Mantan Asisten CEO yang meninggal tiba-tiba bangun di tubuh menantu lemah dan mengetahui semua rahasia kelam keluarga besar Aruna.
Dia yang dibunuh oleh CEO Aruna group akhirnya memutuskan untuk memulai pembalasan dendamnya.
Dimulai dengan misi mengambil kembali posisi putri tunggal keluarga Jayata dan menyingkirkan putri palsu yang licik.
Apakah dia berhasil, atau justru berakhir mati untuk yang ke_2 kalinya?
Yuk,, baca...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Diabaikan
"Kau mau ke mana?!" Marlon mengikuti sang istri dengan wajah cemas, takut kalau-kalau Sherina akan membuat ulah lagi.
"Aku akan pergi mencari Rizki dan perempuan sialan itu! Beraninya perempuan itu mempengaruhi Putra kita hingga membuat Rizki mencampakkan orang tua kandungnya sendiri!" Geram Sherina yang sudah hampir dua minggu tinggal di rumah susun, tapi putranya tak kunjung menghampiri mereka.
Yang lebih parah ialah saat Sherina menonton sebuah acara televisi dan melihat Hani, si menantu sampah itu muncul di TV dengan pakaian dan dandanan mewah, bahkan hanya dikatakan melakukan donasi untuk anak-anak pengidap kanker.
Dari mana uang yang digunakan untuk berdonasi itu?
Terutama uang-uang untuk membeli pakaian cantik dan berdandan cantik?
"Heh! Dia bisa mendapatkan uang untuk terlihat keren pasti karena putraku lah yang sukses. Tapi si sampah tidak tahu malu itu malah dengan sengaja memaksa putraku untuk mengabaikan aku dan memonopoli semua kekayaan putraku!" Sherina terus menggerutu karena kesal atas perbuatan putranya yang membuatnya harus hidup menderita, sementara Hani hidup dengan kenyamanan dan kemewahan.
Marlon hanya bisa diam mengikuti sang istri hingga mereka tiba di sebuah kantor berita swasta.
"Aku yakin kita bisa mendapat sesuatu dari tempat ini," ucap Sherina yang tahu bahwa wartawan yang memberitakan Hani di televisi ialah wartawan yang berasal dari kantor berita tersebut.
"Tapi kau mau bicara dengan siapa?" Marlon bertanya dengan bingung, mereka tak mengenal siapapun di tempat itu, jadi siapa yang harus mereka temui?
"Yang penting masuk dulu," kata Sherina melangkah memasuki kantor dan langsung dihadang oleh seorang security yang bertugas di sana.
"Anda mau ke mana Bu?" Tanya sang security menatap perempuan di hadapannya yang tampak mencurigakan.
"Wartawan yang memberitakan perempuan ini di televisi, Aku ingin bertemu dengannya sekarang!" Tegas Sherina memperlihatkan selembar kertas yang tercetak wajah Hani di sana.
Sang security merasa bingung, "Kenapa Anda..."
"Ada berita penting yang perlu disampaikan! Ini menyangkut perempuan yang diberitakan di TV! Dia itu perempuan yang tidak sebaik yang kalian kira, dia hanya parasit yang menempel pada putraku!" Tegas Sherina dengan mata melotot yang membuat bola matanya hampir keluar dari tempatnya.
Sang wartawan yang dimaksud oleh Sherina kebetulan lewat di tempat itu, jadi dia mendengar ucapan Sherina dan kemudian menghentikan langkahnya untuk mengamati perempuan yang sedang sibuk berbicara dengan security.
"Maksud anda Nona Hani yang sedang memiliki selisih paham dengan keluarga Aruna?" Tanya sang security yang mana dia juga mengikuti perkembangan keluarga Aruna karena dari dulu dia sudah merasa senang dengan keluarga Aruna yang terkenal dengan kebaikan-kebaikan yang mereka lakukan.
"Tentu saja perempuan itu! Dengar ya, Hani itu adalah menantu sampah dari keluarga kami, Dia sekarang ini telah mencuci otak putraku dan memonopoli seluruh harta kekayaan putraku untuk dipamerkan di mana-mana!" Tegas Sherina sambil menggertakkan giginya, begitu geram mengingat apa yang telah dilakukan oleh menantu perempuannya yang tak berguna itu.
Mendengar ucapan Sherina, sang wartawan yang tertarik pun melangkah menghampiri Sherina dan Marlon, "maaf, sepertinya Anda mencari saya, silakan ikuti saya untuk berbicara bersama," kata Sang wartawan membuat Sherina merasa senang bahwa ia akhirnya mendapat kesempatan untuk berbicara dengan wartawan yang sebelumnya memberitakan Hani di televisi.
Mungkin dia juga bisa masuk televisi.
Sherina menganggukkan kepalanya dan segera mengikuti wartawan itu hingga mereka tiba di sebuah ruangan private yang terletak di lantai 2.
Begitu duduk, wartawan tidak berbasa-basi, dia langsung berkata, "Apa kalian punya bukti bahwa kalian memiliki hubungan dengan Hani? Atau bukti bahwa Hani melakukan sesuatu yang buruk?"
Wajah Sherina yang tadi senang berlangsung berubah, tentu saja Dia tidak memiliki bukti apapun.
Sejak hidup di keluarga Aruna, mereka bahkan tidak diizinkan menggunakan ponsel, dan baru memiliki ponsel ketika keluar dari keluarga Aruna dan ikut bersama janda kaya raya, tapi tentu saja di dalam ponsel yang baru didapatkan setelah berpisah dengan Hani tidak akan memiliki sesuatu yang berguna yang menunjukkan mereka memiliki hubungan dengan Hani.
Jadi Sherina kemudian berkata, "Tidak punya, tapi kalau kau bisa mempertemukan aku dengan Hani, Aku bisa membuktikan padamu bahwa kami berhubungan dengan--"
"Bu!" Sang wartawan merasa geram, sekarang dia merasa ditipu, "kalau kau tidak punya bukti apapun, jangan menuduh orang secara sembarangan. Saat ini banyak orang mengagumi Nona Hani karena kebaikan yang ia lakukan, dan banyak orang bersimpati padanya atas kemalangan yang ia alami gara-gara kelakuan anggota keluarga Aruna. Sekarang silakan pergi dari sini,," ucap sang wartawan merasa kesal telah membuang-buang waktu untuk dua orang yang tidak berguna.
Sherina menggertakkan giginya, dia tidak bisa berakhir begini saja, jadi perempuan itu segera memutar otaknya dan akhirnya mendapatkan sebuah ide, dia menatap sang wartawan dengan serius, "Bagaimana kalau aku mengambil nomor telepon mu, nanti kalau ada sesuatu yang penting, aku akan memberitahumu!" Ucap Sherina berharap diberikan kesempatan.
Namun sang wartawan yang ada di sana hanya bisa mendengus kesal dengan perempuan di hadapan, "jangan coba membuang buang waktuku, cepat keluar dari sini!" Bentak sang wartawan membuat Sherina tersentak dan akhirnya tak memiliki pilihan lain selain ditarik oleh sang suami keluar meninggalkan tempat itu.
Setelah keluar dari gedung tersebut, Sherina menghentakkan kakinya ke lantai, benar-benar kesal, "sialan, Kenapa dia tidak mempercayai kita?" Kesal Sherina Sambil mengelilingkan pandangannya dan pupil matanya membesar saat ia melihat sosok yang sangat dia kenali, itu putranya!
"Rizki!" Teriak Sherina langsung berlari menyeberangi jalanan hingga membuat mobil-mobil yang saat itu sedang melaju di jalanan langsung melakukan pengereman mendadak membuat kehebohan di tempat tersebut.
Marlon berusaha menghentikan sang istri, Tapi tentu saja dia tidak akan bisa melakukannya hingga akhirnya mereka berdua tiba di seberang jalan meninggalkan kekacauan di belakang mereka.
"Rizki!" Sherina berlari cepat menghampiri pria tampan yang baru saja keluar dari toko bunga dengan sebuah buket bunga mawar putih di tangannya.
Rizki menghentikan langkahnya melihat ayah dan ibunya menghampirinya, dia menggigit bibir bawahnya sesaat, memikirkan apa yang harus dilakukan sebelum akhirnya dia berlari memasuki mobil dan benar-benar pergi meninggalkan dua orang di sana.
"Putra,,, putraku,,," Sherina langsung runtuh di tanah melihat putranya menghindarinya.
Marlon pun terdiam di tempatnya, berdiri dengan kebingungan menyelimuti seluruh tubuhnya Bagaimana bisa Rizki mencampakkan mereka begitu saja?
Sementara di dalam mobil, Rizki yang duduk kini menatap spion mobil, melihat dua orang dibelakangnya Yang tertinggal, 'ayah akan menjaga Ibu, kalian berdua akan saling menjaga. Sementara aku, tugasku adalah menjaga istriku, memberi kesempatan pada kalian untuk menyakiti istriku adalah dosa besar bagiku,' ucap Rizki dalam hati yang jelas tahu bahwa jika dia membiarkan ibu dan ayahnya bertemu dengannya, maka ibunya yang memiliki watak keras itu pasti akan melakukan sesuatu yang buruk lagi terhadap istrinya.
Sementara itu, Rizki juga melihat bagaimana penampilan ayah dan ibunya, tampaknya kedua orang itu telah hidup dengan baik, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Namun dengan sikap Rizki itu, malah membuat Sherina semakin membenci Hani,,, setelah cukup lama menangis di trotoar, perempuan itu berdiri, perlahan-lahan berjalan ke arah bangku dan duduk di sana dengan wajah yang begitu gelap.
"Sudah kuduga, perempuan itu telah melakukan sesuatu pada Putra kita! Sekarang Rizki bahkan tidak mau melihat kita!" Ucap Sherina Penuh amarah.
Pada saat yang bersamaan, sebuah mobil mewah berhenti di hadapan Sherina dan Marlon, dia adalah pria yang diperintahkan untuk mengawasi gerak-gerik Rizki dan Hani.
Sebelumnya dia telah melaporkan keberadaan Sherina dan Marlon pada Nyonya Aruna, dan mendapat perintah untuk membawa dua orang itu menemui Nyonya Aruna.
Jadi pria berbadan kekar itu menghampiri ferina dan Marlon, Lalu setelah pembicaraan selama beberapa menit, akhirnya Sherina dan Marlon mau mengikutinya memasuki mobil, pergi untuk bertemu dengan Delita.
Mantap..👍🏻👍🏻👍🏻