NovelToon NovelToon
Lama-lama Jatuh Cinta

Lama-lama Jatuh Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Pengantin Pengganti Konglomerat
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nur Yani

Prolog :
Nama ku Anjani Tirtania Ganendra biasa di panggil Jani oleh keluarga dan teman-temanku. Sosok ku seperti tidak terlihat oleh orang lain, aku penyendiri dan pemalu. Merasa selalu membebani banyak orang dalam menjalani kehidupan ku selama ini.
Jangan tanya alasannya, semua terjadi begitu saja karena kehidupan nahas yang harus aku jalani sebagai takdir ku.
Bukan tidak berusaha keluar dari kubangan penuh penderitaan ini, segala cara yang aku lakukan rasanya tidak pernah menemukan titik terang untuk aku jadikan pijakan hidup yang lebih baik. Semua mengarah pada hal mengerikan lain yang sungguh aku tidak ingin menjalaninya.
Selamat menikmati perjalanan kisah ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Yani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Orang Aneh

"Hey...Bro....." Axel yang sedang berjalan sendirian setelah dari toilet berlari kecil menghampiri Calvin yang memanggilnya. Senyumnya ramah membuat Calvin muak dan ingin melayangkan pukulannya.

"Iya Pak....ada yang bisa Axel bantu?" Calvin tersenyum remeh. Bisa-bisanya dia tidak sadar sudah melakukan kesalahan fatal yang membuatnya kesal. “Pak…”

"Jangan tersenyum." Axel menutup bibirnya perlahan. Padahal dirinya sedang berusaha bersikap ramah tamah pada Bos nya.

"Kau tau apa kesalahan mu?" Axel menggeleng.

Tentu saja dia tidak sadar sudah berani memegang kepala Jani seenaknya.

Plakkkkk.....

Calvin memukul tangannya sendiri cukup keras. Calvin menatap tangan Axel dengan cukup geram. Axel jadi menyembunyikan tanganya di belakang tubuhnya.

"Apa tanganku melakukan kesalahan Pak?" Tanya Axel memastikan. Lagi-lagi Calvin tersenyum remeh membuat Axel sedikit takut. “Kalau boleh tau apa yang sudah kedua tanganku ini lakukan Pak?” Calvin melangkah dengan cepat berdiri di depan Axel.

"Berani sekali tanganmu itu membelai belai kepala Jani!." Ucapnya pelan tapi penuh penekanan. "Kau sudah bosan hidup yah?" Axel menggelengkan kepalanya dengan cepat. Terlihat raut ketakutan dari wajah Axel yang membuat Calvin semakin kesal.

"Tidak Pak, aku dan Jani cukup dekat untuk melakukan itu Pak." Calvin membulatkan matanya kesal. Alasan macam apa yang baru saja dia katakana! "Aku sudah seperti Kakak bagi Jani." Calvin semakin mendekatkan tubuhnya pada Axel.

Dia dengan sengaja menyulut emosinya yang sudah sangat membara melihat kedekatan mereka yang begitu intens siang tadi.

Yaccchhhhh.....

"Berani sekali kau menantang ku! Kau tidak tahu siapa aku?!" Axel melangkah maju mendekati Calvin yang sudah sangat emosi. Kali ini Axel yang tersenyum remeh pada Calvin.

“Aku dan Jani….” Calvin sayup sayup mendengar namanya di panggil.

"Pak....pak....Pak....Bos...." Calvin terbangun dengan kaget.

Ara berhasil membangunkannya yang sedang bermimpi buruk.

"Bapak baik-baik saja?" Tanya Ara menyodorkan air mineral. Wajahnya sejak tadi berkerut-kerut meski dalam keadaan tidur.

Calvin hanya menggeleng. Meski kesal, dirinya lega semuanya hanya mimpi belaka.

"Kita sudah sampai Pak."

Ternyata Calvin tertidur saat menuju tempat meeting. Dirinya cukup kelelahan dengan pekerjaan yang tidak ada habisnya.

“Aku butuh kopi Ra.” Ara menganggukkan kepalanya paham sebelum mereka turun dari mobil.

Meski penasaran Ara tidak berani bertanya mimpi apa Bos nya ini sampai keringat membanjiri tubuhnya padahal AC Mobil cukup dingin.

Calvin dan Ara menyapa semua orang satu persatu, mereka relasi bisnis baru yang hari ini bergabung dengan Calvin untuk project pembangunan Gedung pencakar langit milik pengusaha kaya di Jakarta.

Calvin menerima saja permintaan kliennya yang ingin perusahaan yang ada di bawahnya ikut serta.

Awalnya Calvin ingin menolak karena biasanya semua proses pembangunan dirinya handle sendiri sampai rampung. Melibatkan perusahaan lain apalagi sektor kecil menurut Calvin hanya akan menghambat pekerjaanya yang sudah terstruktur dengan rapih.

Dengan berat Calvin menerima permintaan kliennya, Calvin ingin menolak saja projek yang di serahkan padanya ini. Tapi Kliennya bersikeras ingin dirinya membimbing sebentar saja pemimpin perusahaan muda ini yang di gadang-gadang akan menjadi menantunya.

Calvin mengernyitkan dahinya saat seseorang maju dan memperkenalkan diri. Wajahnya tidak asing, tapi yang Calvin ingat adalah kebencian terhadap dirinya yang entah muncul dari mana masa lalu ini.

“Apa aku kenal dia Ra?” Bisik Calvin yang di balas gelengan kepala oleh Ara.

“Dia pemain baru, perusahannya baru berdiri dua tahun belakangan ini Bos.” Calvin menggelengkan kepala dengan penuh rasa penasaran. Siapa gerangan anak muda yang sangat membekas di ingatannya namun terlupakan.

“Pagi semuanya, perkenalkan nama saya Samudra Banyu Irawan, teman-teman biasa memanggil saya dengan nama Sam. Silahkan Bapak Ibu bisa memanggil saya senyamannya.” Sam bicara panjang lebar sambil sesekali menatap Calvin yang menjadi pusat tujuannya saat ini.

Selesai pertemuan dan tanda tangan perjanjian kerja, Sam secara khusus menghampiri meja Calvin. Senyumnya ramah membuat Calvin menghempaskan semua rasa kesal yang tidak berdasar.

"Siang Pak." Calvin menyambut tangan Sam dengan sopan. "Semoga ke depan kita bisa bekerja sama di proyek-proyek selanjutnya." Calvin melirik Ara yang hanya menunduk enggan ikut campur.

"Apa kita pernah bertemu?" Sam terlihat jelas cukup terkejut dengan pertanyaan Calvin. "Benarkan? Aku yakin kita pernah bertemu." Sam mengibaskan tangannya.

"Ini pertemuan pertama kita Pak." Padahal sorot matanya mengatakan hal lain. "Ohhh...kita pernah berpapasan saat aku mengunjungi Adik ku yang sedang PKL di kantor Pak Calvin."

"Adik...." Penasaran sekali, setau Calvin hanya ada Jani dan Axel di perusahaannya yang saat ini sedang PKL.

"Maksudku sahabat adikku yang sudah seperti adikku." Melihat Calvin mendengarkan degan seksama Sam sedikit tidak nyaman tapi juga tidak bisa mengakhiri begitu saja.

"Namanya Anjani, biasanya Jani di panggilnya Pak."

Calvin menggelengkan kepalanya paham. "Selamat sudah bergabung, semoga pekerjaan kita bisa cepat selesai." Sam senang meski hatinya masih terpaku untuk melakukan tujuan utamanya bergabung dengan Calvin.

Calvin dan Ara berjalan cepat menuju mobil mereka. "Aku yakin kenal pemuda tadi Ra, kau harus hati-hati. Mungkin dia tidak di era mu aku mengenalnya. Mungkin di era Kakak mu aku mengenalnya." Ara mengangguk paham untuk mencari tahu lebih jauh siapa Sam.

***

“Mas….bisa pulang tidak? Kok sejak tadi ada orang mondar mandir di depan rumah kita Mas.” Pesan Gina yang belum juga di baca oleh suaminya.

Gina bolak bali membuka gorden rumah mengintip ke luar rumah.

Sejak suaminya pergi pagi tadi, ada laki-laki yang sama mondar mandir di depan rumahnya dengan gelagat yang mencurigakan. Komplek rumah mereka sepi, hanya lalu Lalang para pedagang dan pembeli yang berbelanja ke grosir miliknya yang tidak jauh dari rumah nya.

Gina rasanya ingin sekali melangkah ke luar rumah dan bersembunyi di toko, di sana ramai pegawai yang bekerja untuk Mas Angga. Di rumah dirinya merasa terancam karena laki-laki ini sudah beberapa kali berulah.

Entah ada salah apa dirinya dan suaminya sampai dia membuat Gina dan Angga tidak nyaman setelah pindah rumah.

Angga susah sekali di hubungi, dia sedang belanja ke kota untuk keperluan grosirnya yang sudah mulai menipis. Jika begini Mas Angga bisa pulang malam bahkan saat dirinya sudah tertidur.

Gina : Dek….

Jani : Iya Mbak.

Balas Jani yang sedang dalam perjalanan pulang

Gina : Bisa mampir sebentar gak dek? Laki-laki yang Mbak ceritakan ada di depan rumah dari tadi Dek.

Jani : Mas Angga kemana Mbak?

Gina : Gak bisa di telpon Jan, dia belanja ke kota hari ini, bisa pulang malam Dek.

Jani : Jani ke sana ya Mbak.

"Pak....mampir ke rumah Mas Angga ya Pak. Jani mau ambil kue di sana, cuma sebentar kok Pak." Supir terlihat menimang. "Jani akan info Pak Calvin tenang saja."

"Boleh info dulu Non?" Jani menghela nafasnya panjang, susah sekali pergi sebelum mengantongi ijin.

"Mau mampir ke rumah Mas Angga boleh? Mau ambil kue buatan Mbak Gina." Pesan nya masuk tapi belum di baca. Jani menegakan duduknya saat terlihat Calvin sudah membaca pesannya dan sedang mengetik pesan.

"Mampir tiga puluh menit. Aku tunggu di rumah." Calvin hari ini kelelahan, dirinya memutuskan untuk langsung pulang setelah meeting siang tadi.

"Ok Mas..... terimakasih banyak." Jani langsung mengangkat ponselnya memperlihatkan isi pesan Calvin pada supirnya.

"Ngebut ya Pak."

Sesampainya di depan rumah Gina, Jani langsung turun dan berlari menuju gerbang rumah yang ada di samping mobilnya terpakir. Supir Jani belum turun karena mobilnya harus di parkirkan dengan benar di depan rumah yang juga bersebelahan dengan jalan raya.

“Mbak….Jani sampai Mbak…..adek Quin….” Teriak Jani ingin cepat masuk dan menenangkan Mbak Gina yang ketakutan.

“Mbak….buka pintunya Mbak.” Jani masih berusaha berteriak memanggil Gina agar keluar membuka pagar rumah.

Brrukkkkk…..

Awwww……..

Jani terduduk di depan rumah Mbak Gina memegangi kepalanya setelah bunyi keras menghantam gerbang rumah Gina.

“Nona……!!!!” Supir Jani segera berlari memeriksa keadaan Jani. “Nona terluka, ayo kita ke rumah sakit.” Jani menggelengkan kepalanya.

“Aku harus periksa keadaan Mbak Gina dulu Pak di dalam, mereka juga pasti sangat ketakutan.” Juan kebingungan, bisa-bisanya dirinya membiarkan Jani turun sendiri dan dengan santainya memarkirkan mobilnya.

“Jani…..Jani….Adek….” Gina keluar setelah mendengar bunyi keras menghantam pagar rumahnya. “Kamu kenapa Jan?”

“Maaf Non.” Jani masih meringis kesakitan sambil memegangi pelipisnya.

Beruntung batu besar yang di lempar hanya mengenai pelipisnya sedikit dan membentur pagar dengan keras. Meski begitu pelipis Jani berdarah karena goresannya cukup dalam.

“Maaf Non.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!