Lanjutan Chelsea and The Ghosts
Bermula dari Seiichi Park yang dihantui oleh arwah gadis koma bernama Sasikirana, membuat dirinya terlibat kasus kejahatan yang sadis, terstruktur hingga tidak memperdulikan nyawa manusia.
Kasus Sasikirana membuat Seiichi bersama dengan Divisi Kasus Dingin Polda Metro Jaya berhadapan dengan mafia hukum yang bukan hanya dari kejaksaan tapi juga kehakiman.
Puncaknya, saat ada korban, Klan Pratomo pun turun membantu para polisi-polisi yang masih lurus dan berdedikasi.
Generasi ke delapan klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teror Tipis
"Maemnya sudah Ken?" tanya Dokter Lucky ke putra sulungnya yang sudah menghabiskan satu porsi kwetiaw goreng seafood.
"è finito, papà," jawab Kenzie.
"Ken chiude le posate, segno che hai finito di mangiare ( Ken, itu sendok garpu nya kamu tutup, tandanya sudah selesai makan )," ucap Daisy lembut.
"Oui maman," jawab Kenzie dengan bahasa Perancis sambil menangkupkan sendok dan garpunya.
Dokter Lucky menoleh ke Daisy. "Jeng, berapa bahasa ini?"
"Baru Italiano, Perancis, Inggris dan Indonesia," jawab Daisy kalem.
"Jawanya kapan Jeeeengggg?" rengek Dokter Lucky.
"Kapan kapan ... " dendang Daisy membuat Dokter Lucky manyun.
Kenzie tertawa melihat keributan ayah dan ibunya. "El, jangan dipisah ya? Papa dan Mama biasa ribut. Eh namanya siapa ya El nama anjingnya yang baru ini?" tanya Kenzie ke adiknya yang masih bayi.
"El ... El ..." celoteh Elina sambil tertawa.
"Ya El, masa nama sama kamu." Kenzie pun cemberut.
"Kamu mau kasih nama siapa?" tanya Dokter Lucky ke Kenzie yang tampak berpikir.
"Aku tahu Papa!" seru Kenzie.
"Siapa?"
"Abon!"
Dokter Lucky dan Daisy melongo. "Abon?"
"Kan mirip!" eyel Kenzie.
"Nek ngaco begini, Kenzie anakmu mas," ucap Daisy judes.
"Lha kok aku yang kena?" balas Dokter Lucky sok imut.
***
Keluarga kecil itu pun berjalan menuju parkiran mobil dengan Kenzie mendorong stroller anjingnya sementara Daisy mengendong Elina sambil mendorong stroller putrinya karena Dokter Lucky hendak membuka pintu belakang mobil BMW miliknya.
"Papà, Abon può essere portato in macchina ( Papa, abon boleh digendong ke dalam mobil )?" tanya Kenzie.
"Sek ... Papa loading dulu ... Kamu mau gendong Abon ke dalam mobil? Nggak ditaruh di stroller?" Dokter Lucky menatap putranya yang mengangguk. "Boleh. Dipangku ya. Jangan sampai ditarik sama dik Elina ya kan adikmu itu gemesan sama barang berbulu."
"Oke Papa." Kenzie pun masuk ke dalam mobil sambil mengendong Abon sementara Daisy meletakkan Elina di baby car seat di kursi tengah.
Dokter Lucky melipat dua stroller itu dan dimasukkan ke dalam bagasi mobil. Pria itu melihat sekelilingnya dan matanya tertuju pada dua orang yang mengawasi dirinya. Feeling Dokter Lucky tampak tidak enak dan pria itu berjalan hendak menghampiri dua orang itu.
"Mas Lucky? Ada apa?" tanya Daisy.
"Jeng, jaga anak-anak." Dokter Lucky berjalan ke arah dua orang itu tapi keduanya menunjukkan pistol dari balik jaketnya membuat dokter bedah itu berhenti.
Daisy yang melihat itu, mau tidak mau melakukan satu hal yang biasa dilakukan kaum wanita, yaitu menjerit.
"Tolooonnggg! Ada begaaalll!" teriaknya membuat dua orang itu kaget dan tak lama pihak keamanan pun datang menghampiri.
Dua orang itu pun bergegas masuk ke dalam mobil lalu segera pergi meninggalkan parkiran tapi Dokter Lucky langsung menghapalkan nomor polisinya.
"Dokter Lucky? Dokter tidak apa-apa?" tanya salah satu satpam yang mengenali pria itu.
"Tidak apa-apa. Tolong berikan rekaman CCTV disini. Biar aku bawa ke Polda," pinta Dokter Lucky.
"Baik Dok." Satpam itu tahu Dokter Lucky dokter di Bhayangkara serta ipar Hana Akihiro dan Madhava Sankara yang tinggal dalam satu komplek. "Tunggu sebentar." Satpam itu segera menuju ruang pengawas sementara dokter Lucky menghampiri keluarga kecilnya.
Daisy langsung memeluk suaminya karena tadi dia melihat pistol di dua orang itu. Daisy dan Dokter Lucky sepakat tidak membawa senjata dalam mobil karena ada anak-anak jadi mereka benar-benar dalam kondisi rentan.
"Anak-anak tidak apa-apa?" tanya Dokter Lucky melongok ke dalam mobil. Dia melihat Kenzie memeluk Abon sambil menggenggam tangan Elina yang ketakutan karena tadi ibunya menjerit kencang.
"Ta ... Takut papa," bisik Kenzie. Elina sudah mau menangis dan Daisy langsung membuka pintu lalu mengendong putrinya.
Dokter Lucky lalu ke kursi Kenzie dan memeluk erat putra yang masih memeluk Abon.
"Papa disini Ken. Papa akan melindungi kamu, mama, dik El, Abon dan Winston. Papa tidak akan membiarkan sesuatu terjadi pada kalian!" ucap Dokter Lucky.
Kenzie mengangguk dan menangis dalam pelukan ayahnya.
Siapa itu? Kenapa berani memberikan ancaman seperti itu? Tidak akan kubiarkan siapapun menyentuh keluargaku seujung rambut dan bulu pun! - batin dokter Lucky.
***
Ruang Kerja Divisi Kasus Dingin Polda Metro Jaya
Dokter Lucky mendatangi ruang kerja tim gabut dengan wajah ditekuk sepuluh. Dirinya benar-benar kesal sudah ada teror kecil ke keluarganya. Pria itu melihat Putri, istri AKP Arief datang sendiri.
"Dik Putri!" panggil Dokter Lucky.
"Eh, Dok Lucky, kok kemari?" senyum Putri.
"Mau ketemu Piktor," jawab Dokter Lucky. "Bawa apa itu dik?"
"Kripik usus ayam pesanan mbak Nana. Katanya di divisi gabut udah menyusut stoknya," jawab Putri.
"Apa sih makanan yang tidak menyusut disana karena juga ada si Tole yang ikutan nyolong," gumam Dokter Lucky membuat Putri tertawa.
"Setidaknya disini cuma ada maling makanan bukan narkoba, Dok," kekeh Putri.
"Benar."
Keduanya pun masuk ke dalam ruangan yang tampak ramai dan rusuh seperti biasa. Dokter Lucky langsung menghampiri AKBP Victor.
"Ada yang meneror aku dan keluarga aku! Tolong cari tahu siapa mereka!" ucap Dokter Lucky sambil memberikan flashdisk ke AKBP Victor.
"Apa yang mereka lakukan padamu, Ky?" tanya AKBP Victor sementara AKBP Nana menatap cemas ke adik sepupunya.
"Daisy dan anak-anak bagaimana?" tanya AKBP Nana concern.
"Kenzie agak trauma dan semalam dia tidak mau tidur sendiri. Jadi aku dan Jeng Daisy tidur berlima dengan Winston jaga di pintu kamar. Elina pun jadi rewel. Mereka sepertinya mengincar aku tapi kampretnya di depan anak-anak! Jika kamu bisa menangkapnya, kirimkan ke aku dan anak nakal!" geram Dokter Lucky. "Ini papa mertua belum dengar. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi kalau Pak Enzo dengar!"
"Coba kalau Nonno dan Nonna Daisy masih ada, plus Opanya yang di Brazil juga masih ada ... Bisa turun gunung semua!" timpal AKP Steven.
Dua tahun lalu, Eduardo, Dante dan Leia meninggal dalam waktu berdekatan karena sakit tua. Usia mereka pun sudah delapan puluh tahun lebih bahkan Dante dan Eduardo mendekati usia 90 saat meninggal. Empat tahun terakhir ini generasi keenam banyak yang sudah pergi, termasuk Sean dan Zinnia yang juga meninggal karena usia usai pernikahan Ryuga dan Tami dua bulan setelah pernikahan Rayline dan Alan, Luke juga pergi setelah terkena serangan jantung mendengar Leia meninggal, Antonio Bianchi pun sudah meninggal dan Savrinadeya tinggal sendirian di Turin. Tak heran jika generasi ketujuh dan kedelapan sangat menjaga generasi enam yang tersisa terutama Radeva Dewanata baru pemasangan ring jantung.
"Apa menurutmu berhubungan dengan kasus Sasikirana yang kamu pindah ke PRC?" tanya Kombes Purn Jarot.
"Sepertinya begitu!" Dokter Lucky tampak kesal. "Asli! Ketemu, aku dan Hana bakalan cutik ginjalnya!" ucapnya dingin.
***
Yuhuuuu up Siang Yaaaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
baru tole ya pak Hendrik, belum mbak lilis🤭🤭
Ada y ank durjana ky gtu,pdhl ibunya yg hmil trs mlhirkn dia k dnia....bnting tulang jg dmi anknya,glirn udh tua mlah d hbisi anknya sndri....