SEDANG DALAM PROSES REVISI
Pasangan suami istri yang menikah bukan karena perjodohan, melainkan kesalahpahaman. Karena adanya ikatan pekerjaan hingga mengharuskan mereka terjebak dalam ikatan pernikahan. Panji yang sudah memiliki calon istri, terpaksa harus menggagalkan rencana pernikahannya dengan sang kekasih, karena harus menikahi seorang perempuan yang bernama Rizka.
Selamat membaca readers.
Tidak update setiap hari tapi di usahakan secepatnya.
Apabila terdapat nama dan pekerjaan karakter yang mirip ini hanyalah fiktif belaka. berdasarkan hayalan author yang dituangkan kedalam novel.
Terimakasih, selamat membaca :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RizkiTa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lipstik
*Dalam Perjalanan ke Kantor*
"Bang nanti sore kamu pulangnya tepat waktu gak?" Tanya Rizka sambil memoleskan lipstik warna kesukaannya, karena merasa warna nya masih kurang.
"Belum tahu, ntar abang kabarin, kenapa sayang?" Panji.
"oh, okedeh sore nanti antarin adek ke supermarket, bahan makanan udah menipis" Jawab Rizka sambil merapikan kerudungnya, mengancingkan tasnya karena sebentar lagi Rizka akan turun dari mobil.
"okee siap tuan putri" Ucap Panji.
Mereka pun tiba di Kantor Rizka.
Mobil berhenti, Rizka menyalami dan mencium tangan suaminya seperti biasa. Saat Rizka hendak melepaskan tangannya dari tangan Panji, Panji menariknya dan mencium, ******* habis bibir Rizka. Hingga Rizka merasa kekurangan oksigen, Rizka segera melepas ciuman Panji.
"iih..bang nanti dilihat orang" Ucap Rizka.
"tenang sayang, mobil abang kacanya gelap, kita lebih dari ciuman pun, gak bakal kelihatan dari luar, hahaha" Panji tertawa puas.
"morning kissnya udah naik level yah? biasanya kening, tuh kan lipstik adek jadi belepotan, harus ngulang lagi deh makenya" Rizka mengomel, mengambil tisu dan membersihkan pinggir-pinggir bibirnya yang belepotan akibat ulah Panji.
"sengaja, kalau bisa saat adek keluar rumah, warna lipstiknya jangan terlalu mencolok, ntar dilihatin banyak cowok, mereka jadi naksir sama adek" Panji juga tak mau kalah, malah balik mengomeli Rizka.
"iyaa, iyaa, padahal tanpa adek pake lipstik juga udah banyak yang naksir, abang gak tahu kan abang-abang lajang di kantor adek pada patah hati saat mereka dengar kabar kita menikah" Rizka tetap bandel, masih juga memakai lipstiknya tapi dengan sangat tipis.
"ehm..masa sih? siapa mereka?" Panji mulai terbakar sedikit api cemburu.
"udah..udah gak usah dibahas bang, ntar kamu telat lagi. Udah ya adek turun, Assalamualaikum sayang" Ucap Rizka kemudian langsung turun dari mobil.
"Waalaikumsalam" Jawab Panji tapi belum beranjak pergi dari Kantor Rizka. Dia melihat istrinya masuk ke gedung kantor dari dalam mobilnya.
Saat Rizka tengah berjalan, ada seorang pria yang menghampirinya dan mereka jalan secara beriringan, meski jaraknya tidak berdekatan, namun hal itu membuat Panji terpancing emosinya.
'apa dia salah satu pria patah hati yang dibilang Rizka tadi'
Akhirnya Panji pun melajukan mobilnya, menuju kantor.
***
Setibanya dikantor, Seperti biasa Panji melakukan aktifitasnya. Tiba-tiba dia terfikir akan Ranty.
'apa dia beneran sakit?'
Panji beranjak dari ruangannya, dan menuju ke ruangan Roby, tapi dia tidak melihat Roby disana.
'kemana tuh anak, kok telat sih' Gumam Panji.
Saat hendak kembali menuju ruangannya, Panji berpapasan dengan Roby dan Ranty, mereka datang secara bersamaan. Dan Ranty terlihat sangat sehat wal'afiat.
"Panji" kata Roby .
"iya Rob, tumben lo telat?" ucap Panji sambil menaikkan alisnya.
"iya, tadi gue jemput Ranty dulu" Jawab Roby sambil melirik Ranty.
Ranty hanya senyam senyum dan jelas dia terlihat sangat sehat, tidak seperti apa yang dia katakan kemarin saat menelpon Panji.
"oh begitu, baguslah, gue keruangan dulu ya" Panji melangkah pergi meninggalkan mereka berdua.
"hmm, bang Rob, Ranty juga keruangan yah, makasih udah ngasih tumpangan pagi ini" Ranty.
"Sama-sama Ranty, dengan senang hati"
mereka pun kembali keruangan masing-masing.
"Pak Panji, kok tega sekali sama saya kemarin" Ranty tiba-tiba masuk dan memecahkan lamunan Panji.
"maksud kamu? saya kan sudah minta tolong sama Roby untuk membantu kamu, apa dia tidak datang kemarin?" Panji heran dan tidak mengerti, sebenarnya apa rencana Ranty.
"tapi saya maunya Pak Panji yang menolong saya, bukan bang Roby" Ucap Ranty.
"tapi kamu terlihat sangat sehat sekarang?" Jawab Panji lagi sambil mengerutkan dahinya.
"saya harus sehat, supaya bisa ketemu sama Pak Panji hari ini" Ranty mulai duduk d sofa ruangan mereka.
'Dasar wanita aneh, entah apa maksudnya' Panji menggerutu dalam hatinya.
"tolong kamu foto copy kan berkas ini masing-masing 2 rangkap ya" Perintah Panji dengan tegas dia kesal karena Ranty hanya bersandar disofanya bermain ponsel, tanpa tahu pekerjaan.
"Pak Panji tega nyuruh saya yang masih kurang sehat begini? Ucap Ranty lirih.
"Yasudah kalau kamu gak bisa, biar saya aja" Panji pun beranjak keluar ruangan menuju ruang khusus foto copy yang ada di gedung kantornya, dengan wajah kesal.
Sesampai diruang foto copy, Panji bertemu dengan Didin yang merupakan OB di kantor mereka.
"Pak Panji, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Didin
"ini tolong di foto copy ya, 2 rangkap" Kata Panji sambil tersenyum pada Didin.
"oh, baik Pak" Didin.
"Setengah jam lagi saya ambil ya, makasih ya Din" Panji menuju kantin, memesan segelas kopi untuk menyegarkan pikirannya.
Panji duduk di sudut kantin, tiba-tiba dia tersenyum mengingat kejadian tadi malam, malam yang indah bersama Rizka. ia pun mengambil ponselnya, mulai mengetik pesan kepada Rizka.
'sayang, kamu jangan macem-macem ya di kantor, kalau sampe ketahuan, aku hukum kamu sampe rumah ❤'
Pesan terkirim, namun Rizka belum membukanya.
bahkan sampai setengah jam pun Rizka belum membacanya.