NovelToon NovelToon
Rahasia Antara Kita

Rahasia Antara Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Terlarang
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Arip

"Rahasia di Antara Kita" mengisahkan tentang seorang suami yang merasa bahagia dengan pernikahannya, namun kedatangan sahabat masa kecilnya yang masih memiliki ikatan emosional kuat membuat situasi menjadi rumit. Sahabat masa kecilnya itu mulai mendekatinya dengan cara yang tidak biasa, membuat suami tersebut merasa tidak nyaman. Sementara itu, istrinya yang selalu menuntut uang dan perhatian membuatnya merasa terjebak dalam pernikahannya. Bagaimana suami tersebut akan menghadapi situasi ini? Dan apa yang akan terjadi jika rahasia sahabat masa kecilnya dan perasaannya terungkap?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Arip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

Ternyata polisi hanya melakukan razia dan memberikan surat tilang kepada sopir taksi karena tidak membawa dokumen yang lengkap. Lidya merasa lega setelah mengetahui bahwa tidak ada masalah serius.

Setelah selesai dengan polisi, Lidya mengirimkan pesan kepada Riko, "Sudah selesai, hanya tilang." Riko membalas, "Aku senang semuanya aman. Revan juga aman di tempatku." Lidya merasa lebih tenang setelah mendengar kabar baik itu.

Sopir taksi kembali mengemudi dan Lidya melanjutkan perjalanan ke tujuannya. Dia merasa sedikit lebih santai setelah semua masalah yang timbul tadi siang bisa diatasi dengan baik.

Setelah tiba di tempat yang telah ditentukan, Lidya bertemu dengan Riko dan langsung menuju ke tempat Revan. Ketika melihat Revan, Lidya merasa lega karena anak itu terlihat baik-baik saja.

"Bagaimana keadaannya?" Lidya bertanya kepada Riko. "Dia baik-baik saja, tidak ada masalah," Riko menjawab. Lidya mengangguk dan memperhatikan Revan yang sedang bermain-main di sudut ruangan.

"Kita harus terus waspada," Lidya mengingatkan Riko. "Rendy mungkin akan semakin curiga." Riko mengangguk setuju, "Aku siap, kita akan terus pantau situasi."

Lidya mendekati Revan dengan senyum manis. "Revan, aku tahu kamu kesal, tapi percayalah, aku melakukan ini semua untuk kebaikanmu," katanya dengan lembut.

Revan menatapnya dengan dingin. "Kebaikan apa? Kamu menculik aku, menjauhkan aku dari keluarga dan teman-temanku. Apa yang kamu inginkan dari aku?" tanyanya dengan nada keras.

Lidya mencoba untuk mendekatkan diri, tapi Revan mundur. "Jangan sentuh aku! Aku tidak percaya kamu!" Revan memaki dengan kesal.

Lidya terkejut dengan reaksi Revan, tapi dia tidak menyerah. "Revan, aku... aku hanya ingin melindungimu," katanya dengan suara lembut.

Tapi Revan tidak percaya. "Melindungiku? Dari apa? Dari siapa? Kamu yang justru membahayakanku!" Revan membentak, membuat Lidya terdiam.

Lidya merasa kesal dan frustrasi karena Revan terus menolaknya. "Revan, mengapa kamu tidak mau mendengarkan aku? Aku hanya ingin membantu," katanya dengan nada yang mulai meninggi.

Revan menatapnya dengan mata dingin. "Aku tidak butuh bantuanmu. Aku ingin pulang ke rumah," jawabnya singkat.

Lidya merasa semakin kesal. "Kamu tidak mengerti situasi ini, Revan. Kamu tidak bisa pulang sekarang," katanya dengan nada keras.

Revan membalas dengan nada yang sama. "Aku tidak peduli dengan situasi apa pun. Aku ingin pulang dan bertemu dengan keluargaku. Dan aku tidak percaya kamu!" Revan membentak, membuat Lidya semakin kesal dan marah.

Riko mendekati Lidya dan menyentuh bahunya. "Lidya, tenanglah. Biarkan Revan sendiri untuk sementara waktu," katanya dengan suara lembut.

Lidya menoleh ke arah Riko, masih terlihat kesal. "Tapi dia tidak mau mendengarkan aku," katanya dengan nada yang masih tinggi.

Riko mengangguk. "Remaja seperti Revan sudah bisa menilai baik buruknya seseorang. Biarkan dia sendiri, mungkin dia butuh waktu untuk memproses semuanya," katanya dengan sabar.

Lidya mengambil napas dalam-dalam dan mencoba untuk menenangkan diri. "Baiklah, aku akan biarkan dia sendiri," katanya akhirnya.

Riko mengangguk. "Aku akan terus memantau situasi. Jangan khawatir, aku yakin semuanya akan baik-baik saja," katanya dengan yakin

Riko dan Lidya meninggalkan Revan sendirian, dan Riko mulai menasehati Lidya. "Lidya, aku tahu kamu kesal dengan Revan, tapi kita harus sabar. Revan masih butuh waktu untuk memahami situasinya," katanya dengan lembut.

Lidya mengangguk, masih terlihat kesal. "Aku tahu, tapi dia sangat susah didekati. Aku tidak tahu bagaimana cara mendekatinya," katanya dengan frustrasi.

Riko tersenyum. "Kunci untuk mendekati Revan adalah dengan sabar dan memahami dirinya. Jangan memaksakan dia untuk menerima kamu secara langsung. Pelan-pelan, kamu harus bisa mengambil hatinya," katanya dengan bijak.

Lidya mengangguk, mulai memahami. "Aku paham sekarang. Aku harus bisa mengontrol pola pikirku dan tidak terlalu emosional," katanya dengan tekad.

Riko mengangguk. "Benar sekali. Dengan sabar dan memahami, aku yakin kamu bisa mendekati Revan dan membuatnya percaya pada kamu," katanya dengan yakin

Riko tersenyum. "Setelah kamu dekat dengan Revan, Rendy mungkin akan semakin percaya pada kamu. Dan mungkin saja, Rendy akan jatuh hati pada kamu," katanya dengan nada yang sedikit menggoda.

Lidya tersenyum pahit. "Itu memang rencana aku, mendapatkan kepercayaan Rendy untuk bisa mendekati Revan dan melindunginya."

Riko mengangguk. "Kamu hanya perlu memainkan peran dengan baik, dan Rendy tidak akan curiga."

Lidya mengangguk, merasa lebih percaya diri. "Aku siap memainkan peran itu."

Sarah sangat gembira dan lega melihat Lala kembali dengan selamat. Dia memeluk Lala dengan erat, air mata bahagia mengalir di wajahnya. "Lala, anakku! Mamah sangat khawatir tentang kamu," katanya dengan suara yang bergetar.

Lala memeluk ibunya dengan erat, tidak ingin melepaskannya. "Mamah... aku rindu," katanya dengan suara yang lembut.

Sarah membelai rambut Lala dengan lembut. "Mamah juga rindu, sayang. Mamah tidak akan pernah melepaskan kamu lagi," katanya dengan penuh kasih sayang.

Sementara itu, Rendy yang berada di sebelahnya, terlihat lega namun juga khawatir tentang Revan, yang masih belum ditemukan. "Lala, apa kamu tahu apa yang terjadi pada Revan?" tanyanya dengan lembut.

Lala memandang Rendy dengan mata yang masih trauma, dia tidak bisa menjawab pertanyaan ayahnya. Dia hanya menggigit bibirnya dan memeluk ibunya lebih erat, seolah-olah mencari perlindungan.

Rendy memahami bahwa Lala masih trauma dan tidak ingin memaksanya. "Tidak apa-apa, Lala. Kamu tidak perlu menjawab sekarang. Yang penting kamu sudah aman sekarang," katanya dengan lembut.

Sarah membelai rambut Lala dengan lembut. "Ya, sayang. Kamu tidak perlu memikirkan apa-apa sekarang. Kamu hanya perlu istirahat dan memulihkan diri," katanya dengan penuh kasih sayang.

Lala mengangguk kecil, masih memeluk ibunya dengan erat. Dia terlihat masih sangat trauma dan membutuhkan waktu untuk memulihkan diri dari pengalaman buruk yang dialaminya.

Sarah berterima kasih pada polisi dan orang yang sudah menemukan Lala. "Terima kasih banyak atas bantuan Anda. Kami sangat berterima kasih atas keselamatan Lala," katanya dengan tulus.

Orang yang menemukan Lala tersenyum dan menggelengkan kepala. "Tidak perlu berterima kasih, saya hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Saya senang bisa membantu," katanya dengan rendah hati.

Sarah tersenyum dan mengeluarkan amplop berisi uang. "Saya ingin memberikan sedikit imbalan sebagai tanda terima kasih kami. Semoga ini bisa membantu Anda," katanya dengan senyum.

Orang yang menemukan Lala terlihat terharu dan menerima amplop tersebut dengan rasa syukur. "Terima kasih banyak, Ibu. Ini sangat baik dari Anda," katanya dengan senyum.

Sarah menemani Lala dan membantu mengganti pakaiannya, kemudian menyuruh Lala untuk beristirahat. Lala terlihat lelah dan trauma, tapi dia berusaha untuk mengingat apa yang terjadi pada dirinya dan kakaknya.

"Apa kamu ingat sesuatu tentang tempat kamu dan Revan dikurung?" Sarah bertanya dengan lembut.

Lala berpikir sejenak, mencoba mengingat. "Ada... ada ruangan gelap... dan bau," katanya dengan suara yang lembut.

Sarah mengangguk, mencoba membantu Lala mengingat. "Apa kamu ingat suara atau langkah kaki seseorang?" tanyanya lagi.

Lala mengangguk kecil. "Ada... ada suara laki-laki... tapi tidak terlalu keras," katanya dengan suara yang masih lembut.

Sarah terus mendengarkan dan membantu Lala mengingat, berharap bisa mendapatkan petunjuk tentang keberadaan Revan.

1
new user
Kok byk sekali typo nya thor kalimat yg berulang-ulang
fitri arip: ya kak novel tergagal yang aku buat🙏🙏
total 1 replies
new user
Bunuh aj anak oon ini
new user
Duh org dugu2 kok gk bisa problem solving y
Amilawati
jelek ceritanya, dialog di ulang2 terus bikin pusing bacahya.. penulis pengen banyak bab tpw ndk materi mnkin jadinya dialog ya di ulang2 tetus
Amilawati
dialog yg jelk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!