Khansa, seorang gadis kampung yang terlahir dari keluarga miskin, menjalin hubungan asmara dengan seorang pria dari keluarga kaya bernama Wandy...namun Khansa harus menelan pilihan pahit saat tau calom suaminya yang sudah beberapa tahun menjalin hubungan kandas..karena Wandy memilih menikah dengan wanita lain...Wandy dan keluarganya bersekongkol untuk membohongi Khansa dan keluarganya...Khansa merasa hancur dan memilih pergi menyendiri di tengah hutan....namun dalam kehancurannya diisi dengan kehadiran seseorang yang membalut lukanya dan mengubah hidup Khansa dari miskin menjadi orang terkaya di kampungnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mike Lovez, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34
Kembali ke rumah sakit...
Juragan Carlo dan anak buahnya akhirnya di ijinkan pulang oleh pihak rumah sakit..meskipun sebenarnya kondisi juragan Carlo seperti orang linglung dan ketakutan...bagaimana tidak, setiap hari Kara datang menakutinya...istri h istrinya pada bingung kenapa suami mereka seperti orang stres, kadang berteriak ketakutan...
Itulah efeknya menganggu istri raja jin, Kara murka pada juragan Carlo karena menganggu Khansa dan keluarganya...
"Dok, sebenarnya apa yang terjadi pada suami saya? Kenapa dia sering berteriak ketakutan..??" tanya salah satu istri Juragan Carlo.
"Maaf bu, kalau dari hasil pemeriksaan medis, pak Carlo sudah sembuh dan sudah di perbolehkan pulang..kami juga heran kenapa pak Carlo suka teriak seperti orang ketakutan.." ucap dokter...
Terpaksa juragan Carlo di bawa pulang kerumah dan akan di rawat oleh para istrinya..meskipun kondisinya yang suka melamun dan tiba-tiba berteriak ketakutan membuat juragan Carlo terlihat kurang tidur.
🏵🏵
Senyum merekah di wajah Khansa dan keluarganya, bagaimana tidak. Hari ini rumah Khansa mulai di bagun oleh tukang, kang Gani dan dua orang anak buahnya yang suka membantunya...Khansa, ibu dan kedua adik kembarnya terlihat sangat sibuk memindahkan barang-barangnya karena tenda tempat teduh mereka di bongkar, karena Khansa membangun rumah lumayan besar...rencana mereka akan membangun kembali tenda di sebelah bangunan untuk sementara waktu...
"Ibu, kalau tenda ini di bongkar terus malam kita tidur dimana...??" tanya Chana gadis cantik itu terlihat khawatir.
"Nanti lah kita pikirkan nak" ucap bu Tika.
Nanti malam tidur di rumah saya saja, bu Tika sama anak-anak. Tidak apa-apa kok!!" ucap bu Hilda menyarankan, meskipun terkadang mulutnya suka berkoar-koar dan tidak bisa di saring kata-katanya kalau bicara. Tapi dialah satu-satunya tetangga yang masih memiliki hati untuk keluarga Khansa..
"Terima kasih, bu. Tapi sama kang Gani sudah di buatin tenda untuk tidur sementara waktu.." tolak bu Tika secara halus.
"Oh, yaudah nggak apa-apa. Kalau kayak gini kan enak memandangnya, rumah saya bagus, rumah kamu juga bagus. Eh, Tika mendingan nikahkan aja Khansa sama orang kota itu aku rasa dia punya perasaan sama Khansa, kalau tidak mana ada orang mau membantu dengan modal sebanyak ini...Dia juga sangat tampan." kata bu Hilda
"Aduh, bu. Sudah di tolong seperti ini aja sudah bersyukur. Saya nggak berani meminta lebih aku rasa dengan bangun rumah dan beli lahan sudah lebih dari cukup.." Jawab bu Tika sadar diri.
Bu Hilda hanya menanggapi dengan tawa, melihat kuarga Khansa ada perubahan ia turut merasa senang. Bedah dengan tetangga-tetangga yang lain yang merasa iri dengan keberuntungan Khansa...
Melihat bu Hilda ngobrol dengan bu Tika panas hati para tetangga yang lain.
"Eh, lihat deh, si Hilda cari muka, apa sih untungnya? dekat dengan keluarga Tika takutnya miskinnya menular lagi ke kita..." kesal Isma..
"Halah, Hilda bukan kayak kau, Isma. Biasanya juga dia yang sering bantu keluarga Khansa kok" ucap Tari." bukan cari muka, tapi dia memang baik meskipun mulutnya suka ember sana sini dari pada kau, benci sama orang yang nggak tahu salahnya apa" imbuhnya membuat Isma terdiam..
"Keluarga Khansa nggak pernah mengusik kamu Isma? Kenapa kamu begitu membencinya...? Padahal rumah kalian juga berhadapan!!"
"Suka-suka ku dong mau berteman dengan siapa!!" ucap Isma kesal karena sering kali ia di serang oleh ibu-ibu yang masih punya hati membela Khansa dan keluarganya..
Padahal keluarga Khansa tidak pernah mengusik keluarga mereka, tapi entah kenapa Isma suka sekali menghina mereka terlihat jelas sekali dia sangat membenci keluarga Khansa. Mau siapapun yang membicarakan keluarganya, Khansa hanya diam saja.
Wanita ini memandang langit yang sedikit teduh dan awan menutupi matahari sehingga adem, entah kenapa hanya kawasan dekat rumah Khansa aja yang terlihat teduh hingga membuat para pekerja bagunan terlihat bersemangat..
"Kara bukan manusia tapi dia membuatku sampai sejauh ini, aku tahu perbuatanku ini sudah melewati kodrat Tuhan, tapi aku tidak tahu kenapa segampang itu aku menerima tawaran dari Kara..!!" ucap Khansa dalam hati." Yang sesungguhnya manusia hanya bisa menghina tanpa berniat untuk mengulurkan tangannya. Apa salah aku mencintai Kara meskipun alam kami berbeda?"
Untuk beberapa saat Khansa duduk termenung di bawa pohon jati yang ada di depan rumahnya. Baru beberapa hari ia tidak bertemu dengan suami tak kasat matanya itu membuat Khansa sudah rindu...setiap malam Khansa selalu di jemput oleh Kara kalau tidak Poppy yang mengantarkan Khansa ke istana...
"Ratu, maaf jika saya lancang tapi mungkin beberapa waktu kedepan tuan raja tidak datang menemui ratu" kata Poppy sambil ikut duduk di samping Khansa dan hanya Khansa yang tahu.
Khansa menoleh dan menatap Poppy yang duduk di sampingnya..
"Apakah suamiku sudah tidak mencintaiku lagi Poppy hingga ia tidak datang menemui ku??" tanya Khansa dengan mata berkaca-kaca.
"Bukan begitu ratu, tuan raja tidak datang menemui ratu bukan karena itu. Tapi karena tuan raja harus pergi bertapa untuk memulihkan kekuatannya, jika di alam jin sebagai seorang raja harus punya kekuatan yang sangat kuat biar bisa melawan musuh.." jelas Poppy, Khansa hanya mengangguk saja..
"Kara, aku Rindu, kapan kamu kembali cepat datang menemuinyaku..." ucapnya pelan pada angin yang berhembus dan mengenai wajahnya...
"Tika...Khansa keluar kalian..." teriak seseorang dari luar.
Baru saja Khansa menikmati ketenangan sesaat, dari arah luar terdengar suara gaduh sepetti orang yang sedang beradu mulut. Khansa membuang nafas kasar saat ia melihat Guntur dan Salwa sedang beradu mulut dengan bu Tika.
"Cuiii...miskin ya miskin aja nggak usah pake bangun rumah segala deh..." kata Salwa.
Ngapain berbuat keributan disini? Nggak cape bi, sama paman mengurus hidup kami?" tanya Khansa yang masih sabar." Apa yang salah dengan kalian? Perasaan kami tidak pernah mengusik keluarga kalian, apalagi sampai meminta bantuan, kenapa kalian selalu mengusik ketenangan kami?"
"Sopan kamu ngomong seperti itu sama paman dan bibi kamu??" bentak Salwa.
"Paman dan bibi yang mana ya maksud anda...perasaan kami nggak punya paman dan bibi yang begitu licik dan kejam seperti kalian. Ngaca dong, kalian aja nggak sopan datang-datang menghina keluarga kami. Iri bilang bos, makanya kalau punya hati itu di cuci dengan tanah kubur biar langsung masuk liangnya...Jika kalian ingin di hargai, harga dulu orang lain lagian kalian siapa jadi harus kami hormati..!!" ucap Arumi yang merasa jengkel.
"Halah, baru bisa bangun rumah kecil aja sudah sombong tujuh turunan, bisanya juga tinggal di tenda busuk dan tidur meringkuk di tanah...jangan kalian berpikir bisa menyaingi kita yang sudah kaya dari sananya..."hina Guntur.
"Itulah kenapa di rumah itu harus ada cermin biar bisa ngaca, nyadar diri dong kekayaan itu hasil rampok aja bangga" ucap Chana membuat wajah Guntur memerah menahan malu dan amarah..
"Beruntung banget Nova nikah sama Wandy, anaknya tampan dan baik eh kaya pula. Kasihan deh ada yang berkhayal jadi mantunya bu Farda, tapi akhirnya di tendang juga.." singgung pak Guntur.
"Setidaknya aku tidak mencuri jodoh orang, dan satu lagi jangan karena seorang laki-laki aku sampai pergi kedukun untuk menguna-gunai orang...miris kali ya, aku nggak kebayang jika sampai mas Wandy tahu istrinya dan mertuanya sudah main dukung gimana reaksinya ya...apa dia nggak langsung kenalan istrinya...??" sahut Khansa yang tidak mau kalah.
"Heh, siapa yang kamu bilang pencuri dan pergi ke dukun..?" bentak Salwa yang tidak terima.
"Hahaha orang gila ngamuk..." ledek Arumi..
"Aduh bu Salwa, pak Guntur. Lebih baik kalian pergi aja, mengganggu yang sedang bekerja...lagian Khansa dan bu Tika tidak pernah mengusik kehidupan pak Guntur sama bu Salwa deh.." kesal kang Gani dan di benarkan karyawannya..
"Iya nih, bu Salwa sama pak Guntur kayak kurang kerjaan aja.."
"Eh, kang Gani, hatihati takutnya nggak bayar.." kata pak Guntur..
"Hahaha...justru kami ini sudah di bayar dengan lunas pak, kamu hanya bekerja saja..bahkan Khansa melebihi uang pembayaran kami emang situ nggak bayar karyawan padahal sudah membabat tanahnya, katanya orang kaya tapi bayar karyawan aja tidak bisa gimana sih pak Guntur" ucap Kang Gani membuat Guntur menunduk kepala karena malu.
"Kalau tidak mau bantu, setidaknya jangan bikin rusuh. Kelihatan iri dengki nya.." kata bu Tari sambil tertawa.
"Awas kau ya Khansa..!!" bentak Salwa
Salwa dan Guntur merasa malu, mereka pergi begitu saja dari rumah Khansa. Entah apa tujuan mereka datang, yang jelas ingin melihat dan menghina saja...
Bersambung...
Jahat Bangat.😡😡😡