Asila Ayu Tahara. Perempuan yang tiba-tiba dituduh membunuh keluarganya, kata penyidik ini adalah perbuatan dendam ia sendiri karna sering di kucilkan oleh keluarganya . Apa benar? Ikut Hara mencari tahu siapa sih yang bunuh keluarga nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jonjuwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hidup baru
...~ DUA TAHUN KEMUDIAN ~...
Tring ...
Suara lonceng itu mengejutkan gadis yang tengah melamun di atas meja kasir, ia sontak berdiri untuk menyambut pelanggannya yang kesekian hari ini.
"Eh, kirain yang beli loh."
Oh, rupanya bukan seorang pembeli yang baru saja masuk. Seorang gadis dengan baju crop top dan rok mini itu kini tersenyum dan berjalan ke dalam ke ruangan khusus karyawan disana.
"Sepi ya, Han?" ucap
Yang dipanggil sontak menoleh dan membulatkan kedua matanya "Jangan ngomong gitu! Itu ibarat kutukan tau, pasti abis ini rame sampe kelabakan."
Yang bertanya tadi sontak terkekeh "Masa sih, aku gak percaya tuh. Ya kalo emang sepi mah sepi aja." ejeknya semakin menjadi
"Sanuraaaaa..." Rengek Hanura
Panggilan keduanya kini telah berubah, tolong lupakan perihal Hara dan Dewi di masa lampau kini mereka telah membuka lembaran baru dengan penuh sukacita di kota orang.
Setelah kejadian operasi dua tahun silam Hara dan Dewi langsung dibawa oleh keluarga Dewi untuk pindah ke kota yang jauh dari sana, mereka memulai kehidupan barunya dengan nama dan wajah yang baru. Mereka juga kini tengah berkuliah, Dewi di fasilitasi sebuah toko kue yang ia jalankan bersama Hara dan Rega.
Ya, Rega juga ikut kali ini karna ia juga sama-sama menjadi buronan oleh Hakim dan kepolisian lainnya.
Kali ini tak ada lagi Hara, Dewi Dan Rega.
Sebutlah mereka dengan nama baru mereka yaitu Hanura, Sanura dan Dirga.
Mereka membuka toko kue yang sudah ramai sekali pengunjung di sambi dengan kuliah juga tak masalah bagi mereka, oh hidup mereka dua tahun ini sangat tenang dan nyaman.
"Dirga belum pulang?" Hanura melepas celemeknya
"Dia nunggu tepung dulu, makanya aku pulang pake taksi."
"San, aku harus ke kampus dulu. Nanti jam 3 sore kue ini bakal di ambil ya." tunjuk Hanura pada mini tart dengan balutan warna biru muda
Yang diajak bicara itu lantas mengangguk dan tersenyum, membiarkan Hanura pergi dengan menenteng tas dan laptopnya.
Hari-hari mereka habiskan untuk kuliah dan menjalankan bisnisnya, karna potensi yang di miliki Sanura akhirnya mereka mantap meminta di bukakan sebuah toko roti untuk mengisi kegiatan mereka.
Orang tua Sanura masih di kota sebelumnya masih menjadi pengacara hebat dengan panggilan kesana kemari.
Lonceng pintu masuk toko kue itu berbunyi kembali setelah tak lama bunyi karna Hanura pergi keluar.
Sanura mendongak "Sayang lemes banget, kenapa?"
Yap, kalian tak salah baca. Sayang?
Dalam waktu yang cukup lama mereka bersama ternyata membuat benih cinta antara Sanura dan Dirga tumbuh begitu lebat.
Mereka memutuskan menjalin kasih belum lama ini dan di ketahui oleh Hanura pastinya.
"Bos tadi telepon, katanya dia bakal mampir besok."
Bos yang dikatakan oleh Dirga adalah Papa dari Sanura, Papa dari Dewi selama ini.
Sanura menghela nafasnya "Yaudah kalo gitu ini waktunya kita jujur kan?"
Dirga menggeleng ribut "Nggak, nggak, jangan ah."
"Kenapa?"
"Aku gak berani sayang, aku takut ... "
"Papa pasti setuju kok, kamu tenang aja. Nanti biar aku yang bilang."
Dirga masih terdiam, bahunya yang sedari menghonggok satu karung tepung itu kini ia turunkan menyisakan jejak putih yang menempel di baju berwarna abu-abu nya.
Sanura keluar dari meja kasir dan menghampiri Dirga yang masih tampak gelisah, ia menepuk-nepuk lembut pundak yang penuh tepung itu sampai bersih.
Ia memajukan wajahnya tepat di depan Dirga yang masih terdiam, dengan gerakan cepat menyambar bibir kering lelaki di hadapannya.
Cup ...
Dirga yang menerima ciuman sesaat itu dengan mata yang terbelalak
"Percaya sama aku, pasti Papa setuju."
Dirga lantas tersenyum seraya menahan tengkuk Sanura untuk memudahkan nya membalas ciuman yang tadi sempat terhenti, ia melumat bibir kecil yang sering memberikannya banyak afirmasi positif.
Tring ...
"SANURAAAA ... DIRGAAAA ..."
Hanura yang baru saja masuk kini sontak membalikkan lagi tubuhnya agar tak melihat kejadian yang diluar nalarnya.
Yang tengah bercumbu itu kini tertawa gemas dan saling menjauhkan diri masing-masing.
"Gila ya! Gimana kalo ada pelanggan." Cetusnya
Sanura terkekeh geli "Iya, iya. Maaf ya Han."
"Kenapa? Ada yang ketinggalan?" tanya Sanura
Yang di tanya itu lalu menggeleng seraya memakai celemek di tubuhnya " Gak jadi kelas, dosen nya rapat."
"Oooohhh, yaudah kamu jaga ya. Aku mau bikin stok kue buat besok."
"Jangan pacaran lagi lohhhh" rengek nya
Rengekan itu hanya di balas tertawaan oleh Sanura dan Dirga.
Hingga malam pukul 10 mereka sudah mengunci semua toko kue itu dan berjalan menuju tempat parkir mobil mereka, karna toko mereka tepat di pinggir jalan makanya mereka tak memiliki lahan parkir yang cukup luas untuk mobilnya.
Brukk ...
Seseorang menabrak Hanura dengan kencang hingga menjatuhkan kantong plastik berisi roti yang ia bawa tadi dari tokonya.
"Anjing! Jalan tuh pake mata!" sentaknya
Hanura tak masalah perkara ia di sentak oleh orang yang kini berlalu begitu saja tanpa membantunya mengambil roti yang berserakan.
Ia langsung menoleh ke arah Dirga dan Sanura yang kompak menatap tajam orang berjalan semakin menjauh dari tempatnya berada.
Ia mencekal lengan Dirga dan Sanura lalu menggeleng dengan cepat.
"Nggak. Aku gak apa-apa!" ucap nya cepat
"Mana yang sakit?" tanya Sanura yang di balas gelengan oleh Hanura
"Gak ada. Sumpah." ia mengacungkan dua jari nya di hadapan kedua orang tersebut
"Kamu tuh, kan udah ganti nama ya coba deh ganti kepribadian juga Han." kali ini Dirga memungut roti yang masih terbungkus plastik itu dari jalanan
"Iya, kan lagi belajar." jawab Hanura sambil menerima roti tersebut
"Yaudah besok-besok kalo ada yang kaya gitu bales, inget!" ucap Dirga
Hanura tersenyum dan kembali berjalan menuju mobil yang sudah tak jauh dari jarak pandangnya.
Hanura terbiasa duduk di belakang sambil bersandar dan menoleh ke kanan dan kiri untuk melihat jalanan yang masih cukup ramai.
"Ah, anjing juga."
Umpatan dari kursi belakang itu sontak membuat Dirga menatap kaca untuk melihat keadaan di belakang, sedangkan Sanura ia sontak membalikkan tubuhnya menatap Hanura yang masih bersandar.
"Han?"
"Apa?"
"Serius?"
"Apaloh?"
"Itu tadi."
"Apa?"
"A-anj-"
"Iya, anjing banget orang tadi! Gue gak salah ya anjing!"
Sanura dan Dirga hanya tertawa mendengar umpatan yang terdengar sangat lucu daei mulut Hanura.