NovelToon NovelToon
Dikutuk Jadi Tampan

Dikutuk Jadi Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Dikelilingi wanita cantik / Obsesi / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Harem
Popularitas:9.3k
Nilai: 5
Nama Author: HegunP

Hidup Edo menderita dan penuh hinaan setiap hari hanya gara-gara wajahnya tidak tampan. Bahkan ibu dan adiknya tidak mau mengakuinya sebagai bagian dari keluarga.

Dengan hati sedih, Edo memutuskan pergi merantau ke ibu kota untuk mencari kehidupan baru. Tapi siapa sangka, dia malah bertemu orang asing yang membuat wajahnya berubah menjadi sangat tampan dalam sekejap.

Kabar buruknya, wajah tampan itu membuat umur Edo hanya menjadi 7 tahun saja. Setelah itu, Edo akan mati menjadi debu.

Bagaimana cara Edo menghabiskan sisah hidupnya yang cuma 7 tahun saja dengan wajah baru yang mampu membuat banyak wanita jatuh cinta?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HegunP, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33 Tempat Senang-senang Lagi

3 bulan telah berlalu. Edo sudah melewati pelatihan selama 1 bulan, dan juga sudah menerima banyak job pemotretan setelah 2 bulan resmi bekerja. Dan seperti yang diperkirakan banyak orang, Edo benar-benar menjadi model yang paling mendapatkan panggilan casting dan job pemotretan.

Selama 2 bulan pertama bekerja itu, Edo telah mendapatkan pemotretan sebanyak 35 proyek untuk iklan televisi dan majalah. Dan rata-rata, satu kali pemotretan Edo mendapatkan bayaran 15 juta rupiah.

Iya … pemuda yang mendapatkan kutukan tampan itu benar-benar menjadi orang yang sukses mendadak dan terkenal mendadak pula. Edo bahkan menjadi trending topik di sosial media dan berita di dunia modeling. Banyak orang-orang pun percaya kalau dalam beberapa tahun kedepan, Edo dipastikan bisa menjadi model paling sukses dan terkenal di negara ini.

Edo sendiri tentu senang dan bangga dengan dirinya. Ini semua terasa berjalan mulus. Uang tabungan pun mulai menumpuk naik. Ditambah karir makin melesat hanya dalam kurun waktu 2 bulan. 

Dia merasa sudah siap untuk mendatangi Putri di kota kelahirannya sana dan akan mengajaknya menikah dalam waktu dekat ini.

Edo kini tiduran di kamar apartemennya. Setelah berhasil meraih kesuksesan singkat, Edo memutuskan untuk tidak tinggal di kostan Aldi lagi. Uangnya yang cepat terkumpul banyak membuatnya mengambil keputusan tinggal di apartemen saja yang lebih nyaman — tentu setelah membayar hutang biaya hidup selama numpang bersama Aldi sebelum pindah ke apartemen.

Mata Edo berbinar-binar melihat layar HP-nya. Dia sedang berkunjung ke profil akun sosmed Putri. Dia melihat satu persatu koleksi foto Putri yang ternyata cewek itu baru lulus dari sekolah SMA beberapa minggu yang lalu.

Dalam postingan foto terbaru cewek itu, Edo melihat Putri sedang liburan ke pantai bersama teman-teman ceweknya. Edo benar-benar jatuh cinta ke foto cewek itu yang sedang bermain air di pantai.

“Putri. Aku akan mendatangimu. Tunggu aku,” ucapnya lalu mencium layar HP-nya itu.

Sorenya, Edo yang sedang libur kerja akan menonton televisi untuk bersantai. Namun tiba-tiba Niko menelepon.

“Do. Untuk kali ini ayo ikut aku main ke klub malam. Setelah itu aku gak akan ngajak-ngakak kamu lagi.” Begitu kata Niko di telepon.

Selama 3 bulan ini, Niko memang selalu memaksa Edo untuk ikut berenang-renang ke klub tapi Edo selalu tegas untuk menolak. Dan sampai detik ini, Niko yang keras kepala tetap tidak mau menyerah.

“Enggak Nik. Aku udah berkali-kali bilang. Main ke tempat seperti itu bukan gayaku. Aku lebih suka hidup normal yang sehat,” tolak Edo yang raut wajahnya nampak malas.

“Ayolah bro. Hormati kawanmu ini. Kamu sekarang sukses jadi model gara-gara aku dan Aldi nawari kamu jadi model, kan? Masa kamu gak mau balas jasa kami yang dulu udah ngajak kamu jadi model sih.”

Edo mendengus kasar. “Aku gak mau jadi cowok yang suka main sama cewek bayaran!” tegas Edo, langsung ke intisari yang tidak ia sukai.

“Enggak Bro. Gak akan. Gini aja. Kamu ikut aku ke klub. Di sana kamu duduk-duduk aja gak apa-apa dah. Yang penting kamu nemenin aku ke sana. Itu udah lebih dari cukup untuk nganggap kamu udah hormati aku dan balas jasaku yang udah bantu kamu jadi model.”

Edo berpikir sejenak. “Tapi janji ya. Jangan paksa aku buat tidur sama cewek-cewek bayaran. Aku cuma akan duduk sebentar di sana lalu pulang!”

“Nah gitu dong. Aku jemput kamu. 30 menit lagi lagi aku sampai di apartemen mu.”

Dan panggilan pun terputus.

30 menit kemudian, Edo akhirnya pergi dengan Niko ke klub malam dengan menaiki mobil Niko. Aldi ternyata tidak ikut karena dia harus pulang ke rumah orangtuanya. Ibunya sedang sakit.

Sejujurnya, Edo malas untuk menuruti permintaan Niko ini. Tapi, Niko yang sudah berjanji kedepannya akan berhenti maksa ajak Edo ke klub malam jika satu kali ini saja Edo mau ikut dengannya, membuatnya terpaksa mau untuk ikut.

“Toh rencananya di sana aku juga tidak akan melakukan kesalahan yang sama seperti dulu dan cuma akan duduk sebentar lalu pulang,” batin Edo.

Sampai di lokasi, Edo langsung mencari sofa kosong dan duduk di sana. Suasana tempat liburan bebas ini ini tetap meriah dengan musik dj. Dan tetap mengundang gairah saat melihat banyak wanita cantik menari dan berpakaian kain minim. Edo pun cepat beralih pandang agar gairahnya yang mulai terdorong membuncah tidak naik terus.

“Bro. Kamu yakin cuma bakalan duduk-duduk di sini?” tanya Niko sambil menuang minuman k3ras ke dalam gelas kecilnya.

“Iya. Aku kan cuma ikut saja. Dengan begini aku jadi gak merasa berhutang kepadamu,” sahut Edo, jujur.

Niko memiringkan kepala. “Iya-iya. Kau memang keras kepala. Tapi paling tidak jangan cuma duduk diam lah. Ajak itu cewek-cewek ngobrol. Tuh … mereka sepertinya pengen kamu ngegodain mereka deh,” tutur Niko sambil menunjuk ke arah beberapa cewek di pojok ruangan yang daritadi melihat Edo dengan kegirangan. Tergoda dengan Edo yang tampan.

“Enggak makasih. Aku lebih suka duduk tenang begini,” tolak Edo sekali lagi.

“Aduh. Cupu juga kamu ya. Kalau gitu coba minum ini. Bikin kamu ngefly.” Niko menyodorkan gelas berisi minuman yang tadi ia tuang.

“Gak. Aku lebih suka minum jus.” 

“Coba aja sedikit. Kamu itu udah 18 tahun kan. Sudah boleh dan gak apa-apa minum kaya ginian. Rugi kamu kalau cuma datang ke sini gak ngapa-ngapain. Toh ini gak beracun.”

Edo terdiam sejenak. Sebenarnya ia sudah daridulu penasaran dengan rasa minuman seperti ini. Dia sering melihat cerita film yang tokoh utamanya sering minum minuman yang bikin teller. Terlihat keren.

“Mungkin kalau aku coba sedikit gak apa-apa,” lirih Edo.

“Nah gitu dong. Nih langsung habiskan, jangan dirasakan di lidah biar gak muntah.”

Edo lalu meraih gelas berisi minuman yang diberikan Niko itu dan langsung meminumnya dengan berapa kali tegukan tanpa merasakan rasanya di lidah, sesuai saran Niko. 

“Gimana, enak gak?” tanya Niko sambil mendekatkan kepala.

“Enggak. Pahit,” ujar Edo dengan raut muka masam.

“Haha. Biasa kalau awal-awal entar juga terbiasa. Nih coba lagi!”

“Tapi … ini gak en—”

“Udah … cepat minum!” Niko memaksa Edo meminum segelas minuman itu lagi sampai habis. 

“Gimana? Belum ngerasa enaknya?”

“Ini minuman memang gak ada enaknya.” Edo mengusap-ngusap mulut dengan tisu. Dia benar-benar tidak menyukainya.

Akan tetapi, berjalan beberapa detik ada sesuatu yang aneh yang Edo rasakan. Kepalanya terasa pusing tapi rasanya enak dan bikin nagih.

Niko yang menyerah untuk membuat Edo merasakan kenikmatan, pun beranjak bangun namun kembali duduk lantaran Edo malah mengatakan sesuatu yang mengejutkan.

“Kayaknya aku udah ngerasain enaknya. Boleh minta minum lagi?” pinta Edo.

“Haham akhirnya. Gitu dong. Nih langsung minum dari botolnya saja.” Kali ini Niko memberikan botol berisi minumannya. Edo cepat-cepat meminumnya.

Pada akhirnya, Edo akhirnya merasakan sesuatu yang membuat jiwanya seolah terbang bebas dan pikirannya juga terasa ringan. Terlebih lagi, ada satu rasa gairah yang selama ini Edo tahan malah terasa tidak memiliki hambatan lagi.

“Udah ya, Do. Aku mau main sama cewek-cewek dulu. Kamu di sini saja sambil menikmati minum-minuman ini,” pamit Niko sambil menyisir rambut lurusnya dengan jari tangannya.

“Tunggu. Aku boleh ikut juga gak?” Edo yang wajahnya berubah memerah memegang tangan Niko.

“Waduh … “ Niko menyeringai. “Akhirnya temanku yang satu ini gak jadi orang cupu lagi. Boleh lah. Kita akan main sama banyak wanita cantik.”

1
Erchapram
Ceritanya bagus, sampai sini aku suka. Tulisannya juga rapi.
HegunP: makasih buat pujiannya kak. bikin author makin semangat. Aku masih pemula dan sedang berusaha terus agar jadi author yang bisa bikin cerita bagus.
total 1 replies
Erchapram
Sejelek apa sih si Edo ini? Jadi penasaran.
HegunP: wajahnya benar-benar gak enak dipandang Kak. tapi untuk setelah jadi ganteng, gambaran visualnya campuran seperti orang asia dan eropa. 😍
total 1 replies
Sharon Dorantes Vivanco
Gak akan kecewa deh kalau baca cerita ini, benar-benar favorite saya sekarang!👍
HegunP: makasih. ikutin terus ceritanya, ya. karena akan makin seru 👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!