NovelToon NovelToon
Satu Malam Dengan Kakaknya

Satu Malam Dengan Kakaknya

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Tukar Pasangan / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:8.6k
Nilai: 5
Nama Author: Meldy ta

Dikhianati oleh pria yang ia cintai dan sahabat yang ia percaya, Adelia kabur ke Bali membawa luka yang tak bisa disembuhkan kata-kata.

Satu malam dalam pelukan pria asing bernama Reyhan memberi ketenangan ... dan sebuah keajaiban yang tak pernah ia duga: ia mengandung anak dari pria itu.

Namun segalanya berubah ketika ia tahu Reyhan bukan sekadar lelaki asing. Ia adalah kakak kandung dari Reno, mantan kekasih yang menghancurkan hidupnya.

Saat masa lalu kembali datang bersamaan dengan janji cinta yang baru, Adelia terjebak di antara dua hati—dan satu nyawa kecil yang tumbuh dalam rahimnya.

Bisakah cinta tumbuh dari luka? Atau seharusnya ia pergi … sebelum luka lama kembali merobeknya lebih dalam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meldy ta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pernikahan Baru

Reyhan berdiri di depan rumah sakit, menatap kosong ke arah ruang rawat ibunya, Ny. Jonathan. Sudah dua hari ini ibunya dirawat akibat sesak napas setelah kejadian di kantor kemarin.

Suara sepatu berderap di lorong membuat Reyhan menoleh. Wajahnya langsung mengeras ketika melihat Tuan Leonard, ayah Emma, bersama Nyonya Catherine dan Paman Victor mendekat dengan langkah cepat.

Emma berjalan di belakang mereka dengan wajah sembab. Tanpa basa-basi, Tuan Leonard langsung menunjuk wajah Reyhan begitu jarak mereka dekat.

"Reyhan! Apa maksudmu mempermainkan kehormatan keluarga kami?!" suaranya menggema di lorong rumah sakit, membuat beberapa orang menoleh.

Reyhan menarik napas panjang, mencoba tetap tenang. "Tuan Leonard, mari kita bicara di tempat yang lebih tenang. Ini rumah sakit."

"Tenang katamu?" Paman Victor menatap Reyhan tajam. "Kamu membatalkan pernikahan di Singapura, lalu sekarang Emma kamu biarkan terkatung-katung dengan status tidak jelas! Kami punya harga diri, Reyhan! Setelah kamu mengiyakan, lalu sekarang seperti ini sikapmu."

Emma menangis pelan di samping ibunya. "Aku cuma ingin Reyhan bertanggung jawab, Mama."

Nyonya Catherine memeluk bahu putrinya. "Sabar, Sayang. Semua akan selesai kalau dia menikahimu." Tatapannya kemudian beralih dingin ke Reyhan. "Atau kamu memang ingin membiarkan anak kami menanggung malu sendirian?"

Reyhan terdiam, namun batinnya berucap. 'Adelia … kalau kau tahu semua ini, bagaimana perasaanmu?'

"Mama," Reyhan bergegas menghampiri, menopang tubuh ibunya.

"Reyhan," suara Ny. Jonathan pelan namun penuh tekanan.

"Selesaikan masalah ini. Jangan sampai nama baik keluarga kita hancur hanya karena satu keputusan bodohmu. Keluarga Emma bukan sembarang orang. Dia setara dengan kedudukan perusahaan kita."

"Mama, dengar aku—"

"Tidak ada waktu untuk mendengar!" potong Ny. Jonathan tajam. "Emma sudah mengandung anakmu. Kamu harus menikahinya. Kalau tidak … perusahaan kita akan jadi bahan tertawaan dunia bisnis. Apa kamu mau mempermalukan nama baik mendiang ayahmu?"

"Mama." Suara Reyhan mulai pecah. Hatinya berperang hebat.

"Kau harus memilih dengan kepala dingin, Reyhan. Jangan terlalu egois dan mementingkan dirimu." Ny. Jonathan menatapnya tajam, lalu tiba-tiba tubuhnya limbung.

"Mama!" Reyhan segera memeluknya. "Suster! Tolong panggil dokter cepat!"

Di tengah kekacauan itu, Emma menangis semakin keras, lalu tiba-tiba berlari ke arah lorong dengan sebuah pisau kecil bedah yang entah darimana ia dapatkan.

"Kalau Reyhan tidak mau menikahiku. Aku lebih baik mati sekarang juga! Kali ini aku tidak sedang bergurau!" teriak Emma sambil menempelkan ujung pisau ke pergelangan tangannya.

"Emma! Jangan bodoh!" Reyhan berteriak panik.

Paman Victor bergegas menghampiri keponakannya. "Turunkan pisaunya! Jangan buat masalah semakin besar! Apalagi ini rumah sakit."

Ny. Jonathan menahan napas, dadanya kembali sesak saat melihat Emma histeris. "Emma! Jangan lakukan itu! Kamu akan menghancurkan semuanya! Kita sekeluarga, Nak."

Emma menangis tersedu-sedu. "Aku nggak bisa hidup kalau Reyhan nggak menikahiku. Papa … Mama, tolong…"

Akhirnya Reyhan menjatuhkan dirinya di kursi tunggu, wajahnya tertutup kedua tangannya. "Kenapa semua jadi serumit ini? Padahal ... aku baru saja berbaikan dengan Adelia."

'Del, maafkan aku, tapi aku tidak bisa membiarkan nama keluargaku hancur.'

Reyhan mendongak dengan sorot mata yang sendu. "Baik. Aku akan menikahi Emma."

Emma yang berdiri di belakang ayahnya langsung menutup mulutnya dengan tangan, air mata mengalir deras. "Reyhan, kau—"

"Tapi…," ucap Reyhan tegas, membuat semua orang menoleh padanya, "ada syarat yang harus kalian sepakati."

Paman Victor mengernyit. "Syarat apa lagi? Kamu dalam posisi untuk menawar? Hebat sekali dirimu."

Reyhan menghela napas panjang, lalu menatap Tuan Leonard lurus-lurus. "Pernikahan ini harus dilangsungkan secara tertutup. Hanya keluarga inti dan beberapa orang terdekat yang hadir. Tidak boleh ada media, tidak boleh ada publikasi."

"Reyhan, kenapa harus diam-diam?" Emma bertanya dengan nada gemetar. "Apa kamu malu menikahiku?!"

"Emma, bukan begitu. Aku hanya … tidak ingin hal ini merusak banyak pihak. Apalagi Adelia." Suara Reyhan merendah di akhir kalimat, membuat jantung Emma berdenyut sakit.

Tuan Leonard mengangkat alis. "Adelia? Maksudmu istri sahmu?"

Reyhan terdiam sejenak, lalu mengangguk. "Saya ingin menjaga dia. Setidaknya … sampai saya bisa menyelesaikan semuanya dengan benar."

Ny. Jonathan yang baru keluar dari ruang rawat dengan kursi roda menatap Reyhan tajam. Wajahnya pucat tapi nadanya tetap tajam.

"Reyhan, jangan buat ini lebih rumit lagi. Lakukan saja sesuai keinginan keluarga Emma. Pernikahan ini penting untuk menyelamatkan nama baik kita. Dan demi Adelia, jangan pernah biarkan dia tahu soal ini."

Reyhan mengepalkan tangan. "Mama, aku akan menikahi Emma. Tapi aku mohon … jangan ada yang bicara tentang ini di depan Adelia. Jika dia sampai tahu, aku…" suaranya tercekat. "Aku takut tidak bisa menatap matanya lagi."

Emma terisak mendengar kata-kata itu. Ada luka yang tersayat di hatinya karena Reyhan masih memikirkan wanita lain. Tapi di saat yang sama, ada kilatan puas karena ia akhirnya menang.

'Terserah apa maumu, Rey. Tapi, aku tidak akan peduli,' batin Emma.

"Baiklah, Reyhan," Tuan Leonard akhirnya menyetujui. "Satu minggu dari sekarang, pernikahan akan dilangsungkan. Tapi kamu harus datang tanpa banyak syarat lain. Keluarga kami sudah cukup sabar."

Reyhan mengangguk lemah. "Ya. Aku tidak akan kabur kali ini."

Seminggu kemudian.

Sebuah gedung mewah di pusat kota Jakarta dipenuhi dekorasi elegan berwarna putih dan emas. Para tamu yang hadir hanyalah orang-orang penting: keluarga besar Reyhan, keluarga Emma, serta segelintir kolega bisnis terdekat.

Tidak ada Adelia di sana. Ia bahkan tidak tahu apa-apa tentang pernikahan ini. Reyhan berdiri di altar dengan jas hitam yang membuat auranya semakin dingin dan tak tersentuh.

Pandangannya kosong saat melihat Emma berjalan mendekat dengan gaun putih panjang. Emma tersenyum penuh kemenangan, tapi ada sekilas rasa tidak yakin di matanya saat melihat Reyhan yang tidak sedikit pun menatapnya hangat.

'Maafkan aku, Del. Aku mencintaimu, istriku,' batin Reyhan, hatinya terasa remuk saat membayangkan wajah istrinya yang lembut.

Suara pendeta memecah kesunyian.

"Apakah Saudara Reyhan Jonathan bersedia menikahi Emma Leonard secara sah menurut agama dan hukum negara? Dalam pernikahan untuk saling mengasihi, menghormati, dan setia. Serta berkomitmen di hadapan Tuhan."

Reyhan memejamkan mata sesaat sebelum menjawab:

"Ya. Saya bersedia."

Begitupun diikuti oleh Emma dengan persetujuan yang sama. Senyuman Emma terlihat ceria.

Lalu mereka dipersilahkan untuk berciuman di depan semua tamu undangan. Sebagai lambang pernikahan telah sah. Para tamu undangan menyambut dengan tepuk tangan meriah.

"Atas nama Tuhan, saya menyertakan kalian suami dan istri."

Sesi saling berjabat tangan dan berfoto bersama. Reyhan tidak bahagia, ia bahkan tersenyum secara terpaksa. Berbeda dengan Emma.

Tiba saat berdua, Emma melirik Reyhan sambil menggenggam tangannya pelan. "Setelah ini kita akan honeymoon ke mana?"

"Haruskah kita pikirkan itu, Em? Kamu tahu kondisi perusahaan juga sedang banyak pekerjaan."

"Alasanmu karena kerjaan atau karena Delia, Rey?" tanya Emma dengan wajah kesal.

"Maaf, Em. Aku sudah banyak melukai Adelia, jadi kita ... tidak bisa untuk pergi honeymoon."

"Kalau begitu. Belikan aku rumah seperti yang Adelia miliki. Aku sekarang juga istrimu."

Reyhan menghela napas berat. "Ya. Aku akan memberikanmu rumah."

"Makasih banyak, suamiku." Emma memeluk dengan erat. Namun, ia memikirkan sesuatu. 'Rumah keduamu akan menjadi rumah utama yang akan sering kamu kunjungi, Rey.'

1
Wiwin Winarsih
pergi adel menurut gue mending hidup sendiri
Wiwin Winarsih
ikh laki laki gampangan ini jatohnya
Kis Wati
Adelia bodoh banget jadi istri udah disakiti malah balik lagi, Reyhan juga plin plan
Mursidah Rizki Amk
ceritanya bikin mumet terlalu ektrim berulang2
Cindy
lanjut
Adinda
lebih baik cerai del ,rayhan yang masih terus menyakitimu lebih baik kamu sama Vincent
Cindy
lanjut
Adinda
kamu sama vincent aja del
Adinda
lebih baik adel sama Vincent
范妮
hai
ak mampir ya ..
Ig nr.lynaaa20
hai kak yuk mampir juga di karya baru aku, balas dendam si pecundang
Adinda
lebih baik adel sama vincent daripada sama rayhan dan reno
Adinda
bodoh si adel ini lakinya selingkuh sampai menghamili wanita lain bukannya marah
Adinda
lanjut thor
Adinda
sudah del lebih baik cerai saja
NurAzizah504
seromantis ini dibilang datar?! /Sob/
NurAzizah504
mantapppp
NurAzizah504
dan kamu termasuk salah satunya
NurAzizah504
kali aja reyhan memiliki firasat kalo adel hamil
NurAzizah504
hai, Thor. aku mampir nih. jgn lupa mampir di lapakku juga, ya. 'Istri Kontrak Sang Duda Kaya'. terima kasih ^^
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!