NovelToon NovelToon
(Bukan) Pengantin Idaman

(Bukan) Pengantin Idaman

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Berbaikan / Pengantin Pengganti / Obsesi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:21.1k
Nilai: 5
Nama Author: Edelweis Namira

Pernikahan antara Adimas Muhammad Ibrahim dan Shaffiya Jasmine terjalin bukan karena cinta, melainkan karena sebuah perjodohan yang terpaksa. Adimas, yang membenci Jasmine karena masa lalu mereka yang buruk, merasa terperangkap dalam ikatan ini demi keluarganya. Jasmine, di sisi lain, berusaha keras menahan perasaan terluka demi baktinya kepada sang nenek, meski ia tahu pernikahan ini tidak lebih dari sekadar formalitas.

Namun Adimas lupa bahwa kebencian yang besar bisa juga beralih menjadi rasa cinta yang mendalam. Apakah cinta memang bisa tumbuh dari kebencian yang begitu dalam? Ataukah luka masa lalu akan selalu menghalangi jalan mereka untuk saling membahagiakan?

"Menikahimu adalah kewajiban untukku, namun mencintaimu adalah sebuah kemustahilan." -Adimas Muhammad Ibrahim-

“Silahkan membenciku sebanyak yang kamu mau. Namun kamu harus tahu sebanyak apapun kamu membenciku, sebanyak itulah nanti kamu akan mencintaiku.” – Shaffiya Jasm

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edelweis Namira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAGIAN 34

Bau khas Jakarta menyeruak saat Jasmine melangkah keluar dari pintu kedatangan Bandara Soekarno-Hatta. Tiga hari di Malang membuat Jasmine selalu merindukan kota yang penuh hiruk pikuk ini. Meski sudut hatinya sebenarnya bukan benar-benar merindukan kotanya, melainkan salah satu penghuni kotanya

Jasmine terus berjalan santai sembari menarik kopernya. Matanya menatap lurus ke pintu luar. Ia tak mengharapkan siapa pun menjemputnya. Kedua sahabatnya itu sedang ada kesibukan masing-masing. Sedangkan Adimas? Suaminya itu sama sekali tidak membalas apapun saat dirinya mengabarkan tentang kepulangannya.

Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti. Di antara kerumunan orang yang berlalu-lalang, sesuatu menarik perhatiannya. Sosok lelaki tinggi menjulang, kemeja cokelat gelap digulung hingga siku, berdiri tegak di sana. Rambutnya sedikit berantakan, menandakan ia tampak buru-buru tadi. Namun, yang lebih membuat Jasmine tertegun adalah, lelaki itu kini menatap lurus ke arahnya.

Tatapan datar namun Jasmine seolah bisa melihat ada kehangatan di sana. Tangan Jasmine menggenggam erat kopernya sementara tangannya yang lain mengepal kuat di sisi tubuhnya. Detak jantungnya berpacu. Kerinduannya kepada sosok menjulang itu membuatnya meneteskan air mata di sudut mata indahnya.

Adimas melangkah menghampiri Jasmine. Tangannya ia masukan ke saku celananya. Melihat wajah tampan itu membuat Jasmine perlahan mengukir senyuman lebar. Meskipun begitu, kakinya tetap diam di tempat. Menunggu lelaki itu untuk mendekat padanya.

"Mas...." katanya lirih. Kebahagiaan memenuhi rongga hatinya. Ia bahagia, sangat. Hingga membuatnya sulit bicara, meski sekedar menyapa lelaki yang sangat ia rindukan itu.

"Malah nangis. Kamu tidak mau pulang?" Senyum angkuh itu begitu Jasmine rindukan. Alih-alih kesal karena dicibir Adimas, Jasmine justru terkekeh.

Mata perempuan itu kemudian tidak sengaja melihat seorang lelaki yang menyambut kedatangan seorang perempuan lalu memeluknya penuh sayang. Tanpa Jasmine ketahui, mata Adimas juga mengarah lurus ke pandangan Jasmine.

"Ayo pulang!" Adimas dengan cepat mengambil alih koper Jasmine, hingga membuat Jasmine tersentak kaget. "Jangan melamun. Saya tidak mau dikira punya istri gila." Lelaki itu lalu berjalan lebih dulu.

Mendengar kata 'istri' dari mulut Adimas membuat hati Jasmine berbunga-bunga. Bukankah itu artinya Adimas mulai mengakuinya sebagai istri? Jasmine mengulas senyum tipis di wajahnya menatap punggung Adimas yang berada di depannya. Kemudian perempuan tersebut berlari kecil agar bisa berjalan di samping Adimas.

Begitu sejajak dengan Adimas, Jasmine tersenyum jahil menatap Adimas. "Mas enggak mau peluk aku dulu?" tanya Jasmine iseng, namun dalam hatinya ia begitu berharap.

Adimas menoleh sejenak lalu kembali fokus ke depan. "Jangan kebanyakan mau," jawab Adimas ketus.

"Kan sama suami sendiri. Kalau enggak sama Mas, aku mesti banyak maunya sama siapa dong?"

Adimas berhenti membuat Jasmine kaget. Mata Adimas menatap lurus ke mata Jasmine. Tangan lelaki itu kemudian menepuk bahu Jasmine pelan.

"Saya senang kamu kembali." Adimas tersenyum samar namun terlihat begitu tampan menurut Jasmine.

Mata Jasmine mengerjap beberapa kali. Ia seperti tidak percaya Adimas menunjukkan senyum manis tanpa adanya raut sinis itu kepadanya. Meski samar, tetapi sudah bisa membuat degup jantung Jasmine kembali berdebar.

"Aku juga senang lihat Mas lagi," kata Jasmine pelan. Namun wajahnya sangat menunjukkan betapa bahagianya ia saat melihat wajah Adimas kembali.

"Ayo cepetan. Wajah kamu merah banget itu." Tanpa basa-basi Adimas berjalan lebih dulu. Sedangkan Jasmine dengan wajah penuh keceriaan berjalan cepat menyamai langkah Adimas.

Lalu dengan berani Jasmine meraih tangan Adimas yang lain untuk ia genggam. Meski awalnya wajah Adimas terlihat keberatan, tetapi selama lelaki itu tidak mengeluarkan kata-kata protes apalagi menarik tangannya untuk dilepaskan, Jasmine akan tetap menggenggam hangat tangan Adimas.

Tanpa Jasmine sadari, dengan penuh kesadaran terbit senyum tulus di wajah tampan Adimas.

****************

Mata Jasmine menatap kondisi rumah mereka dengan takjub. Rumahnya menjadi sangat bersih dan harum. Padahal saat Jasmine pergi, ia mengingat jelas rumah mereka belum ia rapikan. Lebih tepatnya tidak serapi ini. Apalagi harum ruangan sejak ia pertama kali masuk area dalam rumah. Begitu hangat dan menenangkan.

Awalnya Jasmine kira itu hanya sampai di ruang tamu, namun ternyata tidak. Ruang keluarga yang menyatu dengan ruang makan pun seperti itu. Bahkan lebih menenangkan. Semua barang ditata rapi dan tidak hanya membuat nyaman untuk istirahat atau sekedar menikmati waktu senggang, melainkan juga begitu enak dipandang mata.

Jasmine kemudian melangkah ke satu demi satu anak tangga. Begitu sampai di lantai atas, ia melihat Adimas sudah berdiri di depan kamarnya sambil memegang kopernya.

"Kenapa lama?" tanya Adimas datar.

Jasmine melangkah menghampiri Adimas. "Ini yang bersihin sama yang ngenata rumah siapa Mas? Kamu bayarin orang untuk bersihin rumah selama aku enggak ada, ya?"

Adimas tersenyum miring. "Memang saya terlihat seperti orang yang mau orang asing mengotak-atik rumah saya?"

Mata Jasmine membulat. "Ini Mas yang bersihin? Yang menata rumah juga?"

Adimas mengangguk santai. "Sana taruh kopermu ke kamar. Saya sudah lapar." Adimas berlalu dari hadapan Jasmine dan meninggalkan koper perempuan itu di depan pintu kamar.

Sementara itu, Jasmine berjalan pelan memasuki kamarnya sambil menarik kopernya. Saat sudah di kamar ia pun memperhatikan kamarnya. Aroma vanila begitu menambah manis kesan kamarnya yang memang berwarna pastel. Seingat Jasmine, pengharum ruangannya belum sempat ia ganti saat ia pergi tiga hari lalu.

Seulas senyum tipis muncul di bibirnya. Apakah ini memang suaminya yang melakukannya? Namun, dalam rangka apa? Seingat Jasmine, Adimas tidak pernah menginjakkan kaki di kamarnya. Lagipula meskipun Adimas sering membersihkan rumah, kamar Jasmine adalah pengecualian.

Jasmine lalu segera menggantikan gamisnya dengan pakaian rumah. Rambut panjangnya ia kuncir kuda seperti biasa. Setelah itu, ia segera turun ke dapur menemui Adimas.

Sesampainya di sana, ternyata tidak ada Adimas di sana. Beberapa bahan masakan tampak berantakan, tanda seseorang sempat menyentuh sayuran dan aneka bumbu masakan tersebut.

"Tim saya sedang berusaha membujuk beberapa pedagang yang masih belum menyetujui tawaran kita. Jaga bicara anda."

Jasmine mengernyitkan dahi. Ia mendengar suara Adimas dengan amarah tertahan dari teras samping rumah. Karena penasaran akhirnya Jasmine melangkah pelan menuju teras samping.

Mata Jasmine menyipit menyadari Adimas memang berada di sana. Lelaki itu masih memakai apron kesayangannya. Rahang lelaki itu tampak mengetat. Sementara tangannya yang satu memegang ponsel, tangan yang lainnya sesekali memijit pelipisnya.

Jasmine yakin ada sesuatu yang mengganggu pikiran suaminya. Jasmine menghela napasnya. Merasa pembicaraan tersebut tidak ada sangkut paut dengan dirinya, Jasmine kemudian hendak pergi dari tempat itu.

"Maaf karena menunda makan siangmu." Suara itu membuat langkah Jasmine terhenti dan berbalik menghadap Adimas yang kini menatapnya dengan datar.

"Santai, Mas. Apa perlu kita order makanan saja? Aku punya beberapa rekomendasi restauran dengan menu rumahan. Enak kok."

Adimas menggeleng. Langkahnya begitu mantap menuju Jasmine berdiri.

"Saya tidak suka makanan dari luar. Beri waktu 10 menit, akan segera saya selesaikan masakannya." Lelaki itu langsung berjalan lagi menuju dapur. Sedangkan Jasmine menyusul di belakangnya.

Begitu sampai di dapur, Adimas segera mengambil alih memotong beberapa sayuran. Tangannya begitu sigap mengolah bahan masakan tersebut, sedangkan Jasmine hanya menatap itu dengan takjub.

"Mas..."

"Kenapa?" Tanpa menoleh kepada Jasmine.

"Kenapa enggak jadi chef saja? Mas bahkan sama handalnya dengan Adrian. Kalau ditekuni kayaknya bisa menghasilkan banyak duit tuh."

"Saya tidak tertarik."

Jasmine mengerucutkan bibirnya. Sungguh jawaban yang singkat. "Ngurus perusahaan itu bikin pusing ya, Mas? Aku yang hanya ngurusin kafe aja sering keteteran. Gimana Mas, ya? Pasti berisik banget kepalanya."

Adimas menatap Jasmine dengan tatapan intimidasinya. Tanpa senyum apalagi raut wajah bersahabat.

"Kamu mendengar pembicaran saya?"

Jasmine dengan cepat menggeleng, lalu mengangguk lagi. "Sedikit sih..." Tak lupa cengirannya membuat lesung pipinya muncul. "Eh tapi aku boleh kasih saran enggak?"

Adimas mengangguk, lalu kembali memasak. Tangan Adimas bergerak luwes mengaduk makanan. "Apa?" tanyanya kemudian, tanpa menoleh pada Jasmine.

"Kalau beberapa pedagang masih enggan, kita harus cari tahu apa kendalanya. Namun, aku yakin mereka menolak pasti karena tawaran dari perusahaan itu kurang menguntungkan mereka. Bayangin deh Mas, mereka kan disitu untuk cari nafkah. Tiba-tiba kalian datang mau menjadikan lahan jualan mereka untuk dibangun supermarket besar. Ya wajar sih kalau mereka menolak."

Adimas mematikan api kompor. Tangannya terlipat di depan dada. Matanya menatap Jasmine seolah meminta penjelasan lebih lanjut.

"Bagaimana kalau Mas datang langsung ke sana. Yaa nyamar jadi pembeli biasa aja. Kalau begitu kan Mas bisa melihat sendiri bagaimana kondisi mereka yang sebenarnya," usul Jasmine antusias.

"Saya tidak berbakat berinteraksi dengan mereka. Lupakan saranmu itu. Saya juga tidak bisa harus ke tempat seperti itu." Adimas hendak menghidupkan kembali kompor tersebut.

Namin, tangan Jasmine dengan cepat menahan pergerakan Adimas. "Kalau aku temani bagaimana? Mungkin aku bisa bantu."

Adimas terdiam. Terlihat sorot keraguan di matanya mengiyakan tawatan Jasmine.

"Aku sering kok belanja di pedagang kecil seperti itu. Jadi lumayan leluasalah kalau hanya interaksi dengan mereka. Bagaimana?" Jasmine menatap Adimas penuh harap. "Ayo dong, Mas. Siapa tahu aku beneran bisa bantu."

"Baiklah. Tapi kamu jangan menyusahkan saya."

Tawa Jasmine langsung pecah. "Iya enggak kok. Oh iya terima kasih ya, Mas."

"Untuk apa?"

"Semuanya lah."

"Dasar aneh!"

Tawa Jasmine kembali terdengar. Hati wanita itu begitu bahagia karena sekarang Adimas tidak menghindari dirinya lagi.

"Semoga perlahan kamu bisa menerimaku, Mas," monolog Jasmine di sela tawanya.

Tiba-tiba ponsel Adimas berdering membuat tawa Jasmine terhenti. Matanya menatap Adimas yang sedang sibuk melumuri cumi dengan tepung kering. Tangan lelaki itu sudah pasti kotor.

"Coba cek itu siapa." Adimas mengintruksi Jasmine cepat.

Jasmine mengangguk dan segera melihat nama yang terpampang di layar. Raut sumringah Jasmine langsung hilang saat menyadari siapa yang menelpon.

"Kenapa dia selalu ada di saat aku mau berduaan sama Mas Adimas, sih," batinnya mendumel kesal.

1
Bidan Sumari
ditunggu kelanjutannya nya kak
Jeng Ining
nah 1 tindakan lg Rindu yg ternyata bohongin kamu Dim, entah butuh bukti brp lagi utk kamu curiga bhw cerita Rindu ttg Jasmine jg adlh kebohongan semata
Bidan Sumari
segera up kakak
Cookies
sedih bgt JD Jasmine, make Jasmine happy thor
Edelweis Namira: Haruus
total 1 replies
Jeng Ining
hemmm.. kmren ga sempet terima tlp Rindu atw gimana ngerayu Rindunya nih.. kok sukses jalan² ke pasar berdua dg Jasmine🤔
Erni Zahra76
adimas x bkn banyu🤭 semangat thor💪💪
Edelweis Namira: Terima kasih koreksiannya kak
total 1 replies
Jeng Ining
terimakasih udh updte lg Kak, mdh²an cepet pulih jd bs rutin update kembali
Edelweis Namira: terima kasih utk doanya ya kak. terima kasih juga selalu setia dgn cerita ini
total 1 replies
Jeng Ining
krn tanpa mau kamu akui, sejatinya kamu udh tau sifat dn kelakuan keseharian Jasmine tdk seprti yg ada dlm cerita Rindu Dim, dengerin bisikan halus dr hatimu itu, selidiki atw cari cerita dr org laen selain Rindu dn Jasmine mdh²an kamu tau apa yg sebenernya terjadi di masa lampau
Cookies
lanjut thor
Dewi Meliasari
semangat kkk..moga cepat sembuh y☺️☺️☺️
Jeng Ining
mdh²an cepet pulih sehat kembal ya Kak, terimakasih sudah sempat update🙏
Edelweis Namira: Aamiin Terima kasih yaaa doanya
total 1 replies
Cookies
Syafakillah thor, ditunggu lanjutannya
Edelweis Namira: Aamiin..Makasih ya
total 1 replies
Jeng Ining
udh makin luluh makin jatuh hati si Adimas ini.. cm kepalanya masih tertutup kabut tipu muslihat si Rindu si polos lemah lembut itu😩
Cookies
lanjut thor
hasana
nyesek jadi jasmin
Safrudin Suekko
Up lagi kak
Nuraeny Prince's
adimas bego kok di piara
Edelweis Namira: Mata batinnya masih tertutup kayaknya
total 1 replies
aira imut
kok belum apdet apdet kak
Edelweis Namira: Udah yaaa. terima kasih kak. ditunggu feedbacknya yaah
total 1 replies
Jeng Ining
hati cemburu berat kepala gengsi ya bgtu... ga diajak ngomong jengkel setengah hidup giliran diajak ngomong tar kluar ketusnya😂😂😂🤭
Edelweis Namira: Bawaannya suudzon mulu sama orang dia mah
total 1 replies
hasana
nunggu adimas sadar
Edelweis Namira: Lama dia sadarnya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!