Di dunia kultivasi, Lin Chen, seorang pemuda dari Desa Hutan Bambu yang dianggap cacat karena tidak memiliki Dantian, menemukan sebuah kristal misterius di danau dekat rumahnya. Kristal itu menyatu dengan mata kanannya, memberinya kekuatan Mata Dewa—artefak ciptaan Sang Maha Pencipta yang mampu mengendalikan sembilan hukum di alam semesta.
Dengan kekuatan barunya, Lin Chen perlahan bangkit dari posisi terendah menuju puncak kekuasaan, menjadi sosok yang berpengaruh besar dalam menjaga keseimbangan alam semesta.
Namun, warisan ini membawa tanggung jawab besar, menempatkannya di tengah takdir yang akan mengubah dunia, juga dirinya, selamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34. Dominasi Mata Dewa.
Bab 34. Dominasi Mata Dewa.
Saat seorang pemuda yang sangat angkuh dan arogan mengatakan hal itu, suasana seketika menjadi sedikit riuh. Beberapa orang mulai berbisik-bisik, tersenyum mengejek, dan menatap Lin Chen serta dua anak kecil yang bersamanya dengan sorot mata merendahkan.
Ya, sebagian besar dari mereka setuju dengan apa yang dikatakan oleh pemuda bangsawan tersebut. Mereka memang cukup terganggu dengan keberadaan Lin Chen, yang pakaiannya biasa-biasa saja, bahkan terkesan jauh dari kata mewah. Yang lebih tak tertahankan lagi, ia bersama dengan dua orang yang benar-benar lusuh dan terlihat seperti pengemis.
Hal ini membuat mereka merasa tidak puas dengan pelayanan di rumah makan ini. Namun, mereka tidak ingin menimbulkan keributan besar karena mereka tahu bahwa pemilik rumah makan ini adalah sosok yang tidak bisa mereka singgung begitu saja.
Faktanya, rumah makan ini dimiliki oleh salah satu klan yang sangat berpengaruh di Kota Tianlu. Karena itu, mereka memilih untuk menahan diri dan tidak mengungkapkan ketidakpuasan mereka, sebab mereka sendiri tidak memiliki latar belakang yang cukup kuat.
Akan tetapi, berbeda dengan pemuda yang baru saja masuk. Dia memiliki latar belakang yang besar dan merupakan murid dari salah satu sekte berpengaruh selain Sekte Pedang Surgawi, yaitu Sekte Api Nirwana. Namanya Wang Kang, tuan muda pertama dari klan Wang, yang telah mencapai ranah Pengumpulan Qi level 7 tahap puncak di usia 16 tahun. Di Kota Tianlu, seseorang yang di usia 16 tahun sudah mencapai tingkat setinggi itu bisa disebut sebagai seorang jenius berbakat.
Di sisi lain, mata Lin Chen menatap tajam ke arah pemuda yang sedang berbicara. Ia tahu bahwa pemuda itu sedang menghina dirinya dan juga dua adik barunya.
Menarik napas dalam-dalam, ia berusaha menahan emosi yang menyelimuti hatinya. Namun, itu bukan berarti ia akan diam saja dihina oleh pemuda angkuh dan sombong itu. Bagaimanapun, sebagai seseorang yang mewarisi Mata Dewa, Lin Chen memiliki harga diri yang sangat tinggi. Ia bukan orang yang sombong, tetapi ia juga tidak akan tinggal diam jika ada yang merendahkannya.
Dengan nada seperti sebuah keluhan, ia berkata,
"Aku rasa ini masih pagi, tapi kenapa sudah ada gonggongan anjing liar di sini? Apakah pelayan di rumah makan ini tidak bisa membedakan antara hewan dan manusia?"
Begitu kata-kata itu terlontar, suasana yang tadinya riuh seketika menjadi sunyi. Semua orang terpaku dengan mata terbelalak, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar.
Bahkan, suara jarum jatuh pun bisa terdengar nyaring. Ucapan Lin Chen memang tidak keras, tetapi cukup jelas untuk didengar oleh semua orang di lantai dua.
Mendengar kata-kata pemuda yang telah direndahkannya, Wang Kang membeku. Detik berikutnya, wajahnya berubah merah padam, dan niat membunuh yang luar biasa melintas di matanya, seolah siap meledak kapan saja.
"Berani-beraninya bajingan ini menghina aku di depan banyak orang! Apakah dia mencari kematian?"
Begitulah suara batin Wang Kang yang bergemuruh hebat.
Di antara kerumunan, orang-orang mulai berbisik-bisik.
"Gila! Pemuda itu benar-benar berani menghina Tuan Muda Wang Kang dari klan Wang, yang merupakan jenius dari Sekte Api Nirwana."
"Ya, kau benar," kata orang di sebelahnya menimpali. Kemudian, dia melanjutkan,
"Tuan Muda Wang Kang ini terkenal sangat kejam. Beberapa minggu yang lalu, ada seseorang yang sempat membalas ucapannya karena tersinggung dengan kata-kata Wang Kang yang kasar. Tetapi dengan satu lambaian tangan, pengawalnya langsung menghancurkan kepalanya di tempat."
"Ya, kalau benar begitu, nampaknya kali ini akan ada tontonan yang menarik. Pemuda itu dalam masalah besar. Jika tidak memiliki pendukung, mungkin dia benar-benar akan mati kali ini," ucap yang lainnya.
Kerumunan itu terus berbisik-bisik, tetapi di sisi lain, Lin Chen yang mendengar semua itu tetap bersikap acuh tak acuh, namun dia juga sedikit waspada dengan keberadaan sosok yang bersama dengan Wang Kang.
Dengan Mata Dewa, Lin Chen dapat melihat dengan jelas basis kultivasi pengawal Wang Kang.
Pembangunan Inti Level 1 – Tahap Puncak.
Di dunia kultivasi, kekuatan ini bukanlah sesuatu yang bisa diremehkan. Seseorang yang mencapai tahap ini sudah berada di puncak ranah menengah, jauh melampaui banyak kultivator biasa. Dengan kekuatan seperti itu, secara logika, Lin Chen tidak seharusnya bisa menang dengan mudah.
Namun, kenapa dia tidak takut?
Dia memang waspada, tetapi sama sekali tidak merasa gentar.
Karena dia adalah Pewaris Mata Dewa.
Keberadaan yang tidak bisa dibandingkan dengan siapapun.
Meskipun saat ini kekuatannya masih rendah, dirinya tidak akan pernah tunduk pada siapa pun.
Selain itu, dia memiliki Zirah Sutra Emas yang memberinya perlindungan luar biasa. Jika bertarung dengan gigih, meski terluka, dia yakin tidak akan mati begitu saja.
Namun, yang lebih penting dari itu semua bukanlah masalah menang atau kalah.
Martabatnya.
Sebagai Pewaris Mata Dewa, dia tidak akan membiarkan siapa pun meremehkannya.
Tidak peduli siapa lawannya. Tidak peduli seberapa tinggi basis kultivasinya.
Dia tidak akan membiarkan harga dirinya diinjak.
Sejak Mata Dewa memberinya harapan, sejak keberadaannya berubah dari seseorang tanpa masa depan menjadi calon penguasa tertinggi, dia telah bersumpah pada dirinya sendiri.
Bahwa mulai saat itu dia tidak akan mempermalukan statusnya sebagai Pemilik Mata Dewa.
Dia akan berjuang mati-matian. Bukan hanya untuk bertahan hidup, tetapi untuk membuktikan bahwa takdirnya bukanlah untuk menjadi pecundang—melainkan untuk mendominasi semesta!
Tiba-tiba, suara Lin Xiao-Xiao menggema dari dalam Kristal Ilahi.
"Selamat, Tuan. Anda telah membangkitkan kemampuan tersembunyi dari Mata Dewa yaitu Dominasi Mata Dewa. "
"Kesadaran tinggi Tuan sebagai pemilik Mata Dewa, yang tidak membiarkan harga diri dan statusnya dihina oleh siapa pun, telah membangkitkan kemampuan yang sebelumnya tersegel. Dengan kekuatan ini, Tuan dapat menekan siapa pun dan menghancurkannya menjadi abu dalam sekejap."
"Kemampuan ini memiliki batasan, yaitu dapat mempengaruhi target hingga satu alam penuh di atas ranah Tuan sendiri, sembilan level lebih tinggi dari ranah Tuan saat ini."
"Setiap kali Tuan meningkat satu ranah, kekuatan Dominasi Mata Dewa juga akan bertambah, memungkinkan Tuan untuk menekan dan menghancurkan target yang berada satu alam penuh lebih tinggi dari tingkatan Tuan saat itu."
Mendengar itu, Lin Chen terkejut, tetapi matanya segera berbinar penuh kebahagiaan. Masalahnya tiba-tiba terpecahkan dan itu membuatnya sangat senang hingga sulit mengungkapkannya dengan kata kata. Pelindung Wang Kang bukan lagi menjadi ancaman yang berarti.
Di saat yang sama dia tidak menyangka bahwa Mata Dewa memiliki kemampuan tersembunyi yang begitu luar biasa. Bukankah ini berarti... semakin dia bertambah kuat, maka Dominasi Mata Dewa juga akan semakin mengerikan?
Mau tak mau, sekali lagi Lin Chen merasa bersyukur atas keberadaan Mata Dewa ini. Keberadaannya benar-benar mengubah takdirnya,dari seseorang yang semula tanpa harapan untuk berkultivasi, kini menjadi seorang jenius tak tertandingi.
Dia bisa berdiri di puncak dunia.
Bahkan, jika terus berkembang, bukan mustahil baginya untuk mendominasi seluruh alam semesta.
Dalam sekejap mata dia merasakan ada sesuatu yang berubah dalam dirinya.
Saat itu, Mata Dewa di dalam Kristal Ilahi tiba-tiba bersinar dengan cahaya yang begitu terang, jauh lebih terang dari sebelumnya. Delapan rantai yang mengikatnya juga bergemuruh dengan hebat, seolah-olah dunia sedang berguncang, menandakan kebangkitan kekuatan luar biasa yang terpendam.
Tanpa peringatan, Mata Dewa langsung menyemburkan sebuah kekuatan yang begitu dahsyat dan langsung memasuki tubuh Lin Chen.
Kekuatan itu bukan untuk membantunya menerobos ranah, melainkan untuk memperkuat jiwa dan keberadaannya secara keseluruhan. Dalam sekejap, kekuatan jiwanya meningkat berkali-kali lipat, melampaui batas yang bisa dipahami oleh manusia biasa.
Di saat yang bersamaan, aura ilahi yang luar biasa mengalir keluar dari tubuhnya, seolah membasuh jiwanya dan menyucikan segala aura negatif yang pernah ada di dalamnya.
Aura itu terasa begitu murni, begitu tinggi, dan begitu agung. Lin Chen bisa merasakannya dengan sangat jelas, seolah seluruh alam semesta sedang mengakui keberadaannya.
Tubuhnya dipenuhi dengan aura yang begitu kuat, seolah mengubahnya menjadi sosok yang sangat tinggi dan di takdirkan untuk berada di puncak dunia. Kemampuan Dominasi Mata Dewa telah menyatu dengan dirinya.
...◦~●❃●~◦...
Kembali Ke Cerita.
Wang Kang saat ini dipenuhi amarah yang membara. Namun, bagi seseorang dari klan terhormat seperti dirinya, turun tangan langsung untuk membunuh hanyalah tindakan yang memalukan. Tatapan tajamnya beralih pada sosok pria paruh baya yang berdiri di sisinya—seseorang yang telah menemaninya sejak kecil, melindunginya dalam setiap bahaya, dan mengukuhkan kedudukannya sebagai jenius tak tertandingi di Kota Tianlu.
Dialah Wang Tian, atau lebih dikenal dengan julukan "Tangan Kematian."
Setiap kali dia bergerak, musuhnya akan mati tanpa sempat menyadari bagaimana mereka kehilangan nyawa. Namanya mengguncang dunia bawah Kota Tianlu, dan kesetiaannya yang tak tergoyahkan membuat Klan Wang memberinya marga Wang sebagai bentuk penghargaan.
Wang Kang menatapnya dengan dingin. "Paman Wang, kau tahu apa yang harus dilakukan."
Suaranya tenang, tetapi penuh dengan kebencian yang membara. "Bunuh dia. Cincang setiap bagian tubuhnya dan berikan pada anjing."
Wang Tian mengangguk. Tanpa ragu, dia melangkah maju, auranya yang mengerikan mulai melonjak. Udara di sekitar mereka seolah menegang, seperti ada sesuatu yang menekan ruang itu dengan kekuatan tak terlihat.
Namun, di sisi lain, Lin Chen hanya berdiri diam. Matanya menatap Wang Kang dan Wang Tian dengan ekspresi dingin, seakan sedang melihat dua makhluk kecil yang tak layak untuk diperhatikan.
Saat itu, niat membunuh dalam dirinya melonjak.
"Kau ingin membunuhku?"
Suara Lin Chen terdengar pelan, tetapi penuh ketenangan yang membuat bulu kuduk meremang.
Dalam hati dia bergumam,
"DOMINASI MATA DEWA."
"WUSH!"
Dalam sekejap, kekuatan yang sangat menakutkan meledak dari tubuh Lin Chen. Itu bukan sekadar tekanan biasa, melainkan aura absolut—sebuah keberadaan yang seolah menempatkan dirinya sebagai penguasa atas kehidupan dan kematian.
Udara bergetar, lantai retak, dan seluruh ruangan seakan terselimuti oleh kekuatan yang bahkan lebih menakutkan daripada neraka itu sendiri.
Semua orang hanya merasakan tekanan gravitasi yang begitu berat membuat mereka sesak napas dalam sekejap mata.
Wang Tian, si "Tangan Kematian," membeku di tempat.
Mata pria paruh baya itu membelalak, napasnya tercekat. Tekanan yang dahsyat mengunci dirinya. Darah dalam tubuhnya terasa seperti membeku. Jantungnya berdebar begitu cepat, tetapi tubuhnya tidak bisa bergerak sedikit pun.
Tekanan itu menembus jiwanya.
"Apa ini...?" pikir Wang Tian dalam ketakutan yang belum pernah dia rasakan sepanjang hidupnya.
Dia ingin berbicara, tetapi suaranya tersangkut di tenggorokan.
Dia ingin bergerak, tetapi otot-ototnya menolak untuk merespons.
Dia ingin melawan... tetapi sesuatu dalam pikirannya berbisik bahwa perlawanan hanyalah sebuah kesia-siaan.
Detik berikutnya—
"DUAR!"
Tubuh Wang Tian meledak dalam sekejap!
Tidak ada jeritan. Tidak ada perlawanan. Hanya kabut darah yang tersisa, menyebar di udara seperti abu yang tertiup angin.
Semuanya terjadi begitu cepat hingga bahkan Wang Kang, yang berdiri tepat di sampingnya, tidak sempat berkedip.
Lin Chen tetap berdiri diam, matanya masih dipenuhi dengan aura yang membuat siapapun merinding.
Dia baru saja menghapus keberadaan Wang Tian dengan satu tatapan.
Dan di saat itulah, seluruh ruangan tenggelam dalam keheningan yang mencekam.