SELINGKUH DI MALAM PERTAMA

Setelah istirahat dua hari di rumah, hari ini Angga sudah kembali bekerja. Banyak mata yang memperhatikan dirinya, tapi Angga tidak peduli. Bahkan sejak pertama dirinya masuk ke dalam pemberitaan, Angga terlihat santai saja. Dia bahkan tetap menghabiskan malam bersama Farah. Seolah peristiwa dia ditangkap basah bersama Novia itu bukanlah berita besar. Atau Angga yang memang sudah tidak punya malu?

Hanya Angga yang tahu jawabannya. Bukan hanya bersama Farah di malam hari. Dia justru mengulanginya bersama Maira di siang hari, hingga harus dilarikan ke rumah sakit. Lagi-lagi Angga tidak peduli atas pemberitaan tentang dirinya. Yang dia pedulikan saat ini, bagaimana dia tetap bersama Nilam.

Tiba di ruangannya, Angga sudah ditunggu oleh Farah. Rekan kerja Angga itu melipat kedua tangannya di depan dada lalu bicara, "Masih punya nyali juga kamu datang ke kantor," ucap Farah.

Suami Nilam itu mengabaikan ucapan wanita yang sering berbagi peluh dengannya itu. "Aku sedang tidak ingin berdebat," balas Angga.

"Bisa-bisanya kamu main lagi dengan yang lain." Farah kembali bicara, tidak peduli Angga mau berdebat atau tidak.

Angga menatap Fara. Rasanya tidak mungkin wanita dihadapannya ini cemburu dengan Maira. Bahkan dia main dengan Novia pun Farah tidak masalah. Mereka sudah sepakat sejak awal hanya untuk bersenang-senang saja. Farah bahkan sudah menikah dengan pria lain, begitu pun Angga sudah menikah dengan Nilam. Namun mereka berdua masih saja sering bermain disetiap ada kesempatan. Setelah atau disela-sela tugas kantor.

"Kamu cemburu?" Angga bertanya untuk memastikan.

"Jangan gede rasa kamu. Aku hanya ingin mengingatkan kamu. Aku sudah katakan, kalau kamu butuh bisa hubungi Aku. Tidak akan sampai masuk rumah sakit."

Angga terkekeh. "Itu kecelakaan," balasnya. "Aku terlalu pusing memikirkan hubunganku dengan Nilam, jadi lebih baik aku salurkan dengan bermain." Angga menambahkan penjelasannya.

"Sekarang kamu akan semakin pusing lagi Angga. Ini mengenai Rianti. Aku sudah katakan jangan ganggu anak itu, kamu masih saja memanfaatkan keluguannya." Farah kembali menegur Angga.

Angga yang sebelumnya sibuk menyalakan PC yang ada di meja kerjanya, menoleh pada Rianti. "Dia yang datang pada ku. Jadi jangan salahkan aku," balas Angga.

"Kamu kan bisa menolaknya," balas Farah.

Angga kembali terkekeh mendengar ucapan Farah. "Kamu sendiri tidak bisa menolak Tio. Apa kamu pikir Aku tidak tahu."

"Itu beda Angga. Tio tahu siapa aku. Dia sama seperti kamu. Tapi Rianti beda Angga. Dia itu masih anak kemarin sore. Dan satu lagi yang harus kamu tahu. Dia itu keponakan pak direktur kita."

"Apa?" Angga terkejut dengan penjelasan Farah. Lalu dia menepuk keningnya sendiri. "Masalah lagi ini," ujarnya.

"Paham kan, sekarang maksud Aku? Makanya, jangan main tusuk aja. Cari tahu dulu dia itu siapa?"

Farah meninggalkan Angga, setelah memberitahu mantan kekasihnya itu. Dulu mereka sempat memiliki hubungan. Tapi mereka tahu, hubungan tidak bisa dilanjutkan karena perbedaan keyakinan. Status boleh berakhir, tapi urusan ranjang mereka tetap berjalan meskipun sudah sama-sama memiliki pasangan.

Jadi, untuk apa mereka menikah dengan pasangan masing-masing? Sungguh pasangan selingkuh yang luar biasa. Memiliki toleransi yang tinggi. Benar-benar diluar nurul cara mereka berdua menikmati hidup.

Farah tidak pernah cemburu Angga ingin dekat dengan siapa. Tapi jika itu akan membahayakan mantan kekasihnya itu, dia harus menasehati Angga. Sayang Angga tidak mendengarkan larangannya. Jangan salahkan dia, jika Angga dipaksa harus menikahi Rianti, nantinya.

Angga memijat keningnya. Belum selesai urusannya dengan Nilam, sekarang sudah ada masalah baru lagi dengan keponakan direkturnya. Bagaimana dia bisa memperbaiki hubungannya dengan Nilam, jika seperti ini. Sudah pasti status menantu Anderson harus dia lepaskan.

"Pak Angga, Bapak dipanggil direktur ke ruangannya." Salah satu anggota tim Angga yang memberitahu dia.

Angga keluar dari ruangannya menuju ruangan direktur. Dan dia terkejut begitu keluar ruangan melihat Bintara yang sedang berjalan bersama pimpinan perusahaan. Mengingat siapa Bintara saat ini, Angga bisa mengerti atas keberadaan kakak iparnya itu di perusahaan ini, bahkan di dampingi langsung oleh pimpinan perusahaan.

Bintara tidak datang seorang diri menemui Wildan. Kakak Nilam itu didampingi oleh asistennya, seorang pria yang masih sangat muda dan juga Sisil. Ini hari pertama sahabat Nilam itu bekerja sebagai sekretaris Bintara, dan sudah diminta untuk mengikutinya bertemu Wildan, sebagai pimpinan perusahaan. Bukan sebagai sahabat.

"Sisil?" Angga bergumam sendiri melihat sahabat Nilam itu ada bersama Bintara. Lagi-lagi mengingat Sisil sudah tidak lagi bekerja sebagai guru, tidak aneh melihatnya sekarang bekerja mendampingi Bintara. Apa lagi Sisil adalah teman baik Nilam, bukan hal sulit baginya untuk mendapatkan pekerjaan di Anderson.

Angga ingin menyapa, tapi ragu. Takut Bintara maupun Sisil mengabaikannya. Jika begini salah siapa? Angga tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Termasuk menyalahkan dirinya sendiri. Bintara tidak memukulnya saja itu sudah sangat luar biasa. Mengingat dia sudah tidur dengan Novia berkali-kali.

Memang kehormatan seorang pria itu ada pada istrinya. Namun jika istrinya seperti Novia, tidak ada gunanya Bintara memukul Angga hingga babak belur. Hanya menghabiskan tenaga saja. Lebih baik dia buat Angga dan Novia menerima hukuman akibat perbuatan mereka.

Seperti hari ini, Angga harus menerima keputusan dirinya dipecat sebagai karyawan di perusahaan milik Wildan. Tidak ada hubungannya dengan Nilam dan Bintara, karena yang meminta Angga dipecat adalah ayah Angga sendiri.

Kebetulan sekali, Angga sendiri banyak melakukan kesalahan selama bekerja. Dia tidak disiplin dalam pekerjaan, sering menghilang di jam kerja untuk memuaskan adik kecilnya. Serta menggunakan anggaran kegiatan untuk memfasilitasi kebutuhan pribadinya sendiri. Salah satunya menyewa kamar hotel.

"Pak, apa tidak bisa dipertimbangkan lagi?" Angga memohon pada direkturnya untuk tidak memecatnya.

"Keputusan ini sudah ditandatangani pimpinan, jadi kamu harus menerimanya. Lagipula kalau mau selingkuh itu modal sendiri. Bukan menggunakan fasilitas kantor dan menyalahgunakannya."

Baru saja kembali bekerja, Angga sudah dibuat pusing. Pertama tentang siapa Rianti, sekarang dia dipecat. Angga tidak tahu jika ayahnya yang mendatangi Wildan, dan meminta agar Angga diberhentikan dari perusahaan. Dengan begitu ayah Angga punya alasan membawa putranya itu ke pondok milik kakeknya.

Ayah Angga melakukan ini demi kebaikan Angga sendiri. Dia ingin Angga bertobat serta memperbaiki diri selama tinggal di pondok bersama kakeknya. Syukur-syukur Angga bisa ikut jejak keluarganya untuk berdakwah, bukan menumpuk dosa.

Angga tidak menyangka akan seperti ini jadinya. Dia sudah sangat berhati-hati tetapi tetap saja ketahuan. Inikah dosa yang harus dia bayar karena sudah menyakiti istrinya?

"Satu hal lagi Angga. Kakak saya ingin bertemu kamu," ucap pak direktur.

"Kan?" Angga bicara dalam hati. Dia harus menghadapi keluarga Rianti, keluarga Maira dan yang pasti keluarga Nilam. Angga harus hadapi mereka semua.

"Ada apa?" Tanya Farah, yang kembali menemui Angga yang sedang mengumpulkan peralatannya yang ada dimeja kerjanya untuk dibawa pulang.

"Di PHK," jawab Angga.

"Kesalahan apa?” Tanya Farah lagi.

Angga tidak menjawab. Farah hanya basa basi saja bertanya padanya. Mantan kekasihnya itu tentu sudah tahu hal apa menimpa dirinya. Lebih baik dia segera mencari jalan untuk menyelesaikan masalahnya yang lain.

Setelah semua pernak pernik perlengkapan kerja masuk ke dalam satu wadah besar, Angga pamit satu persatu dengan anggota tim nya. Tidak ada yang sedih Angga meninggalkan tempat kerjanya. Sepertinya Angga bukan seorang pemimpin tim yang baik.

Jika Angga harus kehilangan pekerjaannya, lain cerita dengan Novia. Mantan istri Bintara itu justru senang atas kecelakaan yang dia alami. Bayi yang ada dalam kandungnya sudah tidak ada. Itu berarti, dia tidak perlu menikah dengan tetangganya.

Ibu sambung Novia hanya bisa menarik nafas melihat kelakuan putri sambungnya itu. Baru kali ini ada seorang ibu yang senang kehilangan anak, tidak seperti ibu-ibu pada umumnya yang menangis.

"Orang yang menabrak Novia sudah ditemukan." Ayah Novia memberitahu istrinya dan juga Novia yang saat ini berbaring di atas ranjang rumah sakit.

"Siapa?" Tanya Novia yang ikut penasaran.

"Kalian pasti tidak menyangka siapa pelakunya," jawab ayah Novia.

Berita kecelakaan Novia sampai juga di telinga keluarga Anderson. Nilam yang pertama kali mengetahuinya, lalu dia beritahu semua anggota keluarga. Jika mama Ratih mendoakan Novia agar kuat atas musibah yang menimpanya. Bintara justru berkata, "Dia tidak butuh doa Mama."