Putri Beracun Sang Pangeran Iblis

Dalam balutan gaun pengantin merah yang berani, detail bordiran yang rumit, dan potongan elegan, Yu Xin Mei memancarkan aura keanggunan, kemewahan, dan keberuntungan saat memasuki aula pernikahan.

Rambutnya diikat ke belakang, wajahnya terpancar keberanian dan tekad yang kuat.

Pedang panjang dalam genggaman Yu Xin Mei bukan hanya sekadar senjata, tetapi juga simbol kekuatan, keberanian, dan kepemimpinan. Pedang itu menjadi perpanjangan tangan dari semangat juangnya dalam memimpin pasukan menuju kemenangan, juga menjadi pengingat akan perjuangan dan pengorbanan yang telah dilakukan untuk mencapai tujuan bersama.

Yu Xin Mei menarik tali merah di genggamannya yang lain, membuat Pangeran Rui yang berjalan di belakang sambil memegang tali merah lainnya ikut terseret ke depan.

Pangeran Rui dan Yu Xin Mei berjalan tidak beriringan layaknya pengantin pada umumnya, mereka melangkah seperti pasangan yang sedang marahan.

Jinyue kagum melihat sikap Yu Xin Mei yang penuh percaya diri, karismatik, dan mampu memancarkan aura kepemimpinan yang menginspirasi pasukannya.

"Memang ciri khas seorang putri Jenderal yang mengikuti ayahnya menjelajahi dunia." Jinyue menutup mulutnya untuk menyembunyikan tawanya menyaksikan ekspresi tertekan Pangeran Rui. "Nona Yu keren sekali."

Melihat gaya Yu Xin Mei yang terkesan bar-bar, Jinyue cukup senang. Dia yakin, gadis jenderal itu pasti bisa mendisiplinkan Yi Nan.

Yu Xin Mei berjalan mendekati Jinyue, lalu menatapnya dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Aku tahu kamu, Zhao Jinyue dari Keluarga Bangsawan Jing." Nada bicara dan sikapnya terkesan angkuh, membuat orang berpikir dia sulit didekati.

Jinyue tersenyum canggung sambil berkata, "Selamat untuk Nona Yu dan Pangeran Rui."

Pangeran Rui dengan kasar menarik tali pada buket bunga yang digenggamnya bersama Yu Xin Mei, membuat gadis itu menoleh ke arahnya.

"Yu Xin Mei, jangan mempersulit Jinyue!"

Wajah Xin Mei masam, sebelum akhirnya dia terkekeh sinis dan membalas dengan ketus. "Kenapa aku harus mempersulit calon kakak iparku?"

Jinyue menunduk malu.

Menurutku kamu cantik dan pintar," puji Xin Mei dengan tulus, lalu menggulirkan bola matanya ke arah Pangeran Rui sambil menambahkan dengan sarkas. "Namun, entah mengapa suamiku membuang mutiara bagus, dan malah menyayangi batu jelek? Dia buta sekali!"

Tatapan Pangeran Rui menajam, dia enggertakkan giginya dan menggeram marah. "Yu Xin Mei, jangan keterlaluan!"

"Kenyataannya memang begitu," sahut Xin Mei tak acuh, sama sekali tidak terpengaruh dengan amarah Pangeran Rui. "Dengar ya, kalau bukan karena wajahmu yang tampan ... dengan sifatmu ini, jangankan hanya pangeran, kamu jadi putra mahkota pun aku tidak akan suka."

Yu Xin Mei tanpa sungkan memarahi Pangeran Rui, bahkan dia tak perduli pada harga diri sang pangeran.

Jinyue berusaha keras menahan bibirnya agar tidak membentuk senyuman senang melihat ketidakberdayaan Pangeran Rui, dia diam-diam melirik Pangeran Runan hanya untuk berbagi kesenangan.

Belum menikah saja Pangeran Rui tidak bisa berkutik terhadap Yu Xin Mei, bagaimana setelah menikah?

Jinyue semakin yakin, Yi Nan telah menemukan lawan yang lebih tangguh dan tak mudah dikalahkan!

Meski Pangeran Rui ingin berpihak pada Yi Nan, dia juga tidak akan mampu melakukannya.

'Yi Nan, selamat menikmati kehidupan sulit di Istana Mige!' Jinyue bergumam dengan senyum licik yang menghiasi wajah cantiknya hanya dalam hitungan detik.

"Ayo, pergi, saudara-saudaraku dari markas sudah sampai. Mereka menunggu jamuan dan menonton hiburan." Yu Xin Mei menarik buket bunga, membuat Pangeran Rui ikut terseret seperti domba yang digembala.

Melihat itu, Jinyue bertekad ingin menjadikan Yu Xin Mei sebagai temannya.

'Aneh, di mana Yi Nan?' Kening Jinyue tiba-tiba berkerut dalam, dia pun memperhatikan sekitar hanya untuk mencari keberadaan Zhao Yi Nan. 'Walaupun Selir Xue mengurungnya, dengan sifat nya itu ... dia tidak mungkin bisa setenang ini.'

Jinyue memahami dengan jelas sifat Yi Nan yang keras hati dan sombong, sang kakak sepupu tidak akan membiarkan Pangeran Rui menikahi wanita lain dengan mudah.

Setinggi apa pun dinding Istana Mige, tidak akan mampu menahan Yi Nan.

Dan dengan karakternya itu, Yi Nan seharusnya membuat masalah!

Baru saja disebut, Yi Nan yang memakai cadar telah berdiri di luar aula sambil menatap punggung Pangeran Rui dan Yu Xin Mei yang berjalan beriringan ke altar.

'Sialan, A-Heng mengurungku demi gadis tak beradab begitu?' Kesedihan yang berbaur kebencian menghiasi wajah Yi Nan, dia menggeleng dengan keras kepala. "Aku tidak bisa diam saja!"

Yi Nan enggan menerima kenyataan yang ada dan bertekad. "Aku harus mendapatkan perhatian A-Heng lagi!"

Detik selanjutnya, Yi Nan melihat sekeliling dan tak sengaja menangkap sosok dua wanita yang tengah menari di aula samping.

Seketika, sebuah ide muncul di benak Yi Nan yang memasang senyum licik di wajahnya. "Aku tahu."

Di aula perjamuan, Yu Xin Mei mengangkat gelas araknya dan berseru dengan penuh semangat pada para tamu undangannya. "Ayo, minum."

Sikap Yu Xin Mei sama sekali tidak seperti wanita bangsawan pada umumnya yang terkesan anggun, sopan dan kalem.

Dia bar-bar, tapi apa adanya tanpa dibuat-buat.

"Teman-teman, di hari pernikahanku ini ... kalian harus makan sampai kenyang ya."

"Katakan padaku kalau ada yang kurang. Suamiku itu pangeran, dia punya banyak uang."

Pangeran Rui yang dibicarakan hanya diam sambil menenggak araknya, sementara Jinyue tampak menyibukkan dirinya menjamu Pangeran Runan.

Saat ini, seorang penari mengenakan pakaian yang indah dan kaya ornamen, memasuki aula perjamuan dengan diiringi alunan musik yang merdu dan menggelora.

Gaun yang dia kenakan dirancang khusus untuk menonjolkan bentuk tubuh dan gerakannya yang eks0tis dan memikat, bahkan mampu membuat ikan lupa berenang.

Pangeran Rui memperhatikan sosok penari berpakaian seksi itu dari ujung kepala sampai ujung kaki, dia mengerutkan keningnya ketika tiba-tiba otaknya mengirimkan satu nama untuk dikenang.

Zhao Yi Nan, selir yang dia tinggalkan dan kurung di Paviliun Shexian.

"Itu ...." Jinyue juga memperhatikan penari itu dan mengenalinya, dia mengangkat sebelah alisnya saat bergumam pelan. "Yi Nan?"