Bagaimana perasaan kamu kalau teman SMAmu melamar di akhir perkuliahan?
Itulah yang dialami Arimbi, selama ini menganggap Sabda hanya teman SMA, teman seperjuangan saat merantau untuk kuliah tiba-tiba Sabda melamarnya.
Dianggap bercanda, namun suatu sore Sabda benar-benar menemui Ibu Arimbi untuk mengutarakan niat baiknya?
Akankah Arimbi menerima Sabda?
Ikuti kisah cinta remaja ini semoga ada pembelajaran untuk kalian dalam menghadapi percintaan yang labil.
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LELUASA
Sabda mengajak Arimbi pulang ke rumahnya setelah dzuhur. Sepertinya saran ibu akan ia turuti, lagian baju yang ia bawa terbatas, gak mungkin juga pakai baju itu-itu saja. Rumah Sabda sepi, Bik Asih memang libur 3 hari setelah Sabda menikah, karena Sabda rencananya tinggal di rumah Arimbi dulu. Tapi nyatanya tidak, siang ini keduanya sudah berada di rumah Sabda. Lelaki itu langsung memasukkan baju kotornya ke mesin cuci dan mengajak Arimbi ke kamar.
Sabda menyalakan AC, lalu membuka sweaternya. Arimbi menahan tawa, sepertinya ia akan dimakan oleh suaminya siang ini. "Kok gak dibuka?" tanya Sabda, maksudnya itu jilbab Arimbi kenapa gak dibuka.
"Takut," ucap Arimbi sambil duduk di ranjang, sembari mengamati kamar Sabda yang sangat simple, hanya ada ranjang dan lemari serta meja untuk kerja. Kaca berhias pun nempel di lemari.
"Takut kenapa? Udah seharusnya kali," ucap Sabda yang duduk disamping Arimbi sembari menepuk dengkul sang istri, lalu menatap Arimbi dengan senyum manisnya.
"Kamu kalau libur kuliah begitu hanya di kamar ini sendiri?" tanya Arimbi mulai melepas pashminanya. Sabda mengangguk, lalu merebahkan diri di kasur dengan kaki menggelantung.
"Di sini sendiri, setiap hari, kalau anak-anak ngajak futsal baru keluar, kalau enggak ya di kamar ini saja."
"Garap proyek?" tanya Arimbi yang kini meniru posisi Sabda.
"Iya, apalagi. Kencan paling menguntungkan, aku dan laptop, klik dan duit," ucap Sabda semonoton itu kegiatannya.
"Hiburan kamu?"
"Tidur."
"Gak ada yang lain?"
Tiba-tiba Sabda menghadap Arimbi sembari tersenyum jahil. "Ada."
"Apa?' tanya Arimbi dengan wajah polosnya, tak punya pikiran lain, atau curiga apapun.
"Berimajinasi pakai foto kamu," ucap Sabda diiringi tawa, karena Arimbi paham apa maksud ucapan Sabda, ia menabok lengan Sabda gemas. Bisa-bisanya bilang begitu. Gak ada malunya ih.
"Tapi sekarang udah gak bakal berkhayal lagi, udah nyata di depan aku," ucap Sabda semakin mempersempit jarak, mulai mencium sang istri.
"Aku minta sekarang," lanjut Sabda setelah melepas ciumannya. Sorot mata Sabda sudah penuh dengan hasrat, cukup tadi malam ia menahannya. Siang ini tidak.
Arimbi sangat bisa diajak kerja sama, ia begitu pasrah dengan tingkah Sabda yang mulai beraksi pada setiap inci bagian tubuhnya.
Kulit mulus dan putih Arimbi terpampang nyata di hadapan Sabda. Bahkan lelaki itu tak menyangka aset depan Arimbi sangat menggoda. Jiwa lelakinya langsung bergejolak ingin menguasai segera aset itu.
Namun Sabda tak lupa untuk berdoa di telinga kanan Arimbi, "Sabda," ucap Arimbi sensual tepat di telinga sang suami. Ia menikmati sensasi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Sabda begitu santun saat menyentuh sang istri, sangat lembut meski ini pengalaman pertamanya juga. Tak ada rasa yang menggebu dengan kasar. Mungkin, ia tak mau membuat Arimbi trauma, sehingga menciptakan suasana slow motion tapi mengesankan.
Tautan bibir semakin membuat suasana kamar semakin panas, keduanya saling menjelajah dan mempelajari setiap gerakan yang baru mereka lakukan. "Sakit?" tanya Sabda ketika mulai memasuki gerbang kegadisan sang istri. Memastikan keadaan Arimbi baik-baik saja, karena eskpresi kaget Arimbi sangat jelas.
"Sedikit," jawabnya dengan meringis.
Sabda pun mulai mendorong lebih keras, baru lah Arimbi merintih, bahkan menabok lengan sang suami, diiringi air mata yang tiba-tiba keluar melewati pelipisnya. "Eh nangis," Sabda kaget terpaksa berhenti. Arimbi meringkuk sembari sesenggukkan. Tentu Sabda tak tega.
"Sakit banget Sabda," ucap Arimbi yang sudah menangis. Sabda ingin tertawa, tapi dia tak setega itu. Tak menyangka gadisnya yang biasa cerewet, tak berdaya hanya karena dorongan kecil yang sama sekali belum berhasil masuk.
"Maaf ya," ucap Sabda lembut, lebih baik memeluk Arimbi saja. Area yang sudah tegak pun tak dihiraukan, menenangkan Arimbi yang utama.
"Kok bisa sesakit itu sih," protes Arimbi dengan sisa tangisnya.
"Mana aku tahu Sayang," ucap Sabda sembari mengusap air mata di pipi Arimbi, lalu menarik hidung mancung sang istri. "Belum masuk, udah nangis," ledek Sabda, kesal Arimbi diledek begitu, langsung ditabok saja dada polos sang suami.
"Sabda!" teriak Arimbi semakin kesal saat Sabda dengan badan polos turun ranjang dan berjalan seenak jidatnya, menuju lemari mengambil boxer.
"Apa sih, Mbek," jahilnya Sabda sambil tertawa ngakak.
"Lo yang jalan gue yang malu," semprot Arimbi semakin kesal. Begini ternyata menikah dengan teman SMA, gak ada sopan-sopannya sama suami. Kalau saja ibu mendengar Arimbi berteriak memanggil Sabda, dan panggil lo gue, bisa dijewer kuping Arimbi. Sekarang Arimbi sadar pentingnya memiliki rumah sendiri, terpisah dari orang tua setelah menikah, agar dia lebih leluasa menjadi istri. Begitu juga Sabda, pasti lebih leluasa bila hanya berdua dengan Arimbi saja.
"Kok mereka bisa seberani itu sampai hamil di luar nikah ya? Emang mereka gak sakit pas awal beginian?" tanya Arimbi yang sekarang sudah memeluk Sabda. Tangisnya sudah reda.
Sabda tertawa, bisa-bisanya Arimbi malah memikirkan orang lain coba, "Malah kata orang enak Sayang, bikin nagih!" kan kan Sabda makin menyebalkan. Mana dia sepertinya tertawa terus sejak tadi, gak ada rasa kasihan pada Arimbi.
"Apaan nagih, trauma iya."
"Jangan dong, kasihanilah aku!" Sabda jelas saja gelagapan, khawatir Arimbi tak mau mencoba lagi.
"Sakit banget tahu, Sap!" bibir Arimbi langsung dibungkam Sabda, karena keceplosan panggil nama.
"Iya maaf," ucap Arimbi sadar kalau salah.
"Nanti kita coba lagi ya, aku janji lebih pelan," Arimbi langsung memasang wajah melas, bayangkan sakit, perih, seperti tersayat rasanya dia takut untuk mencoba lagi.
Sabda mengelus pipi Arimbi dengan sayang, "Sakitnya bentaran kok, habis itu enggak."
"Benaran?" tanya Arimbi seperti anak kecil yang sedang dibujuk minum obat, pahitnya sebentar kok habis itu sembuh.
"Ya kalau sakit terus gak mungkin ada yang hamil di luar nikah Sayang. Buktinya mereka melakukan gak mungkin sekali. Awalnya mencoba eh keenakan eh keterusan."
"Dih, kamu tahu dari mana?"
"Ghafran!"
"Sumpah? Jadi Meidina? Arimbi langsung teringat teman SMA nya yang sekarang berstatus pacar Ghafran.
"Bukan sama yang sekarang, sama mantannya SMP."
"SMP? Gila, sekecil itu udah mikir buat anak, Astaghfirullah. Terus kamu kok mau berteman dengan dia sih, awas saja kalau kamu terpengaruh," omel Arimbi. Mereka gak sadar masih sama-sama polos malah ghibah. Konsep tidur bersama Sabda Arimbi ini gimana sih.
"Mereka rusak dalam pergaulan belum tentu tidak baik dijadikan teman, Sayang. Semua tergantung pribadi masing-masing. Aku dan dia udah temenan sejak SMP kan, buktinya aku bisa menjaga keperjakaan gue, cuma buat Arimbi seorang," Sabda mulai sok puitis sembari mencium pipi sang istri.
"Ngomong sama tembok sono," ujar Arimbi geli rasanya Sabda berpuitis begitu, menonyor pipi sang suami yang tertawa ngakak. Sepertinya Sabda bahagia sekali hari ini. "Tetap saja aku khawatir, kamu terpengaruh. Kalau diajak cari yang lain gimana."
"InsyaAllah, enggak Sayang. Justru karena dia sudah berpengalaman, dia selalu menasehati pada teman yang lurus kayak aku. Gak usah coba-coba, kalau lo mau dapat pasangan yang baik, maka dirimu harus baik dulu.
"Tetap aja aku gak mau kalau terlalu dekat sama dia."
"Kalau begitu aku harus dekat siapa?" goda Sabda dengan memegang dagu Arimbi yang cemberut karena pembahasan Gahfran.
"Cuma sama aku," ucap Arimbi tegas.
Sabda pun tersenyum, dan mulai melancarkan aksinya untuk melanjutkan perjalanan menuju surga dunia yang sempat tertunda.
Awalnya aku kira daerah jabodetabek soalnya panggilan teman & keluarganya lo gue kalo ngomong... Tapi ini semakin jelas daerahnya.. ada Kota Batu disebut... trus yg ke pantai itu daerah selatan alias Malang selatan ya Kak?
Jadi penasaran jg, kakak orang mana.. kayaknya tau banget daerah² di Jatim... ☺️