dia termasuk salah satu anggota pecinta alam.

"Kamu kenapa diam aja Er? Sedih ninggalin mamah? Kamu itu sudah punya aku, suami kamu. Jadi kamu gak perlu sedih," mas Handi menggenggam tanganku.

"Iya mas," hanya itu yang keluar dari mulutku karena aku sedang malas bicara apalagi untuk berdebat.

Minggu pagi yang cerah tak membuat aku bersemangat. Tadi pagi-pagi sekali mas Handi membangunkanku. Padahal biasanya kalau hari libur dia bangun jam 8 pagi. Genggaman tangannya tidak mampu membuatku tenang. Saat ini aku sangat sedih berpisah dari mamah.

"Nih, kunci pagar," tiba-tiba mas Handi menyodorkan kunci tepat di depan wajahku.

"Iya," ku ambil kunci pagar rumah yang akan kami tempati.

"Sampai juga....bukain pagarnya Er, mas mau parkir dulu,"

BRUKKK !

Aku menutup pintu mobil dengan kesal. Segera ku buka gembok dan ku dorong pagar dengan terpaksa.

Ceklekkk !

Aku membuka pintu kayu bagian depan dan..

"Astaga!"

Aku sangat terkejut bahkan mungkin syok. Jauh dari bayanganku sebelumnya. Sungguh di luar harapan.

***

Untuk : dek Sumi

"Bagaimana kabarmu dek? Mas berharap kamu selalu sehat dan bahagia. O iya, kapan mau pulang kampung lagi? Kalau mau ke sana kabari mas ya, biar kita bisa pulang bareng. Mas tunggu kabar darimu. Kamu bisa hubungi mas ke nomer 315****** itu nomer telepon kantor tempat mas bekerja. Segera hubungi mas ya dek. Mas tunggu

Salam,

Radi

Aku melipat surat yang akan ku kirim lewat pos untuk Sumi. Beberapa minggu ini aku rutin berbalas pesan lewat surat yang kami kirim lewat pos.

"Kalau memang Sumi jodohku, aku akan menerimanya. Aku akan melupakan Darti dan aku akan menikahi Sumi. Sepertinya Sumi perempuan yang baik dan lembut. Aku akan mengenalnya lebih jauh." Radi berucap penuh harap sambil menatap langit sore yang berwarna orange.

"Kamu mau pulang lagi? Baru 4 bulan kemarin kamu pulang. Kok udah mau ke sana lagi, ada apa Sumi?" tanya mas Hadi kakak kandung Sumi.

"Aku kangen ibu mas. Di sini aku belum dapat kerja juga. Aku mau mengurus toko kelontong saja di kampung," Sumi melipat baju dan menaruhnya di dalam tas yang biasa dia bawa.

"Ya sudah kalau maunya begitu. Padahal sebentar lagi kamu bisa kerja mengajar anak-anak Tk di sekolah depan. Menunggu 1 bulan lagi apa susahnya. Cita-citamu kan pengen jadi guru Tk. Sayang ndak kamu ambil kesempatan itu."

"Ndak apa mas. Di kampung juga ada sekolah Tk. Aku juga bisa mengajar di sana. Aku cuma terus kepikiran ibu. Toko kelontong kita makin ramai pembeli, sementara yang melayani hanya 3 orang. Kadang pembeli keluar lagi tidak jadi belanja karena lama menunggu."

"Ya sudah, kalau memang kamu mau pulang. Mas hanya pesan jangan sia-siakan waktu luangmu. Kamu punya ijazah mengajar, gunakan itu. Toh menjaga toko bisa kamu lakukan setelah mengajar nanti,"

"Iya mas. Aku juga kepikiran begitu."

1
Bông xinh
Gak bisa berhenti!
iza
Aku merasa terhubung dengan setiap adegannya.
Suzy❤️Koko
Keren! Bagus banget ceritanya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!