NovelToon NovelToon
BADGIRL KESAYANGAN PUTRA MAFIA

BADGIRL KESAYANGAN PUTRA MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Mafia / Percintaan Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Roman-Angst Mafia
Popularitas:48.1k
Nilai: 5
Nama Author: Olafelsah

Carlista Daniella Hilson, gadis cantik dan barbar yang tak takut dengan peraturan. Selalu berbuat ulah hingga mendapat julukan Queen of Badgirl.
Hidup Carlista berubah 180 derajat, ketika Antariksa High School kedatangan murid baru bernama Marvel James Ferioz---keturunan Mafia terkenal asal Amerika Serikat.
Marvel yang berusaha masuk ke dalam hidup Carlista sekaligus mengklaim dirinya sebagai miliknya. Tak peduli dengan penolakan yang Carlista lakukan, ia terus dengan gencar menaklukan hati dari gadis kesayangannya itu.
Siapa Marvel sebenarnya?
Dan, untuk apa Marvel mengklaim Carlista sebagai miliknya?
.
.
"Gue akan berusaha untuk terus membuat masalah supaya lo bosen dan pergi ninggalin gue." ujar Carlista dengan mengancam serius.
"Silahkan saja, jika kamu ingin selalu mendapat hukuman dari aku, Baby." bisik Marvel tepat di telinga Carlista.
Cup
Carlista membolakan kedua matanya. Pasalnya, Marvel baru saja mencuri satu kecup

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Olafelsah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34 / Annoying Day

Berlin, Jerman

Seorang gadis cantik dengan surai rambut panjang hitam itu, terus berjalan dengan kemeja pink tanpa kancing dan tanktop crop hitam tali spageti serta hotpants hitam yang bahkan tenggelam dibalik kemeja warna pink itu. Wajahnya yang cantik dengan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya.

Terus berjalan menyusuri mansion megah dan mewah itu. Mansion yang bergaya American klasik itu, diisi oleh puluhan bodyguard dan juga puluhan para maid yang memakai seragam khas ART di sana. Banyak yang memberi hormat pada kedatangan gadis cantik itu.

Dengan senyuman singkat ia membalas semuanya. Langkahnya mulai beranjak menaiki satu persatu anak tangga yang dilapisi emas itu. Pandangannya yang datar dan minim ekspresi membuatnya terlihat angkuh dan sedikit---cool.

Membuka pintu dengan perlahan, kedua kaki itu melangkah masuk tanpa permisi. Duduk di kursi putar depan meja kaca itu di mana terdapat seorang lelaki paruh baya yang juga tengah duduk berhadapan dengannya saat ini dan tatapan yang cukup mengintimidasi.

Gadis itu melipat kedua tangannya di depan dada, membuka kacamata dan menaruhnya di atas kepalanya. "Kapan Daddy kembali ke sini? Mengapa kau tidak memberitahu jika kau sudah kembali ke sini?"

Baru datang saja, dirinya sudah mencecar pertanyaan-pertanyaan yang cukup tidak berbobot untuk lelaki paruh baya itu. Lihat saja, raut wajah itu sangat tidak bersahabat untuk gadis cantik itu.

"Setidaknya... aku bisa menumpang lewat private jet milikmu," sambung gadis itu terdengar chill abis.

Lelaki paruh baya itu mendengus malas. Berbicara dengan gadis cantik itu, hanya akan membuatnya naik darah. "Daddy sengaja memanggilmu ke sini. Bagaimana sekolah barumu itu? Are you happy?"

Tersenyum miring tipis nyaris tak terlihat. "Sebenarnya untuk apa kau menyuruhku bersekolah lagi, Dad? Umurku saja lebih tua 2 tahun dari mereka. Kau malah menyuruhku untuk berdandan ala murid SMA," dengusnya diakhir kalimat.

Lelaki tersebut justru terkekeh kecil mendengar penuturan gadis berusia 20 tahun itu. "Maafkan Daddy, sebelumnya. Tetapi, bukankah kau senang bisa menemuinya kembali, hm?"

"Ck, lupakan soal itu," sela gadis itu. "Untuk apa kau menyuruhku menyamar sebagai murid di sana?"

"Turuti saja perintahku. Nanti kau akan tahu jawabannya," balasnya datar.

"Jadi kau menelfonku dan menyuruhku datang ke sini, hanya untuk menanyakan pengalamanku bersekolah di tempat itu?!" cecar gadis itu dengan nada tidak suka.

"Apa informasi yang kau dapat selama di sana?" tanya lelaki itu dengan serius. Mengabaikan pertanyaan dari gadis cantik itu.

"Nothing."

Mendengus, lelaki paruh baya itu mengepalkan kedua tangannya di atas meja. Menahan amarah dan juga emosi yang berada di dalam dadanya.

"Kau seorang Mafia, bukankah akan lebih mudah untuk menggali suatu informasi yang kau inginkan?" ujar gadis cantik itu dengan santainya memainkan kacamata gaya itu.

"Pergilah! Kau tidak membantu sama sekali," usir lelaki itu dengan membuang wajahnya ke arah lain.

"Yasudah, aku pergi sekarang!" gadis itu bangkit dan berjalan santai menuju pintu ruangan itu. Membuka pintu dan menutupnya dengan kencang.

BRAKK!

"Anak itu sama saja. Tidak berguna," umpat lelaki tua itu.

●●●

Carlista sudah bersiap dengan seragam AHS itu. Terlihat seperti biasa sebenarnya, tak ada yang spesial dari seragamnya itu. Tenang saja, ia tak akan melakukan hal yang konyol lagi selama Marvel tak ada. Toh, tak ada gunanya untuknya melakukan aksi protes.

Menyandang tas hitam di pundak kiri dan meraih kunci mobil Ferrari merah, dirinya sudah bersiap untuk turun ke bawah. Membuka pintu dengan gerakkan perlahan, namun tak lama, ia dikejutkan dengan dering ponsel di balik tas hitam itu. Sehingga, ia sedikit mengurungkan niatnya membuka pintu.

Membuka restleting tasnya, entah siapa yang telah menelfonnya pagi buta seperti ini.

My Marvel is calling...

"Astoge... masih pagi ngapain nelfon sih?!" desah Carlista memutar bola matanya malas.

Mendial nomor tersebut, handphone lipat itu diletakkan di telinganya. Menunggu si pemilik nomor membuka obrolan.

Satu detik... dua detik... tiga detik...

Tak ada tanda-tanda Marvel akan bersuara. Carlista mendengus dan membuang nafasnya kasar. Ingin sekali melempar handphone lipat itu ke sembarang arah. "Oke, gue tutup telfonnya sekarang---"

"Eits, jangan dulu, sayang. Aku kan lagi kangen sama kamu," ujar Marvel dengan cepat.

Carlista mendengus. "Kemarin ketemu. Masa iya lo udah kangen sama gue,"

"Ya---namanya juga kangen, bisa datang kapan aja," ujar Marvel dengan santai. "Aku alihkan jadi video call, Carl. Kamu sekarang jauhin handphone kamu dari telinga," sambungnya.

Carlista mengikuti intruksi yang Marvel berikan, meski sedikit malas meladeni kekasihnya yang bucin akut itu. Sambil membuka pintu kamarnya, ia berjalan keluar dengan layar handphone yang setia menyala di hadapannya saat ini. Menampakkan wajah tampan yang terlihat sangat rapih dengan balutan jaket kulit hitam.

"Jangan nakal kalo gak ada aku. Nanti kalo aku dapat laporan dari asisten pribadi aku, kalo kamu buat ulah di sekolah, aku bakal hukum kamu nanti." seru Marvel dengan nada sedikit mengancam.

Carlista lagi-lagi mendengus malas. Sambil menuruni satu persatu anak tangga, dirinya terus dibuat pusing dengan kelakuan Marvel yang sudah membucin tak tertolong lagi. "Hm... iya, iya," ujarnya dengan malas. "Ngancem terus bisanya," gerutunya yang ternyata didengar oleh Marvel.

"Itu bukannya ngancem sayang. Tapi karena aku sayang sama kamu. Aku gak mau kamu sampe buat masalah selagi gak ada aku,"

Carlista mengangguk-anggukan kepalanya. Menanggapi perkataan lelaki tampan itu dengan deheman pelan. "Hmmm... "

"Aku bakal rindu banget sih, sama kamu," celetuk Marvel dengan tatapan sendu.

"Lebay. Dahlah, gue tutup ya. Gue mau pergi sekolah dulu. Bye!"

Carlista menutup hanphone itu tanpa mematikan panggilan video call tersebut. Memasukkannya ke saku blazernya dan membuka pintu utama mansion. Saat ia mengangkat pandangannya lurus ke depan, dirinya dibuat shock bukan main dengan kedatangan para manusia berbaju hitam.

Dan ada juga lelaki berusia sekitar 28 tahun lengkap dengan setelan jas hitam dan dasi hitam serta kacamata hitam anti radiasi di hidung mancung itu. Terlihat cukup menarik dan---tampan. Mungkinkah itu...

"Selamat pagi Nona Carlista. Perkenalkan, saya Sam. Asisten pribadi Tuan Marvel Ferioz. Saya dan keempat bodyguard Ferioz yang akan mengawal anda selama perjalanan menuju Antariksa High School."

Sam Edward

Lelaki tinggi, putih, dan berbadan sispack itu adalah asisten pribadi Marvel, yang ditugaskan untuk mengawal Carlista selama Marvel tak ada di sampingnya. Bukan hanya dirinya, tetapi ada juga empat bodyguard yang ditugaskan untuk mengawal dirinya sampai ke AHS.

Kedua mata Carlista seketika membola sempurna. Seperti terkena serangan jantung dadakan, dirinya dibuat shock bukan main.

Drrtt... drrtt...

Carlista meraih handphone miliknya lalu membuka pesan itu.

My Marvel

Kamu jangan bawa mobil sendiri. Selama gak ada aku, ada Sam yang akan menjadi supir pribadi kamu. Dan ada juga empat bodyguard yang akan ikut mengawal kamu pagi ini

Inget! Jangan nakal. Apalagi membantah perintah aku. Hukuman masih berlaku dan sedang menantimu, sayang...

Love you, Ita sayang

Carlista membuang nafasnya kasar dan menghentak-hentakkan kedua kakinya dengan perasaan dongkol. Wajah ditekuk 12 lipatan dan sangat tidak bersahabat. Sungguh, menyebalkan kekasihnya itu. Ada ataupun tidak adanya Marvel, Carlista tetap merasa dongkol.

"Mari, Nona, saya yang akan menjadi supir pribadi anda selama 3 hari ke depan," ujar Sam dengan datar.

Aaarrrgghh! Dasar pacar gak ada akhlak! Gak bisa kalo gak bikin gue menderita,

Carlista menggerutu di dalam hatinya. Bisa-bisanya Marvel membuat hari-harinya menjadi menyebalkan seperti sekarang ini. Ia pikir ia akan bebas dari Marvel yang terkadang mengganggu dan mesum stadium akhir. Tak taunya, sama saja.

Ada atau tidak adanya Marvel di sampingnya, sama saja menyebalkan!

●●●

Dengan perasaan yang masih dongkol, Carlista berjalan dari arah parkiran menuju gedung utama AHS, sembari menghentak-hentakkan kedua kakinya dan sesekali juga ia menendang benda-benda kecil seperti batu kerikil dan juga terkadang menendang angin.

Ya, agak absurd memang si cantik satu ini. Jika orang lain akan menggalau ketika ditinggal sang kekasih pergi atau LDR. Carlista malah menggalau lantaran pergerakkannya yang tak bisa bebas seperti dulu, saat belum kedatangan Marvel dalam hidupnya.

Membolos di saat jam pelajaran, tidur di UKS bersama ketiga temannya, datang ke sirkuit untuk menonton balapan, bahkan tak jarang mereka datang dan menghabiskan waktu malam di club. Ya, itu kegiatan Carlista saat Marvel belum datang dalam hidupnya.

Tetapi, semua itu seakan hanya tinggal cerita. Kenyataannya, setelah Marvel datang dan mengklaim dirinya sebagai kekasihnya, sedikit demi sedikit, Carlista memiliki perubahan. Jarang terkena hukuman dan panggilan dari guru. Ya, Marvel membawa dampak positif dalam hidupnya.

"Anda tidak memiliki pekerjaan lain kah, selain mengintili saya terus dari tadi?" ujar Carlista dengan jengah.

Sam menggeleng samar. Masih dalam posisi yang sama, berada di sekitar Carlista dengan jarak kurang lebih 2 meter. "Tidak, Nona. Tugas saya hanya mengawal Nona selama Tuan Muda berada di Belanda." jelasnya dengan tegas.

Carlista mendengus malas. Mengaduk-aduk sepiring nasi goreng di meja kantin seorang diri. Karena ia memang belum sempat sarapan di rumah. Sementara si aspri tampan itu, hanya berdiri dengan wajah datar.

Banyak siswa siswi yang memperhatikan Carlista dan juga aspri dari Marvel itu. Mereka salfok dengan wajah tampan dari Sam Edward, yang katanya mirip orang bule.

"Oh my bestie! Itu siapa, Carl? Ganteng banget. Mirip bule," celetuk Jenna yang baru saja datang dan menemui Carlista di kantin.

Carlista melirik sekilas pada Sam yang terlihat tetap datar, datar, dan datar. "Sam. Asisten pribadi si Marvel." dengusnya.

"Oh my God! Orang ganteng tuh, asprinya aja, beda ya," seru Melody sambil memperhatikan Sam.

"Itu tandanya kalo Marvel emang beneran sayang sama lo, Carl. Sampe dikirim aspri segala untuk ngawal lo," ujar Metta.

"Tapi kan, pergerakkan gue jadi terbatas. Gak asik jadinya. Gue mau ke sana, gue mau ke sini, tuh orang ngintilin mulu," gerutu Carlista seperti berbisik. Mungkin, takut terdengar oleh aspri tampan itu,

"Selalu ikut kemanapun gue pergi. Gak ada Marvel, eh... ada gantinya," lanjut Carlista dengan membuang nafasnya kasar.

Sementara orang yang lagi diomongin malah terlihat tenang dan minim ekspresi. Ck, pantas saja ia menjadi aspri dari si kulkas berjalan itu.

"Tapi dia ganteng, Carl. Lo liat dong, vibesnya kek bule banget," seru Jenna. "Gak kalah dari Atha," sambungnya tanpa sadar.

FYI, Jenna ternyata diam-diam naksir Atharel, loh.

Drrtt... drrtt...

My Marvel :

Kangen

Kangen banget

Pengen meluk

Pengen cium

Pengen sarapan bareng sama kamu

Pengen ketemu sama kamu

Pengen meluk kamu terus

Di sini sepi karena gak ada kamu

Ita, sayang. Bales dong

Sayang...

Hey, Baby. I miss you so bad

Aku bisa demam kalo gak ketemu kamu

Kok, aku khawatir sama kamu yah

I miss you, Ita

Rentetan pesan-pesan itu masuk ke dalam handphone Carlista. Sementara Carlista hanya bisa menghela nafas perlahan dan memijit pelipisnya pelan. Belum ada 1 jam mereka tak bertatap muka, tetapi Marvel sudah menerornya dengan pesan-pesan yang tak berbobot.

Ck, benar-benar hari yang menyebalkan!

●●●

Ting!

Ita sayang :

Ck, lebay!

Senyuman Marvel seketika merekah. Meski hanya dua kata yang terkesan singkat, padat, dan jelas. Tetapi ia tetap merasa senang. Setidaknya, ia mendapat balasan dari kekasihnya itu.

Handphone itu, ia masukkan ke dalam saku jaket dalamnya, memandang ke arah jendela luar private jet tersebut dengan perasaan yang campur aduk. Semoga saja, selama 3 hari tak berada di samping Carlista, gadisnya itu akan baik-baik saja.

Ya, semoga.

1
Nasyifa Syifa
lama banget up nya thor, sekali kali duble ngapa thor
ani sumarni
br tambah semangat 1 vote en secangkir kopi bt mu thor
ani sumarni
lanjut thor sy sllu menunggu up nya... ttp semangat thor
strawberry 🙍🏻‍♀️
lanjut kak..
ani sumarni
cerita nya sangat menarik
ani sumarni
cerita nya bagus lanjut kak
Nasyifa Syifa
lanjut thor 💪
nanae
up nya banyakin dong thor
Ira
ip
ani sumarni
lanjut dong kak...
ani sumarni
msh penasaran sy... en suka ma cerita nya... 1 vote en secangkir kopi bt mu thor br tambah semangat
Agnes
Mengalir lancar.
Pyscho
Serius thor, kamu mesti lebih cepat update. Agar aku nggak kehabisan tisu ☹️
Taki
Ngga nyangka! Keren abis!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!