NovelToon NovelToon
Amor

Amor

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Keluarga / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Bullying dan Balas Dendam / Balas dendam pengganti / Dark Romance
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Jonjuwi

Asila Ayu Tahara. Perempuan yang tiba-tiba dituduh membunuh keluarganya, kata penyidik ini adalah perbuatan dendam ia sendiri karna sering di kucilkan oleh keluarganya . Apa benar? Ikut Hara mencari tahu siapa sih yang bunuh keluarga nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jonjuwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Akhir hidup Hara

Kakinya berjalan seimbang meski dengan tubuh yang linglung menapaki rumah yang dua kali lipat lebih mewah dari sebelumnya, ia mendongak menatap lukisan-lukisan yang terpajang di dinding atas.

Lukisan-lukisan kuno itu ia tatap satu persatu ia mengingat kembali dimana ia pernah melihat ini sebelumnya.

Langkah kaki Hara terhenti pada lukisan besar yang di taruh tak jauh dari jarak pandangnya "Kayanya aku pernah liat ini deh."

Dewi juga ikut berbalik "Oh, ini. Kamu pernah nonton streaming lelang nya kok."

Dewi berjalan santai meninggalkan Hara yang membuat Hara sedikit berjalan cepat agar mensejajarkan langkahnya.

"Iya kan, kapan ya?"

"Waktu itu, pas kamu belajar buat tes ke univ."

Hara mengingat lagi dan ketemu lah ingat itu. Dimana saat itu ia tengah berfokus pada laptopnya tapi Dewi yang bersandar santai tengah menonton yang saat itu belum ia ketahui.

"Oh! Ini lukisan seharga 12 milyar itu?!"

Dewi terkekeh "Iya. Ingatanmu bagus juga ya."

Saat itu Hara hanya di tunjukkan foto seorang lelaki tua renta dengan tongkatnya yang berfoto dengan lukisan dan beberapa orang lainnya.

Foto itu ia lihat setelah mendengar dari handphone Dewi teriakan seorang MC yang menyebutkan nominal harga lelang tertinggi untuk lukisan itu.

Karna penasaran akhirnya Hara menoleh sedikit ketika Dewi bersorak gembira, dan Dewi yang tengah senang itu juga menunjukkan foto Kakeknya bersama dengan lukisan tersebut.

"Jangan-jangan semua lukisan di depan tadi itu mahal semua?!"

"Hehehe, Nggak kok. Yang paling mahal yang tadi aja."

"Tapi itu harga mahal banget, dan Kakek kamu mau keluarin uang semahal itu untuk lukisan?!"

Dewi kini berhenti dan memusatkan pandangannya pada Hara "Itu bukan hanya lukisan, Hara."

"Yaa, aku tahu itu karya seni dan semua orang pasti akan seperti itu untuk hobi mereka. Tapi ... Keluarga mu sekaya itu ya?" suara Hara mengecil di akhir kalimatnya

Dewi terkekeh "Nggak kok."

Ia terus mengikuti Dewi menaiki lift yang sudah terbuka, Hara tak habis-habisnya menganga karna takjub dengan rumah megah ini. Ia masih tak menyangka atas kehidupan yang Dewi jalani.

"Mereka semua masih hidup?" tanya Hara seketika setelah keluar dari lift dan menunjuk foto-foto di sepanjang dinding

"Oh, keluarga besarku?" tanya Dewi

Hara mengangguk meski matanya tetap menatap foto paling besar disana

"Masih, semua masih hidup dan sehat."

Hara berjalan lagi dengan mata yang tak berkedip sekalipun menatap pajangan foto di sepanjang dinding lorong itu.

Langkahnya terhenti tatkala melihat foto dengan banyak orang berjajar dan Kakek Dewi di tengahnya.

"Paman?"

Dewi terhenti dan berbalik menatap Hara dengan sedikit terkejut.

"Ini Paman ku kan?"

Dewi mengalihkan pandangan ke arah dimana telunjuk Hara berada lalu mengangguk.

"Dia bukannya kerja di pabrik, kan?"

Dewi mengangguk "Em, pabrik Kakek aku."

"Ini cuma kebetulan kan?" tanya Hara

Dewi hanya mengangguk lalu melangkah lagi meninggalkan Hara yang masih kebingungan.

Ia mengikuti langkah Dewi lagi memasuki ruangan yang sudah penuh dengan alat-alat medis yang Hara tak tahu apa namanya.

"Di rumah sebesar ini, gak ada siapa-siapa?" tanya Hara

"Biasanya ada Kakek, Nenek, Mbok Yem sama Pak Dadang supir yang tadi."

"Terus sekarang dimana?"

"Mereka pindah ke rumah yang lain, aku takut kamu gak nyaman kalo ada mereka." jawab Dewi santai

Hara kini merasa tak enak hati pada Kakek dan Nenek Dewi meskipun ia sama sekali tak pernah bertemu dengan mereka.

Hara menunjuk "Ini, alat-alat ini buat apa?"

"Buat operasi nanti malem." ucap Dewi santai

Mata Hara membola sebentar lalu berkeliling melihat satu-persatu alat medis yang ada.

"Dewi, semuanya akan baik-baik aja?" nada bicara Hara kini terdengar sendu

Dewi tersenyum dan menghampiri Hara "Iya, semuanya akan baik-baik aja Hara."

"Ayo ke kamar tidur, Mama ku bilang dia udah siapin identitas baru kita disana."

Hara hanya mengikuti langkah Dewi saat ini, hatinya benar-benar takut, gelisah, dan bingung juga. Ini adalah langkah kehidupan yang paling menakutkan baginya, namun karna ada Dewi di sisi nya ia tak apa sumpah.

Kakinya terhenti tepat setelah Dewi berhenti di depan meja rias yang tampak lucu dengan warna pink muda di hiasi dengan stiker kupu-kupu di semua sisi nya.

"Nih." Dewi memberikan sebuah kartu pengenal

Hanura Calestia.

Nama barunya?

Ia mengintip milik Dewi yang membuatnya penasaran.

Sanura Alisya.

"Ini nama kita?" tanya Hara

"Iya, gimana kalo panggilan kita San dan Han?!" ucap Dewi antusias

Entahlah apa perasaan Hara saat ini, ia benar-benar tak menyangka ada dalam situasi menggenggam kebohongan terbesar di hidupnya.

"Dewi."

Dewi yang tengah antusias itu mendadak menurunkan senyumnya ketika mendengar panggilan serius dari Hara.

"Nama Dewi ini adalah identitas palsu kamu yang ke berapa?" tanya Hara tanpa mengalihkan matanya dari kartu pengenal yang ia pegang

"Dewi nama asli ku."

"Kamu gak lagi bohong kan?" kali ini Hara sudah menatap mata Dewi

"Nggak. Itu memang nama asliku."

Iya betul, Hara tak menemukan sorot mata kebohongan disana.

"Aku tau Hara kalo kamu saat ini lagi ketakutan, siapa yang nggak. Bahkan ini adalah awal langkah kelam yang kita lalui, tapi Hara yang harus kamu tahu kalo kamu hanya perlu percaya aku dan keluargaku maka semuanya akan baik-baik saja."

Hara terdiam sejenak "Aku hanya perlu nurut ya?"

Dewi mengangguk-angguk "Semuanya aman dan baik-baik saja Hara, lupain semua nya dan ayo kita mulai hidup yang baru ini."

"Huh, baiklah. Ayo kita mulai kebohongan besar ini Sanura."

Dewi membulatkan matanya ia tak percaya bahwa Hara sedikit lebih berbeda kali ini.

Setelah obrolan itu mereka memutuskan untuk berpisah kamar dan sibuk dengan urusannya masing-masing, Hara yang kini tengah memanjakan kulitnya dengan lulur yang pasti mahal sekali harganya tak lupa ia juga memakan makanan mahal yang sama sekali ia tak pernah makan.

Dewi yang kini tengah sibuk berbincang dengan dua dokter suruhan keluarganya itu kini tampak serius menunjuk bagian mana dari wajahnya yang ingin ia rubah, kali ini ia melangkah ke kamar dimana Hara berada.

"Hanura! Hanura!"

Hara tak menjawab apapun namun seketika mendengar suara teriakan itu mendekat ke kamar mandi ia baru ingat, ia harus menyahut panggilan itu.

Iya, namanya Hanura mulai saat ini.

Ia harus menyahut panggilan Hanura mulai saat ini.

"Di kamar mandi!"

Setelahnya pintu itu terbuka menampakkan Dewi yang di balut dengan bathrobe berwarna pink dan membawa sebuah majalah.

"Dokter mau tau dimana aja semua yang mau di rubah."

Hara terdiam sejenak "Semua nya."

Dewi mengernyitkan alisnya "Kamu mau rubah semuanya?!"

"Eh, kecuali mata sih." jawab Hara

"Iya, yaudah terus mau di rubah kaya gimana. Udah ayo keluar dari bathub kita ngobrol sama dokter nya."

"Aku ngikut kamu aja, kamu pilihin buat aku aja. Aku percaya pilihan kamu, Sanura."

Dewi tampak tersenyum senang lalu menutup kembali pintu kamar mandi tersebut.

Malam telah menggelap saat ini Hara menatap dirinya di cermin besar dalam kamarnya, ia tersenyum kala melihat pantulan tubuh yang penuh luka di punggungnya.

"Ayo kita hidup lebih baik lagi, Hanura."

Dengan balutan kain bathrobe ia melangkah ke arah ruangan yang tadi siang ia singgahi, ia akan mulai semuanya dengan hati yang mantap kali ini.

"Hai!" sapa Dewi saat melihat Hara memasuki ruangan

"Dewi, bisa nggak ya kalo aku sekalian hilangin luka-luka yang ada di punggung aku." Hara sudah mendekat ke arah Dewi

"Boleh, nanti aku bilang ya."

"Oke, mari kita mulai." lanjut Dewi yang kini menatap ke arah suster yang tengah menyiapkan alat-alatnya.

Hara berbaring diatas ranjang dengan lampu besar diatasnya, ia memejamkan matanya kala merasa sebuah jarum menusuk kulit tangannya.

Setelahnya ia tak sadarkan diri ia mempercayai hidupnya pada semua orang yang ada didalam ruangan itu termasuk Sanura -nya.

1
Ulla Hullasoh
keluarga yang kejam..... apa hara itu anak tiri?
lin
wah seru nih lanjutkan thorr jangan lupa buat mampir
Ryohei Sasagawa
Thor, ceritanya seru banget! Aku suka banget sama karakternya.
Jonjuwi: Kakaaa makasi banyak, trs dukung aku yaa🥺❤️
total 1 replies
Nadeshiko Gamez
Terperangkap dalam cerita ini.
Jonjuwi: Makasih kaaa udah mampir, dukung aku trs yaa🥺❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!