Gita sangat menyayangkan sifat suaminya yang tidak peduli padanya.
kakak iparnya justru yang lebih perduli padanya.
bagaimana Gita menanggapinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Las Manalu Rumaijuk Lily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ciuman panas dan pertengkaran..
Sepanjang perjalanan pulang, Gita berusaha keras untuk menenangkan diri. Wajahnya yang semula tegang kini mulai menunjukkan ekspresi yang lebih terkontrol, meskipun matanya masih sedikit bengkak. Ia sadar, untuk melaksanakan rencana ini, aktingnya harus sempurna.
Ketika mobil memasuki halaman rumah, Gita kembali berperan sebagai istri yang penuh kasih dan perawat yang cekatan. Ia memindahkan Derby dari mobil ke kursi roda dengan hati-hati, memastikan tidak ada yang mencurigakan.
Di dalam rumah, Derby langsung dibawa ke kamarnya.
"Kamu istirahat, Kak. Aku akan menyiapkan makan siang dan mengurus hal-hal lain kebutuhan mu," kata Gita, suaranya terdengar normal.
Derby mengangguk. "Ingat pesanku. Jangan bertindak gegabah."
"Aku mengerti," sahut Gita.
Saat akan berbalik badan meninggalkan Derby diatas ranjang,pria tampan itu mencekal tangan Gita,membuat nya menoleh kembali dan mengerutkan keningnya.
"ada apa kak? kakak butuh sesuatu?" tanya nya lembut.
Cup!
Derby melumat sejenak bibir Gita,lalu melepaskan.
"pergilah,,"
Gita tersenyum malu.
Setelah memastikan Derby nyaman, Gita segera pergi ke dapur. Namun, pikirannya tidak tertuju pada masakan. Ia fokus mencari kesempatan untuk memulai misinya.
Sore harinya, Darren kembali ke rumah. Ia tampak lebih segar dan ceria, seolah-olah baru saja menikmati akhir pekan yang menyenangkan, tanpa tahu bahwa Gita sudah menyaksikan pengkhianatannya secara langsung.
"Hai, Sayang. Bagaimana hari ini? Kak Derby sudah minum obat?" sapa Darren riang, mendekati Gita yang sedang menyiram tanaman di teras belakang.
Gita menarik napas dalam. Ber,akting,lah, Gita.
"Sudah, Darren. Kakinya sedikit sakit karena terapi hari ini," jawab Gita, suaranya datar tapi tidak menunjukkan amarah. "Kamu kelihatan senang sekali. Pekerjaan lancar? bukannya katamu kamu mau keluar kota?"Gita bertanya beruntun.
"Tentu saja. Semua terkendali,soal ke luar kota,malam ini aku berangkat," Darren tersenyum puas. "Aku akan mandi sebentar. Tolong siapkan kopi ya?"
"Baik," kata Gita, menahan rasa mual.
"kamu berbohong demi menutupi kebohongan mu Darren," desis Gita pelan.
Kesempatan emas datang ketika Darren masuk ke kamar mandi.
Ini adalah waktu terbaik untuk menyerang jantung pertahanan Darren: ponselnya.
Gita segera menyelinap masuk ke kamar utama. Ponsel Darren tergeletak di nakas. Beruntung, ia tahu password ponsel itu, yang ternyata tidak pernah diganti oleh Darren.
Dengan tangan gemetar, Gita membuka ponsel itu. Ia langsung masuk ke aplikasi chatting dan mencari kontak yang mencurigakan. Ia tidak perlu mencari lama. Sebuah kontak bernama "Riana, My Love" langsung menarik perhatiannya.
Jantung Gita berdebar kencang saat membuka chat tersebut.
Isinya adalah percakapan mesra, janji-janji pertemuan, dan yang terpenting: foto kuitansi transfer uang dalam jumlah besar yang dilakukan Darren ke rekening wanita itu, yang ditandai sebagai "Uang Bulanan".
Gita segera mengambil ponselnya sendiri dan memotret semua percakapan dan bukti transfer tersebut. Ia juga memeriksa galeri foto Darren. Di sana, ia menemukan beberapa selfie Darren bersama Dinda di depan rumah yang ia lihat tadi pagi, serta foto-foto liburan yang seharusnya dilakukan Darren dengannya.
Bahkan video intim mereka,dimana suaminya menggarap wanita itu tersimpan rapi di ponselnya.
Air mata Gita kembali menetes, tetapi ia segera menghapusnya. Bukan saatnya untuk emosi. Ia harus bertindak cepat.
Tiba-tiba, suara air di kamar mandi berhenti. Gita panik, segera mengunci ponsel Darren, dan meletakkannya kembali di nakas persis seperti semula.
Ia cepat-cepat keluar dari kamar, pura-pura menuju ke dapur untuk membuat kopi.
Saat Gita sedang menyeduh kopi, ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari Derby:
Derby: Tim-ku sudah di lokasi. Mereka sedang mengambil gambar. Bagaimana kemajuanmu?
Gita membalas singkat:
Gita: Sangat bagus. Aku punya bukti transfer dan chat yang menguatkan. Kita punya cukup amunisi, Kak.
Senyum puas tersungging di bibir Gita. Dia sudah mendapatkan apa yang dia butuhkan. Kini, hanya tinggal menunggu waktu yang tepat untuk menyerang.
Malam harinya, setelah makan malam yang canggung di mana Gita mempertahankan sikap dinginnya, Darren mencoba bersikap mesra.
"Sayang, kenapa kamu dingin sekali malam ini?" tanya Darren.
Gita segera menepis tangan Darren. "Aku lelah, Darren. Seharian mengurus Kak Derby. lagipula hubungan kita memang sudah begini sejak lama kan? kenapa pura pura bertanya lagi?," Gita menyipitkan matanya menatap suaminya.
Wajah Darren menunjukkan kekesalan, tetapi dia tidak bisa membantah ucapan Gita,"heheh,maaf sayang,kalau akhir akhir ini aku bersikap dingin,itu semua karena pekerjaan ku yang menumpuk dikantor."
Dihadapan Derby Darren beralasan,dia menjaga imagenya didepan sang kakak.
Gita tidak menjawab, muak rasanya dia mendengar alasan tidak masuk akal suaminya.
"ayo Gita,antarkan aku ke kamar," titah Derby.
"biar aku yang antar kak," Darren bangkit berdiri.
"apa kamu perawat ku? atau kamu mau mengambil alih merawat ku?" delik Derby.
seketika Darren berhenti.
Mana mungkin dia mau merawat kakaknya? tugasnya cukup banyak dikantor,dia tidak mungkin menghabiskan waktunya yang tersisa sedikit untuk merawat kakaknya,tidak akan.
"Gita,," Derby menginstruksi.
Gita langsung bangkit berdiri,meninggalkan suaminya yang masih mematung disana.
ketika mereka sudah berada di kamar,dan memastikan pintu kamar tertutup rapat, Derby berbicara,
"Bagaimana?" bisik Derby penuh harap.
Gita langsung menunjukkan foto-foto bukti di ponselnya kepada Derby.
Melihat semua bukti itu, mata Derby memancarkan kilatan kemenangan. "Sempurna. Ini lebih dari cukup untuk membuktikan perbuatan cabul dan pengkhianatannya. Sekarang, dia tidak akan bisa mendapatkan apa-apa darimu."
Derby meletakkan ponsel Gita di nakas, lalu meraih pinggang Gita dan menariknya mendekat, tanpa peduli bahwa ini adalah kamar yang sama dengan tempat pertama kali mereka melakukan adegan panas.
"Terima kasih sudah membantuku, Gita. Kau benar benar tulus merawat ku," bisik Derby, sebelum mencium Gita dengan penuh gairah yang berapi-api, ciuman yang menjanjikan masa depan baru, bebas dari Darren.
Malam itu, dengan bukti pengkhianatan suaminya yang tersimpan aman di ponselnya, Gita menghabiskan malam dalam pelukan dan hasrat kakak iparnya.
Keesokan paginya, Gita bangun dengan perasaan yang berbeda. Rasa sakit hati dan keputusasaan telah digantikan oleh fokus dan tekad yang tajam.
Ia tahu apa yang harus dilakukan.
Setelah membantu Derby mandi dan sarapan, Gita duduk di samping ranjang Derby. Derby sedang memeriksa email bisnisnya di tablet, sementara Gita membuka ponselnya.
"Aku akan menghubungi pengacara," kata Gita, tanpa basa-basi.
Derby meletakkan tabletnya, tatapannya beralih sepenuhnya pada Gita. "Aku sudah menduganya. Jangan khawatir soal biaya, aku yang akan menanggungnya. Aku akan merekomendasikan pengacara terbaikku, dia akan memastikan kamu mendapatkan semua hakmu, dan yang terpenting, dia akan menjaga kerahasiaan kita."
Gita menggeleng lembut. "Terima kasih, Kak. Tapi aku akan mencari pengacara sendiri dulu, untuk memproses gugatan. Aku ingin ini terlihat murni keputusanku, bukan karena dorongan orang lain."
Derby mengangguk, menghargai kemandirian Gita. "Baiklah. Tapi pastikan pengacara itu jujur dan pintar. Jangan sampai Darren membalikkan fakta atau membuatmu terlihat buruk."
Gita segera menghubungi seorang pengacara yang ia kenal melalui teman lamanya. Setelah membuat janji konsultasi sore itu, Gita memastikan semua bukti perselingkuhan yang ia kumpulkan sudah tersimpan aman.
Tepat setelah makan siang, Darren kembali ke rumah. Dia masuk ke kamar Derby, menemukan Gita dan Derby sedang membaca majalah bersama.
"Kak, bagaimana? Sudah baikan?" sapa Darren.
"Lumayan. Gita sangat membantu," jawab Derby datar."bukannya katamu kamu ke luar kota?" Derby menelisik.
"langsung pulang kak,tadi pagi," jawabnya sekenanya.
Darren menatap Gita yang memasang wajah dingin,
"sayang,,ayo ke kamar kita." ajaknya tiba tiba.
Gita menatap Darren dengan tatapan kosong, mengingat adegan ciuman di depan rumah istri sirinya. Gita memutuskan ini adalah waktu yang tepat untuk menjatuhkan bom pertama.
"Tidak bisa, Darren," kata Gita tegas.
Darren mengerutkan kening. "Kenapa tidak bisa? Kak Derby sudah lumayan membaik, kan?"
"Aku sibuk,," ucap Gita, nadanya dingin dan tidak bisa diganggu gugat.
Darren tertawa gugup, mengira Gita hanya merajuk. "Jangan bercanda, Sayang. Jangan mendramatisir hanya karena aku sibuk. Aku ini suami mu loh,"
Gita tersenyum sinis, senyum yang membuat Darren merinding.
"Aku sudah lupa kalau aku punya suami,karena aku tidak merasa istri dari seorang suami." Gita menatap tegas.
"Apa... apa yang kau bicarakan, Gita?!" Darren tergagap, panik.
"Jangan libatkan Kak Derby. Ini urusan kita berdua. Ayo kita bicara dikamar,'
Darren hendak menarik tangan Gita namun wanita berambut cantik itu menepis tangan suaminya.
"kamar yang mana? apa aku punya kamar dirumah ini? jangan lupa kalau kita pisah kamar,kamu bahkan memaksaku untuk tidur dikamar kak Derby,jadi berhenti bicara seolah aku punya sesuatu hak dirumah ini." desis Gita melawan.
"Gita!" bentak Darren.
"aku mau kita cerai!" sahut Gita cepat.
"Cerai? Kau gila?! Aku tidak akan menceraikanmu! Kau akan tetap menjadi istriku!" raung Darren, mendekati Gita, mencoba meraih lengannya.
Sebelum Darren sempat menyentuh Gita, tangan Derby bergerak cepat. Dengan stik golf yang ia sandarkan di samping ranjang, Derby menggebrak lantai dengan keras, menciptakan suara benturan yang mengejutkan.
"Jangan sentuh dia, Darren," perintah Derby, suaranya mengandung ancaman murni. "Dia sudah membuat keputusannya. Aku tidak akan membiarkanmu memaksanya."
Darren menatap kakaknya dengan mata marah dan curiga. "dia istriku kak,jangan ikut campur!"
"ohhh.. atau jangan jangan kamu menyukai kakak ku ya? sehingga kamu meminta cerai dari ku?" tuding Darren menatap istrinya.
"jangan memutar balikkan fakta Darren! kamu yang menyukai orang lain diluar sana,kamu malah menuduhku!" pekik Gita lantang.
Darren terhenyak,menatap lebar istrinya,wajahnya pucat pasi seperti baru saja melihat hantu.
"A-apa maksud mu?" ucapnya gelagapan.
"aku tidak perlu menjelaskan nya,kamu sendiri yang berpikir,apakah ucapanku benar atau salah," desis Gita.
"jangan melemparkan kesalahan padaku Gita,kamu pasti sudah menyukai kakak ku kan?" Darren kembali menuding istrinya.
Derby bersandar santai. "Kau sendiri yang memberinya izin, Darren. Kau menyuruhnya mendekatiku agar kau bebas bersama mainanmu. Jangan salahkan kami jika kami menemukan kenyamanan yang seharusnya kau berikan padanya."
"apa? maksudnya...?"