NovelToon NovelToon
RATU UNTUK KELUARGA CHARTER

RATU UNTUK KELUARGA CHARTER

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Cintapertama / Tamat
Popularitas:672
Nilai: 5
Nama Author: Essa Amalia Khairina

Sophia lahir dari keluarga sederhana di pinggiran kota London. Hidupnya tak pernah berlebih, namun penuh kehangatan dari kedua orang tuanya. Hingga suatu hari, datang tawaran yang tampak seperti sebuah pertolongan—keluarga kaya raya, Mr. Rich Charter, menjanjikan masa depan dan kestabilan finansial bagi keluarganya. Namun di balik kebaikan itu, tersimpan jebakan yang tak terduga.

Tanpa sepengetahuan Sophia, orang tuanya diminta menandatangani sebuah dokumen yang mereka kira hanyalah kontrak kerja sama. Padahal, di balik lembaran kertas itu tersembunyi perjanjian gelap. Yakni, pernikahan antara Sophia dan putra tunggal keluarga Charter.

Hari ketika Sophia menandatangani kertas tersebut, hidup Sophia berubah selamanya. Ia bukan lagi gadis bebas yang bermimpi menjadi pelukis. Ia kini terikat pada seorang pria dingin dan penuh misteri, Bill Erthan Charter—pewaris tunggal yang menganggap pernikahan itu hanya permainan kekuasaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Essa Amalia Khairina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RAHASIA EDWARD

Pagi-pagi sekali, Sophia terbangun dari tidurnya. Bukan karena tidur lelapnya yang cukup. Melainkan, suara teriakan seseorang yang terdengar cukup keras dari luar kamarnya.

Sophia yang tak sekamar dengan Bill, gegas beringsut dari ranjang tidurnya lalu keluar kamar. Ia melihat pria itu tengah berontak, ketika Edward meminta beberapa suruhannya, termasuk Brian dan Alex untuk membawa paksa Bill keluar dari kamarnya. Dengan perasaan kaget dan penasaran, Sophia berlari mendekati mereka.

"Pagi Nona Sophia," Sapa Edward, menatap lurus Sophia.

"Tu-Tuan... apa yang terjadi? Bi-Bill..."

"Aku mengijinkan dia untuk tidur dengan wanita manapun," Potong Edward, matanya tajam menatap Bill. "Tapi aku tidak pernah rela dia membawa uang-uangku demi benda haram yang tidak hanya tidak hanya merusak hidupnya. Tapi mempermalukan keluarga ini."

Edward mendekat ke arah Bill, "Dasar anak angkat gak tahu diri!" Pekiknya.

Sophia tertegun, Jantungnya berdegup kencang. Kata-kata Edward seperti petir yang menyambar di siang bolong. Anak angkat? batinnya, matanya membulat penuh tanya. Selama ini, Bill selalu dianggap sebagai bagian utuh dari keluarga, tidak pernah ada yang menyinggung soal statusnya. Lantas, Edward kini menyebutnya dengan terang-terangan. Pikiran Sophia mulai berkecamuk, mencoba mencerna kebenaran yang tiba-tiba terungkap.

Lalu, Sophia menoleh ke arah Bill, mencari reaksi di wajahnya. Apakah Bill sendiri tahu tentang hal ini? Namun justru, ekspresi Bill kosong, seperti patung yang kehilangan jiwanya.

"Bawa dia pergi! Polisi sudah menunggunya di luar!" Lanjut Edward.

"Ayah tidak bisa begitu!" Kata Bill. Nadanya setengah meninggi, merasa cemas dan frustasi. "Bagaimanapun... aku ini anakmu!"

Edward mendesis pahit, "Kamu anak haram yang sengaja dibuang di jalan! Beruntung aku menemuimu dan membawamu kemari. Dasar tidak tahu malu!"

Bill meronta sekuat tenaga, tubuhnya bergetar karena amarah dan rasa malu. "Lepaskan aku!" Teriaknya, suaranya serak dan penuh emosi. Ia merasa harga dirinya diinjak-injak, dipermalukan di depan orang-orang yang selama ini ia anggap sebagai keluarga. Tatapannya penuh kebencian tertuju pada Edward, pria yang telah mengkhianati kepercayaannya.

Sedangkan, Edward hanya menatap tajam Bill hingga mereka berhasil membawa pria itu menghilang dari pandangan. Di saat yang sama, ia menatap Sophia yang masih terkejut tak percaya.

"Nona Sophia..." Kata Edward melangkah lebih dekat ke arah Sophia sesaat sebelum ia melewati gadis itu untuk pergi. "... ikut denganku."

****

Edward berjalan menuju ruang kerjanya, memberi isyarat agar Sophia mengikutinya. Sophia merasa bingung dan penasaran. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Edward bersikap seperti ini? Dengan langkah ragu, Sophia mengikutinya memasuki ruang yang rapi dan nyaman, semua tertata dengan apik.

Edward berdiri di depan jendela, memandang keluar dengan tatapan kosong. "Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu," katanya, tanpa menoleh pada Sophia. Ia kemudian berjalan menuju meja, meraih sebuah kotak kecil dari laci meja kaca tersebut, membukanya, dan memperlihatkan isinya pada Sophia.

"Duduklah!" Perintah Edward.

Sophia mengangguk menurut, tapi matanya masih memandang benda mungil yang nampaknya begitu sangat berharga.

"Ini... cincin milik Ibumu."

"Ibu?" Ulang Sophia menggumamkan kata itu dengan nada terkejut juga bingung. Matanya membulat, menatap cincin itu dengan seksama. Cincin emas dengan permata safir biru yang berkilauan. "Ma-Maksud anda... ini... milik Margaret?"

Edward menggeleng, "Alice. Dia adalah Ibumu yang sudah sesungguhnya. Istriku."

Bola mata Sophia membulat. Tubuhnya condong ke arah Edward. Kejutan apa yang ia dapatkan sepagi ini? Ataukah ia masih tertidur?

"Ma-Maaf, Tuan. A-Apa maksud dari semua-"

"Aku tidak pernah menjualmu." Potong Edward cepat. "Kamu adalah putri kami yang telah lama hilang beberapa puluh tahun yang lalu." Jelasnya pelan, namun tegas. "Dan uang yang aku berikan pada orangtuamu adalah bayaran dariku karena telah merawatmu selama ini, Sophia."

Sophia membeku di tempatnya, kata-kata Edward menggantung di udara seperti kabut tebal. "Putri... yang hilang?" Bisiknya lirih, mencoba mencerna informasi yang baru saja ia dengar.

Otaknya mulai bekerja keras, berusaha menghubungkan potongan-potongan masa lalu, namun tak ada yang diingatnya, sama sekali. Mungkinkah Edward adalah ayahnya? Namun, keraguan masih menggerogoti hatinya. Ada pertanyaan yang belum terjawab, ada kejanggalan yang belum terpecahkan. Ia menatap Edward dengan tatapan menyelidik, mencari kebenaran di balik mata pria itu.

"Lukisan-lukisanmu, telah aman. Kau bisa melihatnya di ruang yang nanti akan Alex tunjukkan padamu."

"Tu-Tuan..."

"Sophia," Potong Edward lagi. "Mulai sekarang... kau bisa memanggilku Ayah."

Sophia menelan saliva, bulat bola matanya tak lagi menunjukkan ketidakpercayaan, tapi juga rasa haru yang tak lagi dapat terbantahkan. Binar matanya meneteskan sesuatu yang tak terduga. "Kau... benar Ayahku?" Ucapnya, pertanyaan yang bahkan tak bisa ia kendalikan. "Thomas dan Margaret... dan, kenapa kau menikahkan aku pada Bill? Kenapa kau tidak bilang padaku, sebelumnya?"

Pertanyaan-pertanyaan itu akhirnya mencuat satu per satu dari bibir Sophia. "Kau kenapa melakukan ini, Tu... ma-maksudku, Ayah?"

****

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!