Jiro Adrian pernah mencintai wanita begitu dalam namun di hianati, beberapa tahun kemudian setelah bertunangan dengan wanita lain tiba-tiba masa lalunya hadir dan kembali mengacak-acak hatinya.
Pria itu menyayangi tunangannya tapi juga tak bisa melepaskan wanita masa lalunya karena ingin membalas rasa sakit hatinya dahulu.
Lalu siapa yang akan ia pilih, tunangannya yang telah membantunya kembali bangkit atau justru masa lalunya yang banyak menyimpan rahasia yang tak pernah ia duga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~34
Malam itu setelah membersihkan dirinya Hanna nampak memasak makan malam, karena trauma dapurnya kembali dikotori oleh bosnya wanita itu pun berinisiatif memasak sedikit lebih banyak barang kali pria itu mau.
Ia memang tak pandai memasak seperti Sofie yang pernah kursus memasak dengan chef terkenal namun jika hanya memasak rumahan saja ia masih bisa, sejak kecil ia memang lebih banyak masak sendiri mengingat hanya tinggal bersama sang ayah.
kemudian disusunnya hasil masakannya tersebut diatas meja, saat hendak makan wanita itu nampak menatap jam yang telah menunjukkan pukul 8 malam. Mungkin bosnya sebentar lagi akan datang dan lebih baik ia menunggunya saja.
Satu jam pun berlalu dan tiba-tiba pintu apartemennya nampak dibuka dari luar, rupanya pria itu yang datang.
"Akhirnya," gumamnya namun saat hendak beranjak dari duduknya untuk menyapanya tiba-tiba ponsel pria itu berdering nyaring hingga membuatnya urung berdiri.
"Iya, sayang." ucap pria itu setelah menjawab panggilan teleponnya.
"Sudah, aku sudah sampai rumah, hm terima kasih makan malamnya." imbuhnya seraya berlalu menaiki anak tangga mengabaikan keberadaan Hanna seakan wanita itu hanya sebuah patung.
"Iya, aku juga lelah dan akan langsung tidur."
Terdengar ucapan pria itu dan Hanna yang mendengarnya pun hanya bisa menghela napasnya, kini wanita itu nampak menertawakan kebodohannya kenapa masih peduli dengan pria itu. Akhirnya dengan perasaan kesal ia memakan masakannya sendiri semuanya tanpa tersisa.
Keesokan harinya...
Pagi-pagi sekali Hanna sudah memulai pekerjaannya, siang ini ia berencana bertemu dengan Sarah maupun David mengingat hari ini adalah akhir pekan dan ia ingin meminta libur sehari kepada bosnya.
Menjelang siang rumah pun telah bersih dan Hanna juga telah berpakaian rapi, sebuah blouse dan rok pendek telah membungkus rapi tubuh rampingnya tak lupa sepasang sneaker melengkapi penampilannya siang itu.
Hari ini ia dan teman-temannya akan pergi ke taman hiburan, kebetulan David memiliki beberapa voucher hadiah dari pelanggannya dan tentunya ia takkan mengeluarkan sedikit pun uang untuk bersenang-senang mengingat semua uangnya ia kumpulkan untuk membayar ganti rugi pada bosnya tersebut.
"Sudah siang sekali, dia tidur atau mati sih?" gumamnya ketika nampak tak sabar menunggu Jiro bangun tidur padahal satu jam lagi ia harus sudah sampai di tempat yang mereka sepakati.
Sebenarnya semalam ia ingin meminta izin hanya saja pria itu langsung naik ke kamarnya hingga membuatnya tak memiliki kesempatan untuk bicara padahal ia sudah berbaik hati memasakkannya makan malam berharap akan mendapatkan izin namun jangankan disentuh dilihat saja tidak.
Apa ia pergi saja tanpa izin?
"Awas saja jika kamu berani meninggalkan tempat ini sebelum semua hutangmu lunas karena polisi takkan segan menjebloskanmu ke penjara bahkan jika kamu bersembunyi di lubang semut sekalipun mereka akan mencarimu,"
Hanna langsung menggeleng cepat ketika kembali mengingat ancaman bosnya itu beberapa waktu yang lalu, ia yakin pria itu tak main-main dengan ucapannya karena menyakitinya saja dia tega.
Hanna pun segera beranjak dari duduknya untuk mengecek bosnya itu sudah bangun atau belum, namun tiba-tiba pria itu nampak menuruni anak tangga dengan bertelanjang dada hingga membuatnya langsung melotot.
"Apa dia tak punya malu?"
"Kamu mau kemana dengan pakaian seperti itu?" ucap pria itu saat melihat Hanna berdiri di ruang tamunya, pandangan pria itu langsung tajam kearah rok pendek wanita itu.
"Aku ingin meminta ijin untuk libur sehari, kebetulan hari ini ulang tahun Sarah dan aku ingin merayakannya." tukasnya menatap pria itu.
"Tidak bisa, bukankah sudah ku bilang kamu tak bisa keluar dari sini sebelum hutangmu lunas." tegas Jiro, tubuhnya lumayan berkeringat dan rambutnya sedikit basah. Apa pria itu baru saja berolahraga raga?
"Hanya sehari, lagipula semua tempat ini sudah ku berbersihkan." mohon Hanna lagi, ia sudah berjanji dengan teman-temannya jika akan datang karena ulang tahunnya sendiri pun selalu dirayakan oleh mereka.
"Tidak," tegas Jiro lantas berlalu ke dapur untuk mengambil air dingin dan Hanna pun langsung mengikuti langkahnya.
"Aku janji akan kembali tepat waktu," mohon wanita itu lagi.
Pria itu nampak fokus dengan minumnya hingga sebotol air dingin itu tandas tak bersisa dan Hanna masih setia menunggu jawabannya.
"Ku bilang tidak tetap tidak," tegas pria itu lantas berlalu dari hadapannya.
Hanna nampak kesal. "Tidak bisa begitu dong aku bukan tawanan dan perbuatan mu ini sangat tidak manusiawi, lagipula pekerjaanku juga sudah beres." ucapnya seraya kembali mengikuti langkah pria itu.
Jiro pun tiba-tiba berhenti mendadak hingga membuat Hanna hampir saja menabrak punggung lebarnya itu jika saja wanita itu tak langsung melangkah mundur.
"Bahkan kamarku saja belum kamu rapikan kamu sudah mengatakan pekerjaanmu beres," cibir pria itu menatapnya.
"Tentu saja aku akan segera membersihkannya tapi setelah ini kau tak punya alasan lagi untuk tidak memberikanku izin,"
Hanna pun segera berlalu ke kamar pria itu, tak apa ia datang terlambat dan teman-temannya pasti akan mengerti keadaannya.
Wanita itu pun segera membersihkan kamar pria itu yang rupanya seperti kapal pecah, semua bantalnya ada di lantai begitu juga selimutnya dan beberapa pakaian kerjanya semalam.
"Ck, dia tidur atau tawuran?" gerutunya, perasaan dahulu saat mereka pacaran pria itu pernah numpang tidur di kosnya karena terjebak hujan deras dan anteng-anteng saja namun rupanya waktu telah mengubah segalanya karena tak hanya cara tidurnya yang buruk tapi sifatnya juga.
"Dasar pria kejam, tak berperasaan ku sumpahi hidupmu akan susah," imbuhnya dengan kesal seraya membanting bantal-bantal tersebut keatas kasur.
"Bekerjalah yang benar tidak usah menggerutu!" tegur Jiro tiba-tiba yang nampak baru keluar dari kamar mandi hingga membuat Hanna yang baru selesai membersihkan kasurnya langsung berjingkat kaget.
Bagaimana tidak, pria itu hanya mengenakan handuk sebatas pusarnya dan membiarkan tubuh bagian atasnya terpampang nyata di hadapannya. Dadanya yang bidang nampak di penuhi bulu-bulu halus yang menambah keseksiannya hingga membuat Hanna tanpa sadar langsung menelan ludahnya namun setelah itu ia langsung berpaling.
"Tunggu, bagaimana dia bisa tiba-tiba keluar dari kamar mandi?" gumamnya padahal pria itu sejak tadi tak masuk kedalam kamarnya, tidak mungkin menggunakan pintu doraemon pikirnya.
"Kamu belum mengelap sebelah sini," ucap pria itu hingga membuat Hanna mau tak mau berbalik badan menatapnya.
"Iya nanti ku bersihkan, lebih baik kamu ganti pakaianmu dulu nanti aku akan kembali." tukas Hanna lantas berlalu keluar. Tidak mungkin kan ia menyaksikan pria itu berganti pakaian jika masih berada didalam kamarnya.
"Bukankah nanti akan membuatmu terlambat?" ucap Jiro dan itu membuat Hanna yang hendak membuka pintu langsung berpaling menatapnya.
"Jadi kamu memberikanku izin?" ucapnya tak percaya dengan senyuman mengembang di bibirnya karena sebelumnya ia tak yakin jika akan diizinkan oleh pria itu.
pasti biang lala berhenti gara2 jiro nih...
dengan cara dia menghubungi anak buahnya
dimana2 kalo bener2 cinta itu walaupn disakiti ttp bertahan.. tp jiro ini di sakiti balik menyakiti
sama aja dia itu menyakiti diri sendiri...
dan saat iini..... serah Qinan deh....
apa sih Othor mesti gitu dech bikin otak aku traveling kesana kesini.... next thor 😍