Diumur yang tidak lagi muda, susah mencari cinta sejati. Ini kisahku yang sedang berkelana mencari hati yang bisa mengisi semua gairah cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhang zhing li, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Emosi Saat Ketahuan
Sesampainya aku dirumah non Dilla, tubuh kubanting saja disofa ruang tengah, sebab badan terasa begitu capeknya. Pikiran kembali melayang-layang, teringat atas orang yang aku ikuti, sungguh aku begitu penasaran sama orang yang kuikuti tadi.
"Aah, besok saja aku akan mencari tahu orang itu sebenarnya siapa? Dan tujuannya apa? Sekarang aku mau istirahat, rasanya tulangku remuk semua," rancau hati merasa letih.
"Kamu kenapa, Dio?" tanya majikan.
"Aku ngak kenapa-napa, Non!" Badan langsung berposisi duduk tegak, sebab tak enak ada non Dilla mau mengajak bicara.
"Buatkan aku teh!" suruhnya.
"Hhhhh, baik Non!" hembusan nafasku lesu, seakan-akan berat ingin melakukan perintahnya.
Langkah berat ini tetap terjalankan. Mau menolak tapi dia majikan, jadi tidak baik jika tidak diituruti. Tidak butuh waktu lama hanya menyeduh.
"Ini!" ucapku menyodorkan.
"Terima kasih."
Tak butuh waktu lama aku membuatkan teh, yang masih mengepulkan asapnya.
"Aku mau tidur duluan, Non."
"Hemm. Tidurlah," jawabnya yang tak melihatku, sebab sibuk membolak-balikkan majalah.
*******
Habis kelelahan akupun tak sadar kalau hari sudah menampakkan cahayanya yang masih remang-remang. Akupun yang kebiasaan pagi memasak, dengan rasa malas secepatnya ingin langsung bangkit dari tempat tidur.
Badanpun sudah bersih, dan ritual masakpun telah kujalankan. Majikanpun tanpa kubangunkan ternyata sudah bangun juga, setelah masakan sudah terhidang semua dimeja. Sebelum mengantar majikan ke tempat kerja, semua alat masak dan bekas sarapan pagi sudah kubersihkan.
"Dio, nanti mampir ke hotel xxx, sebab aku ada urusan sedikit disana," cakap majikan padaku.
"Baik, Non!" jawabku saat tangan sedang sibuk menyetir mobil.
"Beruntung sekali hari ini. Pucuk dicinta ulampun tiba, yang ternyata majikan telah membawa ke tempat yang membuatku dari semalam terus penasaran. Semoga saja hari ini aku bisa membuktikan siapakah orang itu, dan tujuannya kenapa ke hotel?" guman hati.
"Non, nanti kalau sudah selesai urusannya hubungi aku saja, sebab ada hal yang ingin kulakukan sekarang," cakapku memberitahu.
"Baiklah."
Kamipun telah terpisah jalan, dengan non Dilla melangkah ke kiri dan aku ke kanan. Kaki terus saja melangkah tergesa-gesa, untuk segera mendapatkan jawaban yang menggangu pikiranku dari semalam. Lama sekali diri ini menunggu dan bersembunyi dibalik tembok sudut ruangan, sampai kakipun sudah pegal-pegal, tapi pintu kamar hotel yang kuintaipun belum nampak ada tanda-tanda penghuni didalamnya akan keluar.
Klek ... klek, suara knop pintu bergerak-gerak, menandakan orang yang didalamnya ingin keluar. Matapun kupasang tajam-tajam, agar melihat gerangan siapakah dia?.
Benar saja seorang lelaki memliki poster tubuh yang hampir sama seperti Reyhan telah keluar duluan, tapi sayangnya aku tak bisa melihat wajahnya secara nyata, sebab dia sedang memakai masker dan kaca mata hitam. Terlihat seseorang mengantarkan pria itu sampai depan pintu, dan kelihatan sekali orang yang mengantar begitu tersenyum sumringah bahagia. Orang yang kuikuti sudah mulai berjalan pergi, dengan tergesa-gesa akupun masih sibuk mengikuti langkahnya.
"Tunggu ... hei kamu."
"Hei kamu, tunggu ... aku bilang tunggu!" panggilku.
Kelihatan pria itu akan kabur dan sekarang melangkah lebar-lebar berlarian kecil, saat menoleh ke arahku dan kemungkinan sedang takut sebab tahu siapa yang memanggilnya barusan.
"Aku yakin dia itu adalah Reyhan, mana mungkin dia tak mengenaliku. Nampak sekali dia mau lari menghindar, pasti dia takut dan sudah tahu aku mengikuti," gumanku dalam hati masih mengejarnya, sebab dia semakin lari menjauh.
"Hei tunggu kamu ... tunggu!" panggilku lagi masih mengejarnya.
Karena orang itu tak mau berhenti, dengan sekuat tenaga akupun berlari berusaha menangkapnya.
"Tunggu!" cegahku berhasil mencekal tangannya.
"Lepaskan aku!" jawabnya sengau dibalik masker.
Rasa penasaran begitu mengebu, yang tanpa seizinya langsung saja kutarik kuat masker yang menutupi mulutnya.
"Kamu? Aaah ... ternyata beneran kamu, dasar b*j*ng*n kamu," Kemarahanku yang memuncak saat tahu siapa dia.
Kudorong kuat tubuhnya, sampai dia terjerembab jatuh tersungkur dilantai ubin keramik.
Bhuugh ... bhuugh ... bghuugh, tanpa ampun lanyangan bogeman telah mendarat diwajahnya. Tangan telah mencengkram kerah leher bajunya, dengan tubuhku sudah duduk diperutnya untuk mengunci pergerakannya agar tak melawan.
Bhuuuhg ... bhuuggh, bertubi-tubi pukulan keras berhasil mendarat, hidung, mulut, serta pelipispun tak luput terkena, sehingga darah segarpun telah keluar dari wajahnya. Terlihat dia hanya diam tanpa melawan, yang kelihatan pasrah sekali saat tanpa ampun tinjuan tanganku bertubi-tubi mendarat.
*********
Makasih kepada pembaca yang telah mampir ke postingan saya.
Kenapa ya Dio sampai emosi begitu?
Apakah tindakan Dio akan menguak semuanya?
Kenapa papa Dilla memperkenalkan semua keluarga dan rekan bisnis?
Part-part berikutnya akan menguak siapa Dio, Reyhan, dan Joan. Ikuti kisah ini, sebab akan semakin seru dan banyak action dan aksi menegangkan.
anyway bagi satu perusahaannya ga akan bangkrut kalii bole laa
jangan suka merendahkan orang lain hanya karna orang itu dari kampung..
ntar km kena karma.
semoga dio bisa tahan y jadi pengawal Dilla
nekat banget sih km,,agak laen y cewe satu ini.. 😂🤦♀️