Victoria Baserra seorang siswi SMA High school tak sengaja bertemu dengan El Ganendra, putra tunggal keluarga Eros, salah satu keluarga ternama dan memiliki impact yang besar. Seiring berjalannya waktu sesuatu hal gelap mulai terkuak.
Sebuah rahasia kelam, terkubur dalam dalam. tak ada yang tahu. hari ini dia berakhir atau justru baru memulai. Apa yang terjadi sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni Putu Widia Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Bibi tiba dari ruangan belakang, membawa beberapa loyang di tangannya. Betapa terkejutnya ketika wanita paruh baya itu, melihat situasi dapur yang terlihat cukup berantakan. Cipratan adonan , yang cukup banyak berceceran di lantai. Matanya tak henti henti melihat apa yang sebenarnya terjadi.
"Astaga non, ini kenapa lantai penuh adonan?," Tanya bibi mengamati di sekitar lantai.
"Engga Bi. Cuma ada tragedi kecil.," Sahut El yang langsung menyahuti pertanyaan bibi. Vicky baru membuka bibir nya, tetapi El sudah mendahuluinya.
"Tragedi kecil? , Maksudnya non Vicky? ," Ceplos bibi langsung mengarah pada Vicky.
Bibi menoleh ke arah Vicky, yang duduk disana. Mata kanan nya terlihat cukup memerah. Ia kemudian segera menghampiri Vicky dengan rasa cemas dan khawatir. " Non, non gak papa?. Itu mata kanan non merah," Tanya bibi khawatir.
Vicky tersenyum kecil, meraih tangan bibi sambil berkata. " Gak papa Bi, Vicky baik baik aja,"
"Bener ya non?, ini alasan bibi gak mau non ikut ke dapur. Bibi takut non kenapa napa. Apalagi kalo sampe Nyo.....,"
"Bi!!!," Sela nya, kedua matanya membesar sempurna. Alis nya melebar, wajahnya seketika berubah tegang. Ia menggeleng perlahan pertanda agar bibi tidak melanjutkan ucapannya.
Bibi langsung terdiam, ia memejamkan kedua matanya. Membuka nya kembali dan memohon karena hampir saja dia kelepasan. Entah apa yang sebenarnya hendak bibi ucap, sampai Vicky tiba tiba menghentikan perkataan nya.
Suasana yang berubah sunyi dan tenang, membuat El merasa aneh. Ia menoleh ke belakang,melihat keduanya saling bertatapan dengan serius. Itu memicu sebuah rasa penasaran pria itu. " Ada apa? Keliatannya serius?," Tanya El.
"Ouhhhhh, engga den. Cuma lagi meriksa mata non Vicky. " Jelas bibi agak gugup.
"Non, sebaiknya non tunggu di meja makan. Biar bibi sama den El yang melanjutkan semuanya. Sekalian obatin mata non, itu ada obat tetes di kotak obat,"
"Ouhhh,, iya bi," Ucap Vicky agak keras, sambil melirik ke arah El.
***********
Waktu berlalu dengan begitu cepat, tak terasa sebentar lagi sang surya akan tenggelam. Aroma aroma khas cake sudah mulai tercium sampai di seluruh ruangan. Langkah ringan terdengar dari dapur, dengan membawa sebuah cake berwarna coklat pekat, dengan tambahan ceri.
"Nah, ini udah jadi. Cake black forest kesukaan non Vicky yang cantik," Ucap bibi membawa cake tersebut ke hadapan Vicky, tak lupa dengan seseorang dibelakangnya yang juga berpengaruh besar di dalamnya.
"Wahhh, keliatan nya enak Bi. Ini seperti biasa kan? Dengan ceri yang tersembunyi di dalamnya,"
"Iya non, seperti biasa. Dan ini spesial yang buat adalah Den El, bibi cuma siapin dan bantu bantu. " Ucap bibi mengarah pada El. Vicky melihat ke arah El. Dengan tatapan cukup takjub, matanya mulai tersenyum kecil.
"Bisa aja bi. Bibi juga ikut bantu , kalo gak ada bibi mana bisa jadi secepat ini,"
"Yasudah kita buat bersama. Kalo gitu bibi mau beresin dibelakang dulu, masih berantakan," Clingy bibi, dengan reaksi manis.
"Biar saya bantu bi," Jelas El menawarkan pertolongan.
"Gak usah den. Aden kan udah bantu bibi, biar ini jadi urusan bibi. Kecil kok, udah biasa juga,"
"Ouhhhh, iya,"
Bibi berpamitan dari meja makan, kini hanya tinggal Vicky dan El, tak lupa satu lagi yakni cake yang cantik dibuat dari tangan Chef yang tampan dan kaya raya. Mungkin rasanya akan berbeda, karena mengandung perasaan di dalam nya. Upssss, mungkin saja. Siapa yang tau.
Vicky menatap cake tersebut dengan serius, ia melihat setiap detail yang ada pada kue tersebut. Terukir senyum kecil di sudut bibir nya, ia nampak cukup takjub melihat cake kesukaan nya yang sangat sempurna.
" Suka banget?,"
"Iyaaa," Sahut Vicky tak sadar dengan jawaban yang keluar dari bibirnya. Kedua matanya seketika membulat, mengingat jawaban yang keluar tanpa berpikir lebih dulu.
" Aduhhh, kenapa jawaban aneh selalu keluar dari mulut gue. Gue yakin , sekarang tingkat kepedean nya meningkat 100 persen," Ucap hati nya , menyembunyikan wajahnya.
Kedua mata El sangat memperhatikan gerak gerik aneh dari Vicky. Matanya mulai menyelidik, mencoba membaca apa yang sedang dipikirkan oleh gadis dihadapannya. Sejak tadi, Vicky hanya menyembunyikan wajahnya.
"Tenang aja, gue gak besar kepala," Sahut El semakin mengejutkan Vicky. Gadis itu reflek mendongakkan kepalanya, dengan wajah tegang dan kedua mata yang membulat besar. " Kok dia bisa tau, jangan jangan suara hati gue kedengeran," pikir nya melirik kesana kemari.
"Kenapa tegang gitu?, gue bukan peramal, gue cuma liat dari ekspresi Lo . Siapapun pasti mudah menebak nya," Ucap El penuh keyakinan, sambil terus menggoda gadis ini.
"Engga, gue gak tegang. " Elak Vicky tegas. Ia mengalihkan pandangannya, mengelak dengan keras. Ia terus menghindar , menutup diri dibalik wajah yang samar.
El mendekatkan wajahnya pada gadis itu, ia mengkerutkan keningnya , merasa ada sesuatu yang disembunyikan.
"Oh, ya. Tapi raut wajah Lo mengatakan sebaliknya," Ucap El semakin memojokkan gadis itu.
"Engga, " Sahut nya kekeh. Udara di antara mereka terasa berat, seperti ada rahasia yang enggan diungkap.
Suasana berubah berbeda, Vicky menyembunyikan pandangannya. Sementara El terus menatap nya tanpa ada celah. Berharap gadis ini mau mengakui , bahwa tebakan nya tidak salah. Tetapi di tengah suasana itu , ponsel milik El tiba tiba bergetar dari saku celana nya.
Pria itu segera merogoh saku celana nya, terlibat di layar ponsel panggilan telpon dari Adit. Dengan segera ia beranjak dari tempat duduk nya, dan segera mengangkat telpon.
"Hallo,"
"Astaga. Tuan muda Eros ini dimana?, gue sama Devan dari tadi dirumah Lo. Sampe sekarang Lo belum pulang,"
"Lo gak inget, hari ini kita ada acara kumpul bareng , bahas agenda soal bisnis," Setelah mendengar itu, raut wajah El berubah bingung. Seolah baru sadar bahwa dia sendiri lupa akan acara itu.
El melihat ke arah jam yang terus berdenting, hari sudah menunjukkan sore menjelang petang. Sudah cukup lama dia berada di rumah Vicky. Bahkan sampai tak ingat ada agenda lain yang harus diselesaikan. " Iya iya, sekarang gue pulang, 10 menit gue sampe,"
"Lo, bisa tunggu di taman belakang bareng Devan, kayak biasa,"
"Oke deh,, bener ya 10 menit gue tunggu. Bentar lagi malem, mana gue belum ngerjain tugas,"
"Iya, 10 menit," Ucap El.
El mematikan teleponnya, ia memijat kepalanya perlahan. Menghela nafas dalam, raut wajahnya seketika memudar. Ia melangkah kembali menuju meja makan, tetapi kali ini ia hanya diam. Meskipun sesekali masih sempat menoleh pada Vicky.
"Kenapa tiba tiba dia diam, setelah angkat telpon. Seperti ada sesuatu yang menganggu nya," Ucap hati Vicky, diam diam memperhatikan gerak gerik El.
" Gue,"
"Lo,"
Ucap keduanya bersamaan, kedua suara mereka keluar serentak. Mata mereka saling bertemu, dan ekspresi terkejut terpancar jelas di wajah masing masing.
"Lo duluan " Jelas Vicky.
"Engga, Lo duluan. Mau ngomong apa?," Sahut El .
"Okeyy,, setelah angkat telpon. Raut wajah Lo berubah, ada masalah?," Tanya Vicky cukup hati hati.
El mulai tersenyum, tetapi kali ini tersenyum nakal. Kedua matanya penuh intrik , tatapan nya seperti harimau yang sudah menemukan mangsa nya. Vicky yang ada di hadapannya tiba tiba merasa ada yang salah. Ia bingung kenapa pria ini tiba tiba seperti itu.
Ia menjauhkan wajahnya, sedikit menoleh apakah ada yang salah dari pertanyaan nya tadi. Tatapan itu semakin membuat dirinya cukup ketakutan. " Kenapa? Apa gue salah ngomong?,"
"Engga. Cuma gue baru tau sesuatu,"
"Apa?,"
"Ternyata Lo diem diem merhatiin gue,"
Jlebbbbb. Kata kata yang menusuk di telinga, hati, pikiran , aliran darah dan jantung. Kenapa baru terpikirkan, kenapa juga ia harus menanyakan hal seperti ini. Vicky bereaksi panik, ia bahkan bingung dengan dirinya sendiri. Bagaimana bibir nya bisa bertanya seperti itu.
Ditambah pria ini yang semakin menyudutkan dirinya. " Ehhhhh, engga. Gue cuma nanya, gue gak pernah merhatiin Lo," Jelas Vicky kebingungan mengelak ucapan El.
Sedangkan El hanya tertawa kecil, melihat kepanikan di wajah Vicky. " Iya deh, Gue harus pulang, ada urusan penting,"
"Hah?, sekarang banget?," kejut Vicky.
"Iya, sekarang. Kenapa?, "
"Engga. Gue cuma nanya, bagus lah kalo gitu,"
"Bagus kenapa?,"
"Ya bagus, Lo cepet cepet pergi. "
"Pergi sementara, bukan berarti untuk selamanya. Kalo juga gue pergi selamanya, mungkin Lo orang pertama yang kangen gue, ya kan??,"
"Engga. Mana ada, pergi aja sana," Sahut Vicky jutek.