Danendra dan Alena sudah hampir lima tahun berumah tangga, akan tetapi sampai detik ini pasangan tersebut belum juga dikaruniai keturunan. Awalnya mereka mengira memang belum diberi kesempatan namun saat memutuskan memeriksa kesuburan masing-masing, hasil test menyatakan bahwa sang istri tidak memiliki rahim, dia mengalami kelainan genetik.
Putus asa, Alena mengambil langkah yang salah, dia menyarankan agar suaminya melakukan program tanam benih (Inseminasi buatan). Siapa sangka inilah awal kehancuran rumah tangga tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SunflowerDream, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pria dalam duka
Danendra baru saja selesai menelpon. Dia memberitahu istri keduanya itu bahwa Alena memergoki mereka saat saling melempar kata-kata mesra bahkan sedikit vulgar. Beruntung dia masih sempat membela diri sehingga Alena tidak melangkah lebih jauh, jadi saat ini Alena hanya tahu bahwa suaminya bermain di belakang tapi dia tidak mengetahui siapa wanita yang menjadi selingkuhan suaminya.
Atas perintah Meisya, sosok jangkung dengan mata sayu itu berjalan cepat untuk menuju ruang kontrol keamanan. Semesta seakan mendukung saat pria itu tiba di ruangan kontrol kebetulan petugas yang bertanggung jawab sedang keluar, dia pergi terburu-buru karena rasa mules yang menyerang sehingga petugas tersebut tidak mengunci pintu.
Ini kesempatan bagus, Danendra dengan cekatan duduk di depan monitor mencari kamera yang merekam ruangan VIP tempat di mana Alena dirawat. Meisya menyuruh suaminya untuk menghapus rekaman hari ini, mengingat betapa buruknya keadaan Alena saat itu bisa saja menimbulkan masalah. Dia tidak mau semua orang tahu perlakuan Danendra terhadap Alena, apalagi Aleon jangan sampai melihat rekaman CCTV hari ini.
Tidak butuh lama akhirnya Danen menemukan rekaman kamera yang dicari, dia sudah siap untuk menghapusnya. Tapi, sesuatu yang janggal tertangkap oleh indra penglihatannya.
Saat dia membuka rekaman kamera CCTV yang terletak di kamar Alena, dia melihat sesuatu yang mengejutkan. Saat ini dengan mata kepalanya sendiri Danendra melihat istrinya sedang dicumbu pria lain, bahkan pergerakkan sang pria yang sedang menyentuh Alena begitu intens.
“Ke-kevin?” Danen yakin sekali pria yang sedang menyentuh tulang rahang istrinya adalah Kevin. Melihat itu Danen sontak berdiri, dadanya memanas saat ini ingin sekali dia segera berlari dan menghajar pria itu. Belum sempat melangkah Danendra merasakan selulernya bergetar nama Meisya tertera di sana.
“Mas? Gimana udah ketemu rekamannya?”
“Mei, aku… “ Danendra menjawab panggilannya dengan gelisah, sungguh amarahnya tertahan di ubun-ubun karena terus menyaksikan perbuatan Kevin terhadap wanitanya.
“Kenapa sayang? Ada masalah apa, kenapa kamu terdengar cemas?”
“Mei, Ke-kevin saat ini benar-benar memperkosa Alena, aku baru saja berhasil membuka rekamannya, tapi Kevin ada di sana, dia menyentuh Alena.” Nada bicara Danendra terdengar panik sekali, hatinya mendadak sakit, dia tidak mengerti tapi rasa sakit ini benar-benar membuatnya tersiksa.
“Aku, aku akan membunuhnya!”
“Sialan, Anj*ng sialan!” Danen panik, dia sudah mulai mengeluarkan sumpah serapah, dia sangat ingin berlari dan menghentikan kegilaan Kevin.
“Mas, dengarkan aku!” tapi suara Mei di seberang sana menghentikannya, “Danendra aku istri kamu, cuman aku yang pantas kamu cemburui dan lindungi, jangan pernah memperdulikan wanita lain termaksud Alena.” Pria di balik seluler itu mendadak membeku, perkataan Mei berhasil masuk ke relung hatinya.
“Ingat, biarkan saja Alena, sekali pun dia ditiduri orang lain. Alena bukan lagi bagian dari dunia kamu Danendra, ada aku, aku wanita yang kamu cintai wanita yang melahirkan anak-anakmu.”
“Aku istri kamu, jangan pedulikan yang lain.” Seakan terhipnotis Danendra kembali tenang, dia tidak lagi mengkhawatirkan Alena bahkan melihat perbuatan Kevin yang semakin di luar batas pun dia tidak lagi merasakan sesuatu yang menusuk hatinya. Tatapan cemas pria itu seketika berubah menjadi tatapan kosong, kini dia kembali lagi menuruti semua perintah Meisya.
“Mas, sekarang kamu hapus rekaman hari ini, dan sisakan bagian Kevin yang melecehkan Alena.” Danen menurut tangannya bergerak cepat,
“Lalu segera kamu salin rekaman Kevin tersebut, simpan datanya dengan baik di-HP kamu ya mas. Jika sudah disalin segera hapus permanen rekaman tersebut.”
“Tapi sayang, untuk apa aku menyimpan ini?”
“Simpan saja mas, aku yakin suatu saat itu pasti berguna. Mungkin kita bisa menuduh Alena berselingkuh dengan Kevin, atau kita bisa jadikan itu untuk alat tutup mulut agar Alena dan Kevin tidak bisa menceritakan apa pun tentang kita.”
Danendra mengangguk. Setelah menyelesaikan aksinya dia segera berlari ke parkiran, tiba-tiba saja rasa rindunya menggebu dia jadi sangat ingin memeluk tubuh Meisya. Dia akhirnya pergi meninggalkan Alena di sana, tidak peduli apa pun yang sedang terjadi pada wanita itu. Padahal sebelum Mei menelpon dia sangat marah melihat Alena disentuh orang lain, dia sangat ingin membunuh Kevin saat itu juga, tapi sama seperti sebelumnya dia tidak mampu menolak Meisya, apa pun yang wanita itu katakan berhasil masuk ke hatinya dan dengan cepat Mei berhasil mengendalikan Danendra.
*
*
*
Kevin yang saat ini terus mengecupi setiap bagian wajah Alena sementara wanita itu masih tertidur pulas tidak terganggu sedikit pun dengan kegiatan Kevin, karena Kevin juga memberi obat tidur pada Alena, dia tidak bermaksud lain itu memang niatnya agar Alena bisa tidur dan istrirahat dengan tenang dan setidaknya mampu melupakan kekerasan yang baru saja dia alami.
Saat pergerakkan bibir Kevin semakin turun ke bawah, bahkan sudah menyentuh rahang bawah mendadak dia tersadar, sontak pria itu langsung menghentikan aksinya dan merutuki kebodohan dirinya yang tidak bisa menahan diri.
Kevin menjauh dan segera menampar dirinya sendiri.
“Bodoh!”
“Apa yang lo lakuin Vin, bodoh banget bodoh!”
Kevin menyesal sudah menyentuh Alena dengan lancang, dia benar-benar sempat kehilangan akal sehat tadi, tapi syukurlah nalurinya masih berbicara sehingga dia tidak berbuat lebih jauh.
Rasanya dia baru memejamkan matanya sebentar, bahkan belum sampai dua jam tapi saat ini dia merasa tubuhnya diguncang pelan oleh seseorang,
“Vin?”
“Kevin, maaf ganggu!”
“Vin, bangun!”
Kelopak mata itu bergerak perlahan, seseorang terus saja memanggil namanya, “Hah! Alena?” Karena terus diganggu sontak pria itu langsung terbangun, melihat Alena di depannya Kevin dengan sigap langsung bangkit dari sofa.
“Kamu sudah sadar Len?"
“Bagaimana dengan memarmu, bagaimana dengan tubuh kamu apa masih ada yang sakit?”
Alena tidak menjawab dia hanya mencoba tersenyum tipis, lalu berjalan dengan tertatih mencoba membawa dirinya untuk menuju pintu keluar.
“Lena, mau ke mana?”
Alena memberhentikan langkahnya, dia menoleh ke arah Kevin, “aku harus pulang!”
“Pulang?” Kevin melirik arloji yang ia kenakan melingkar sedikit berantakan di tangan kirinya, “tapi Len ini baru jam 4 subuh?”
“Iya, aku harus segera pulang sebelum Kak Aleon datang, sebelum banyak orang yang melihat wajahku. Aku belum siap.”
“Terima kasih ya Vin atas bantuannya.”
Alena tersenyum tipis setelah mengucapkan terima kasih, ia kembali menatap ke depan berusaha membawa tubuhnya yang terasa cukup berat untuk melangkah pulang, tapi baru beberapa langkah wanita itu tampak goyah, tubuhnya hampir jatuh. Beruntung Kevin dengan sigap meraih tubuh Alena yang hampir terhuyung.
“Biar aku anter ya, gak mungkin kamu pulang dengan keadaan kaya gini.”
“Jangan, aku terlalu banyak merepotkanmu.”
Alena tetap keras kepala, sikap keras kepalanya itu seringkali merepotkan dirinya, Kevin sudah berulang kali membujuk Alena agar dia antar pulang tapi wanita itu tetap bersikeras, tidak ada pilihan Kevin mengikuti Alena dari belakang.
Saat sampai di parkiran mendadak Alena mendesah kecewa.
“Kenapa Len? Ada yang sakit?” Alena hanya menggeleng. Jika bicara soal sakit saat ini seluruh tubuhnya sakit bahkan dia susah payah berjalan ke parkiran, tapi yang lebih sakit masih relung dadanya, setiap mengingat kejadian tadi malam yang ia alami mendadak dadanya kembali terhujam ribuan belati, perih sekali.
“Vin, bisa tolong aku. Kunci mobilku sepertinya tertinggal di ruangan Danendra, tolong ambilin, aku tunggu di sini.”
Kevin menatap Alena yang berbicara dengan lemah, tidak menghiraukan Alena dia menggendong paksa tubuh itu lalu membawanya ke mobil pribadinya.
“Aku anter ya Alena, tolong jangan tolak aku, aku hanya ingin membantumu.”
Alena yang sudah terduduk lemah di kursi belakang tidak lagi banyak bicara, dia membiarkan teman lamanya membawa tubuhnya pulang, dia sudah kehabisan energi untuk terus bersikap keras kepala.
Di sisi lain, Hamdani baru saja sampai di parkiran dia ingin segera pulang. Pria itu baru menyelesaikan tugas malamnya, dia harus pulang karena anak bungsunya terus rewel walaupun dia bukan suami yang baik tetapi dia berusaha menjadi orang tua yang baik. Setelah menguap panjang, dari jarak mobil yang beberapa meter dia melihat Kevin yang sibuk menggendong Alena, dan segera memasukan wanita itu ke mobil pribadinya. Hamdani tersenyum miring,
“Sepertinya bukan cuman gue yang selingkuh, bahkan wanita sepolos Alena pun juga memiliki laki-laki lain.”
Bersambung.