Dunia Elea jungkir-balik di saat dirinya tahu, ia adalah anak yang diculik. Menemukan keluarga aslinya yang bukan orang sembarangan, tidak mudah untuk Elea beradaptasi. Meskipun ia adalah darah keturunan dari Baskara, Elea harus membuktikan diri jika ia pantas menjadi bagian dari Baskara. Lantas bagaimana jika Elea merasa tempat itu terlalu tinggi untuk ia raih, terlalu terjal untuk ia daki.
"Lo cuma punya darah Baskara doang tapi, gue yang layak jadi bagian dari Baskara," ujar Rania lantang.
Senyum sinis terbit di bibir Elea. "Ya, udah ambil aja. Tapi, jangan nangis jika gue bakalan rebut cowo yang lo suka."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhanvi Hrieya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33| Rencana Buruk
Pintu salah satu bilik toilet terbuka lebar, Elea melangkah mendekati wastafel. Rania menoleh ke samping, mendapati wajah yang paling ia benci.
"Udah puas lo, El," kata Rania mending Elea, "sekarang lo udah dapetin apa yang lo mau. Lo bisa dapetin cinta Bokap lo, dapatin perhatian dari Nyokap lo, dan bahkan lo udah berhasil merebut Saka dari gue. Sekarang apa yang lo mau dari gue, hah!"
Pergerakan tangan Elea membasuh kedua tangannya berhenti bergerak, kepalanya menggeleng sekilas dan berdecak ringan.
"Lo ngomong apa barusan, huh?" tanya Elea mengerutkan dahinya, "ngrebut Saka dari lo, apa gue nggak salah denger huh?"
Elea meraih tisu kering, mengusap lembut kedua telapak tangan yang basah. Ia membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Rania, sebelah alis mata tipisnya ditarik ke atas. Kedua tangannya dilipat di dada, dagu Elea terangkat.
"Dia pacar gue, dari awal Saka dan gue saling cinta. Lo yang tiba-tiba dateng kek gitu aja ngerusak kehidupan gue yang nyaris sempurna, Elea. Cuman karena lo memiliki darah Baskara, lo bahkan nggak ngerasa bersalah ke gue," jawab Rania menggebu-gebu.
Ekspresi wajah Rania terlihat terluka, air matanya menggali keluar begitu saja. Bibir Rania bergetar hebat, matanya memerah menatap tajam ke arah Elea. Siapa pun yang melihat ekspresi wajah Rania saat ini, mereka akan berpikir jika Elea tengah menindas Rania.
Elea mengembuskan napas kasar melalui bibirnya dan berkata, "Sayang banget, akting lo oke banget loh. Ketimbang lo ngadepin gue dengan energi Lo yang full power cuman agar kelihatan menyedihkan, akan sangat bercuan kalo lo langsung casting aja. Gue yakin pakek banget, lo bisa menyapu habis semua nominasi artis terbaik. Trust me, Rania."
Rania tertegun mendengar perkataan Elea, ia tak percaya Elea tidak meledak-ledak seperti dulu. Di mana di saat Rania berakting menyedihkan, maka Elea akan langsung menunjuk-nunjuk ke arahnya dengan suara lantang memarahi Rania. Maka Rania akan kembali melanjutkan akting selanjutnya berpura-pura terdorong, atau mungkin akan benar-benar di dorong oleh Elea karena marah.
"Kenapa? Lo tercengang sama perubahan gue, ya. Gue sekarang mampu buat ngedaliin emosi gue, buat nggak terprovokasi sama akting murahan lo, Rania," lanjut Elea terdengar tegas.
Kedua manik mata Rania bergetar, jari jemarinya perlahan menyatu dan mengepal. Beberapa orang di bilik toilet hanya diam, tidak ada yang bersuara. Mereka tidak ingin ikut campur dengan masalah keluarga Baskara, apalagi gosip terbaru tentang ditendangnya Rania dari keluarga Baskara dan Buming secara bersamaan.
Mereka masih waras untuk berpihak pada siapa, dulu Rania menjadi sosok paling penting. Sekarang gadis berparas ayu itu tidak lebih dari gadis yang tidak diakui, Rania mengigit bibir bawahnya.
"..., lo boleh marah sama gue, El. Gue tau kalo gue yang salah, gue nggak seharusnya nempati tempat lo. Tapi, gue dan Saka saling cinta. Gue mohon banget sama lo, lepasin Saka. Lo adalah putri Papi Guntur yang sesungguhnya, lo bisa dapetin apa pun yang lo mau. Gue nggak kek gitu, gue cuman punya Saka yang mencintai gue. So, please gue mohon. Apakah gue harus berlutut biar lo mau bermurah hati ngelepasin Saka," balas Rania tanpa mengindahkan perkataan Elea barusan padanya.
"Saling cinta," ulang Elea mencemooh, "bukanya yang lo inginkan dari Saka adalah hartanya aja. Lo bahkan berselingkuh di belakang Saka, apa itu yang lo maksud saling suka?"
Kedua mata Rania terbelalak mendengar sahutan Elea, matanya mengedar menatap ke arah beberapa bilik toilet perempuan yang tertutup rapat. Bermaksud memojokkan Elea, siapa yang menyangka jika Rania yang terpojok.
"Lo—lo!" Rania mengangkat tangannya dan jari telunjuknya terarah pada Elea, ia tergagap.
Elea menyeringai, "Kalo lo nggak mau makin kelihatan belangnya sama orang-orang, harunya lo jangan berurusan sama gue. Awalnya gue kasian sama lo, bermaksud buat ngelepasin lo. Kayaknya gue salah, gue sempat lupa. Darah yang mengalir di tubuh lo, ya sama aja kek ayahnya lo itu. Haus akan uang dan uang, menjerat orang-orang yang kekurang cinta."
Kepala Rania menggeleng, ia berbalik dan berlarian ke luar dari ruangan toilet. Elea menghela napas kasar, melihat pintu yang kini tertutup.
...***...
"Apa yang lo lakuin, hah!" Yuda menghempaskan cekalan tangan sang adik pada pergelangan tangannya.
"Gue mau Abang ngehancurin Elea. Bikin dia menderita mungkin berkali-kali lipat, gue mau dia ngerasain gimana rasanya terluka parah. Tolong lakuin itu buat gue, Bang," pinta Rania, ekspresi wajahnya terlihat begitu marah.
"Apa yang bisa gue dapetin kalo gue ngelakuin itu buat lo, huh," sahut Yuda, "walaupun kita kakak-adik kandung, gue tetap mau bayaran atas kerja gue."
Rania menatap marah ke arah Yuda, kenapa yang selalu ada di otak kakaknya ini hanyalah uang. Saat ini Rania nyaris tidak memiliki uang simpanan, Diana—ibu angkatnya hanya memberikan Rania uang harian itu pun tidak sebanyak dulu lagi.
"Gue selama ini kasih duit ke lo, Bang. Nggak kehitung banyaknya, ini kali pertama gue minta tolong ke lo. Dan lo malah perhitungan ke gue, Bang." Rania menggeleng tak percaya.
Yuda mendengus, dan menjawab, "Duit yang lo kasih kemarin itu 'kan duit cuma-cuma. Bakti lo ke Abang lo ini. Yang sekarang udah pasti beda lagi, lo yang minta bantuan gue."
Rania menatap tajam ke arah Yuda—kakak lelakinya, ekspresi wajahnya tak percaya. Rania menghela napas berat, kedua kelopak matanya tertutup perlahan. Memutar otak agar bisa mendapatkan apa yang diinginkan, Guntur tidak akan luluh pada rengekannya. Sementara Diana wanita lemah dan bodoh itu telah jatuh ke lumpur, saat ini yang menghalangi jalan Rania untuk bisa menjadi tunangan Saka adalah Elea.
Alis mata Yuda berkerut memperhatikan ekspresi wajah Rania, ia hanya menginginkan uang dari adiknya ini.
"Gimana? Lo mau atau nggak ya terserah lo. Gue sih, nggak ambil pusing toh yang kepingin dia celaka sekarang ada lo. Lo mau Saka kembali ke lo, ngeluarin duit yang nggak seberapa biar lo dapatin apa yang lo mau. Lo terima beresnya aja," sambung Yuda.
Kedua kelopak mata Rania terbuka perlahan, kedua tangannya mengepal. "Oke, gue bakalan bayar lo Bang. Tapi, lo harus pastiin semuanya berhasil."
"No problem," jawab Yuda santai, "gue bakalan lakuin apa yang lo mau tapi, bayaran yang harus gue terima nggak dikit."
"Berapa yang lo mau?" tanya Rania tampak serius.
"Lima puluh juta," jawab Yuda kelewatan santai.
Pupil mata Rania melebar, kakak lelakinya ini pasti gila. Uang sebanyak itu bisa dapatkan dari mana, di saat kondisi keuangan Rania benar-benar sulit saat ini.
"Mau nggak?" Yuda kembali bersuara.
Kedua sisi rahang Rania bergemeretak, dan berkata, "Lo harus habisin nyawa dia. Setelah itu terjadi, gue balakan transfer duitnya."
"Deal!" seru Yuda, ia mengulurkan tangannya.
"Oh, deal," sahut Rania, meraih uluran tangan Yuda.
Mau bagaimana pun caranya Rania akan mendapatkan uang sebanyak itu, meskipun harus menjual apa yang dia punya atau dirinya sendiri. Karena setelah Elea tiada maka ia bisa memiliki segalanya.
Bersambung....