NovelToon NovelToon
Oh My God, Aku Punya Harem

Oh My God, Aku Punya Harem

Status: sedang berlangsung
Genre:Zombie / Sistem
Popularitas:14.7k
Nilai: 5
Nama Author: samsuryati

lili ada gadis lugu yang Bahkan tidak pernah punya pacar. tapi bagaimana Ketika tiba di hari kiamat dia mendapatkan sebuah sistem yang membuatnya gila.

bukan sistem untuk mengumpulkan bahan atau sebuah ruang angkasa tapi sistem untuk mengumpulkan para pria.

ajaibnya setiap kali ke pria yang bergabung, apa yang di makan atau menghancurkan sesuatu, barang itu akan langsung dilipatgandakan di dalam ruangan khusus.

Lily sang gadis lugu tiba-tiba menjadi sosok yang penting disebut tempat perlindungan.

tapi pertanyaannya Apakah lili sanggup.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon samsuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34

Asap mesiu dan bau amis darah memenuhi udara. Jeritan manusia dan pekikan burung saling bersahutan di bawah langit yang seakan murka. Di tengah kekacauan itu, Lili menggigit bibirnya kuat-kuat, tubuhnya gemetar, jari-jarinya menggenggam erat sebatang batang logam tumpul yang ia temukan tak jauh dari kakinya.

Pisau panjangnya sudah tumpul dan patah tiba tiba Tanpa itu dia harus meraih apapun sebagai senjata.

"Aku tak bisa terus begini... Aku harus bertahan!" pikirnya.

Dengan napas berat dan keringat mengalir di pelipisnya, Lili melangkah maju. Seekor burung mutan menyambar dari samping, sayapnya menciptakan suara tajam seperti pisau melintasi udara. Lili menjerit pelan, tapi mengayunkan batang logam itu ke atas secara refleks,

BAK!

Dan burung itu jatuh, terhuyung, sebelum tertancap oleh belatinya yang tiba-tiba ia cabut dari tanah.

"Aku pasti bisa... aku bisa," gumamnya,dia harus percaya pada dirinya sendiri jika tidak ingin mati.

Namun belum sempat ia menarik napas, dua burung lain menyambar Lili dari sisi berlawanan. Ia berguling ke tanah, menghindar seadanya, bajunya robek terkena cakaran di pundak. Untung nya dia tidak terluak karena memakai pakaian termal.

Namun demikian ada Rasa perih membakar, ada bara semangat yang baru menyala di dalam dadanya. Ia bangkit dan menebas, lagi dan lagi meski gerakannya kasar, tapi ia berhasil menjatuhkan dua ekor burung lainnya.

Evan Qi yang sejak tadi mencari-cari kesempatan untuk bersama Lili, akhirnya tidak mendapatkan kesempatan itu. Sosoknya yang di lupakan mulai berlumuran darah dan debu.

Kata orang kesempatan selalu datang bagi orang yang siap.Dia melihat burung sebesar anak anjing ,menukik lagi ke arah lili dengan ganas.

“Lili!!” teriaknya, lalu berlari ke arah lili.

Melihat Lili yang berdiri dengan napas terengah dan mata membara, Evan terkesiap. Tapi hatinya memanas…

Evan buru-buru mengangkat sepotong perisai yang tertinggal di tanah dan menghantam seekor burung yang hendak menyergap Lili dari belakang. Bunyi dentuman keras terdengar saat tubuh burung itu terpental dan menabrak tiang besi.

“Aku di sini! Aku akan mellindungi kau!” teriak Evan, matanya menyala penuh antusiasme.

Lili menoleh, wajahnya berkeringat tapi memerah. "Aku bisa bertarung sendiri... jangan terlalu dekat!"

Tapi Evan tak mendengar. Atau pura-pura tak mendengar. Ia mengangkat sepotong tongkat panjang dari lantai, lalu mulai berayun dengan semangat—l,seolah ini adalah pertarungan hidup dan mati yang telah ia latih selama bertahun-tahun. Ia menangkis, menghantam, bahkan sesekali berteriak seperti pahlawan dalam film.

"Aku juga bisa! Aku bisa jadi kuat!" teriaknya.

Namun kebodohan kecil terjadi,saat Evan terlalu fokus pada laganya sendiri, seekor burung besar melesat turun dari pohon. Cakarnya teracung, siap mencabik wajah Evan dari samping!

“EVAN!!” jerit Lili.

Tanpa pikir panjang, Lili menubruk Evan ke tanah. Burung itu lewat di atas kepala mereka, sayapnya menyayat angin begitu dekat hingga rambut Lili beterbangan.

Evan terdiam sejenak. Ia menatap wajah Lili dari dekat,mata gadis itu penuh marah dan panik. Tapi yang lebih menyakitkan bukanlah luka atau dorongan keras itu.

Itu adalah kenyataan,Evan-lah yang diselamatkan...Lagi.

Sial..

"Aku... aku kira..." gumamnya pelan.

Lili berdiri dengan cepat, menyeka darah di pipinya. "Kalau kau tak bisa bertarung benar, jangan bertingkah! Kita semua bisa mati!"

Evan menunduk. Tapi diam-diam, dia menggenggam pergelangan tangannya sendiri erat-erat menahan rasa malu yang menusuk... dan keinginan untuk menjadi lebih kuat dari sekarang.

Mereka semua harus bertarung lagi dan ini berlangsung beberapa menit kemudian.

Langit mulai memerah saat matahari berusaha menembus kabut darah dan bulu-bulu beterbangan. Di tengah medan yang mulai bersih dari bangkai burung mutan, Lili berdiri dengan tubuh lelah namun tetap siaga. Senjatanya sudah berlumuran darah hitam pekat. Nafasnya naik turun, tapi matanya masih menyapu sekeliling.

Tiba-tiba, Evan Qi yang berdiri di sisinya,seolah tahu tepat kapan harus tampil.

Dia adalah pria penjilat no satu.

“Luar biasa… cara kau menebas burung itu, Lili,” ucap Evan dengan senyum menawan. Ia mengulurkan air botol dari kantongnya. “Kau benar-benar mengagumkan.”

Lili hanya melirik singkat tapi sistem menyebut jika Evan Qi tidak tulus,dia memuji karena motif tertentu.Tapi tetap saja Lili berkata “Terima kasih.”

Di balik senyumnya yang ramah, Evan menyembunyikan gejolak rasa benci yang mendidih di dadanya.

"Lihat real... memimpin semua orang, bersinar hanya karena punya kemampuan seupil. Lili juga sombong sekali.Sama saja seperti Tang Mian... selalu ingin berada di atas semua orang. Seolah dunia harus tunduk karena dia punya sedikit kekuatan," pikir Evan, geram. Tapi di wajahnya, tetap tergurat senyum ramah seperti pahlawan yang tak kenal lelah.

“Kalau kau butuh perlindungan,” lanjut Evan, mencondongkan tubuh sedikit lebih dekat, “aku selalu siap di belakangmu.”

Lili tidak menjawab. Ia justru memperhatikan Evan yang dengan semangat mengayunkan senjatanya ke burung-burung yang mendekat. Anehnya, hampir semua burung mutan yang mencoba menyerangnya tiba-tiba jatuh satu per satu karena Evan—seolah ia tidak memberi Lili kesempatan untuk bertarung lagi.

Kaki Lili perlahan berhenti bergerak. Dia mendongak ke arah Evan yang sedang memukul burung lain dengan sangat hidup,seperti aktor utama dalam pertunjukan yang tak ia minta.

"Kenapa dia sangat semangat membunuh burung-burung itu untukku? Untuk apa dia berpura-pura baik? memangnya kenapa dia ingin menunjukkan sesuatu padaku?" pikir Lili dalam hati. "Tapi... tubuhnya tidak jelek. Ototnya lumayan… tidak terlalu mencolok, tapi cukup kokoh untuk seorang pria."

Tatapannya turun sebentar.

Wajah Evan, meskipun tidak sempurna seperti real, tapi dia punya pesona tertentu jika dilihat dari sudut cahaya yang tepat.

"Jika dia bisa dikendalikan dan tidak cerewet... mungkin masih layak dimasukkan ke dalam harem," pikirnya dingin, lalu mendesah pelan.

“Evan…” gumamnya, membuat pemuda itu menoleh dengan cepat seperti anjing kecil yang baru saja dipanggil. “Jangan terlalu semangat. Sisakan sedikit untukku.”

Evan tertawa kecil, seolah bangga. “Maaf, refleks. Aku tak tahan melihatmu kelelahan.”

Lili tersenyum samar. Tapi di balik senyum itu, pikirannya sibuk menghitung dan menimbang. Evan bisa berguna… atau berbahaya. Tapi untuk saat ini, lebih baik dipuji dan dijinakkan dulu.

Sementara itu, Evan sendiri merasa menang. "Lihat dia sekarang. Dia mulai melihatku. Waktuku tak lama lagi… Aku pasti bisa merebut tempatku… di sampingnya, atau bahkan lebih dari itu."

Di sisi lain..

Jeritan burung mutan masih menggema di udara saat Tang Mian mengayunkan pisaunya, mencabik udara dan daging dengan presisi dingin. Setiap gerakan cepat dan efektif. Darah mengucur dari pelipisnya, tapi matanya tak bergeser sedikit pun dari dua sosok yang berdiri di sisi lain Lili dan Evan.

Ia melihat bagaimana Evan dengan penuh semangat membasmi semua burung yang mendekat ke arah Lili, bahkan sebelum burung itu sempat mendekati gadis itu. Ia juga melihat bagaimana Lili hanya berdiri dan menatap, seolah menikmati perlakuan itu.

Tang Mian menggertakkan gigi. Urat di rahangnya menegang.

"Dasar pria tak tahu malu… menggantungkan diri pada wanita hanya karena tak punya kemampuan!" pikirnya dengan marah. Tombaknya menghantam seekor burung besar hingga terlempar jauh. "Dan dia… Lili… kenapa dia tersenyum padanya?!"

Lili jalang,berani nya dia merayu pacar orang.

Hatinya seperti disiram air mendidih. Bukan hanya karena Evan yang menjijikkan tapi karena Lili, wanita yang dulu selalu keras, dingin dan penuh perhitungan, kini menampakkan wajah lembut pada seorang pria yang bahkan tidak pantas dilirik.

"Apa karena dia tampan? Atau karena dia pintar bicara? Hah! Bodoh!"

Burung mutan lain menyergap dari atas. Tang Mian membalik pisau nya dan menancapkannya ke dada makhluk itu. Tubuhnya penuh luka kecil, namun ia tak merasakannya. Kemarahan yang mendidih sudah cukup untuk membakar semua rasa sakit.

Dari sudut matanya, dia masih bisa melihat Lili tertawa kecil ketika Evan menjatuhkan burung dengan gaya berlebihan,seolah ingin dipuji.

"Rayuan murahan." Pikirnya dingin.

Namun di dalam hatinya, Tang Mian lebih marah pada Lili dibandingkan pada Evan. Karena baginya, wanitalah yang seharusnya menjaga jarak, menjaga wibawa. Tapi Lili malah membuka celah,memberi harapan, memberi senyum, seolah-olah tak sadar bahwa tindakannya bisa menghancurkan pasangan Evan, yaitu dia.

Tang Mian menarik napas kasar. Satu ekor burung lagi jatuh dengan jeritan tajam.

"Biarlah mereka bersenang-senang sebentar... Tapi setelah ini... setelah burung-burung ini dibinasakan... aku akan pastikan kau membayar, Lili. Kau dan senyum manis munafikmu itu."

Crash..

Tatapan Tang Mian kini membara, bukan hanya oleh panasnya pertempuran, tetapi oleh kecemburuan dan kemarahan yang mulai mengakar. Dalam benaknya, perang baru akan dimulai bukan melawan burung mutan, tapi melawan wanita yang telah membuatnya merasa seperti pecundang di medan yang tak terlihat.

1
Fauziah Daud
trusemangattt
yanthi
AQ nunggu yg pertanian N sistem ruang ya thor
samsuryati: ya pertanian dan ruang Otww
total 1 replies
Fauziah Daud
makin seru
hm
kak kapan up?
samsuryati: udah di up kak dan udah ada beberapa bab tolong dukung aku dan baca serta berikan komentar karena komentarmu itu bisa dinilai oleh aplikasi dan sangat membantu.
total 1 replies
Fauziah Daud
trusemangattt
Dewiendahsetiowati
kasihan cucunya kenapa gak neneknya yang mati sja
samsuryati
semangat....🤩🤩🤩
Fauziah Daud
trusemangatttn n trusceria
Fauziah Daud
trusemangattt
Fauziah Daud
hahaha
Sombra Ombra
double up
thanks kak😁👍
Sombra Ombra
ini termasuk pelurunya gak sihh 🤔
Sombra Ombra
oohh pantesan kok gak ada heli atau tank di blok R, kirain udah ada dri sistemnya
blok R kan buat tim militer
ok ok 👍

kedepannya bakal ada blok apa yaa...
mungkin ada blok rumah sakit atau khusus kesehatan😃
Sombra Ombra
Semangat kak
yanthi
ayok crazy up thor
nanti Tek TF pulsa 100rb 😘
yanthi: follback ya kak
samsuryati: hahaa bercanda bos, bagiku lebih berharga jika kamu menghargainya dengan l berkomentar dan memberikan aku semangat dengan tips . tapi tidak apa-apa aku menghargai mu dan berharap lebih banyak pembaca yang menghargai aku seperti kamu menghargai ibu saat ini. terima kasih sayang
total 4 replies
Sombra Ombra
asyik cerita baru lagi
Sombra Ombra
kirain bakal natural dissaster apocalypsenya

wkwkwkwk aku suka cerita zombie
Sombra Ombra
woahh cerita apocalypse lagii ❤❤❤
Egoll Losius
semangat thor/Smile//Smile//Smile/
Afriatus Sadiyah
ceritaanya bagus..👍👍 autornya semangat...💪💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!