Ini adalah kisah Guru Spiritual dan Seorang Duyung yang mencoba menerobos perbudakan melalui segala macam kesulitan dan bahaya. akhirnya menjadi sebuah keluarga dan bergandengan tangan untuk melindungi rakyat jelata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fii Cholby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 31
"Kerajaan Vielstead tidak akan mengintimidasi siapapun." tegas Tzeitel. Ia pun kemudian mengeluarkan benda pipih berbentuk segitiga. Semua orang melihatnya.
"Cermin ini di sebut `Cermin Cinta'. Ini adalah harta karun Kerajaan Vielstead untuk mengidentifikasi sepasang kekasih. Letakkan darah ahli spiritual dan pelayannya di atas cermin. Jika seseorang memiliki perasaan terhadap yang lain, darah akan menyatu secara otomatis. Saya mengundang para Tetua ke sini untuk menjadi saksi. Mari kita lihat siapa yang membuat kesalahan besar itu." ucap Tzeitel.
Xenia dan Carly tampak menegang. Bagaimana tidak? Mereka saling mencintai. Jika mereka sampai ketahuan memiliki hubungan sudah dipastikan akan mendapat hukuman yang begitu berat.
"Master Jesly adalah salah satu yang teratas dari yang lain. Master Jesly, silahkan anda lebih dulu." ucap Alaric mempersilahkan. Ia sangat yakin Jesly akan terjebak dalam masalah besar.
"Asisten Tzeitel, Master Jesly dan pelayannya Lily sudah seperti saudara perempuan. Seharusnya tidak di uji diantara Master Jesly dan Lily melainkan Master Jesly dengan duyung." ucap Sisy.
"Saya tidak tau bahwa Master Jesly memiliki pelayan lain." Tzeitel menatap Jesly penuh selidik.
"Bukan pelayan tapi dia melatih seorang duyung yang sangat tampan." ucap Sisy tidak akan membiarkan Jesly menang kali ini.
"Seorang duyung? Pria duyung itu adalah pelayan yang di pilih oleh Peri Ruby. Menginginkan pelayan Peri Ruby merupakan kesalahan yang lebih besar." ucap Master Lian.
"Jadi itulah yang di inginkan. Dia akan melakukan semua yang bisa dia lakukan untuk mengalahkan saya."
Alaric menahan geram karena Jesly selalu bisa mengelak dan pandai berbicara.
"Tapi.. bukankah agak serius untuk memiliki begitu banyak tetua dan ahli spiritual di sini?" Jesly berusaha untuk tetap tenang.
"Saya hanya menjaga reputasi anda!" ucap Tuan Muda Alaric.
"Master Jesly, ada baiknya bagi anda untuk menutup mulut dengan fakta." tegas Tzeitel agar Jesly tidak angkat bicara.
"Tapi duyung itu terkunci di Goa Refleksi. Jadi belum bisa untuk mengujinya. Jadi, mari kita beri kesempatan yang lain untuk menguji darah mereka lalu pergi ke Goa Refleksi untuk mengujinya."
Xenia menatap Carly dengan tegang. Carly memberikan senyuman hangat untuk memberi Xenia ketenangan bahwa ini akan baik-baik saja.
Alaric menatap Xenia dan Carly untuk memastikan di antara mereka tidak ada apa-apa lalu beralih menatap Jesly yang terlihat biasa-biasa saja malah sangat tenang.
"Hahaha.. anda banyak sekali bicara! Saya menemukan Kerajaan Vielstead adalah tempat yang menguntungkan, menyediakan banyak makanan dan minuman yang enak. Oleh karena itu, saya merendahkan diri untuk datang ke sini. Tapi saya justru mendapatkan berita yang sangat mengejutkan. Baiklah, saya akan pergi." Baru saja membalikkan badan Carly di serang oleh Tzeitel.
Ia tau Tzeitel akan mencegahnya dengan gerakan lincah ia menghindar lalu berbalik arah dan menyerang kembali. Alaric dapat membaca gerakan Carly. Ia langsung melepaskan kekuatannya untuk melindungi Tzeitel.
Saat hendak menyerang kembali, Master Lian dan Master Muse menggunakan kekuatannya untuk mengunci pergerakan Carly.
"Uhhuukkk!" Alaric menyentuh dadanya. Lukanya belum sembuh total. Sisy khawatir langsung memegangi tangan Alaric untuk memeriksa denyut nadi.
"Asisten Tzeitel, luka Tuan Muda kembali terbuka." ucap Sisy khawatir.
"Asisten Tzeitel, saya khawatir saya tidak akan kuat. Mohon kita hentikan tes darah ini dan kita lanjutkan besok. Serahkan orang ini pada saya! Dia akan menerima hukuman berat!" pinta Alaric.
Xenia menatap Carly sendu. Carly menatap Tzeitel, Alaric dan Sisy dengan sorot tajam.
"Baik. Sesuai keinginan Tuan Muda." Tzeitel menuruti keinginan Alaric untuk melanjutkan tes darah besok.
Jesly menatap Alaric seolah tau apa maksud Alaric. Ia berpikir Alaric pasti sengaja melukai dirinya demi bisa menghukum Carly.
Semua orang pun membubarkan diri.
Sisy membantu Alaric berjalan dengan pelan dan hati-hati. Jesly berjalan cepat menyusul Alaric, mencegahnya. "Anda sengaja melukai diri anda sendiri dan menerima serangan dari Carly. Apa yang anda coba lakukan?" sarkas Jesly.
"Anda tidak perlu khawatir tentang tes darah besok tapi anda sangat peduli dengan orang lain. Mungkinkah anda yakin besok dalam tes darah Carly dan Xenia akan dinyatakan bersalah?"
"Begitu Carly sedang melindungi Ketua Xe itu menjelaskan bahwa Ketua Xe memihak Anda. Anda sudah memiliki sesuatu pada dirinya." ucap Sisy dingin.
"Saya target anda! Jangan sampai orang lain ikut terlibat dalam rencana anda!" tegas Jesly karena tidak ingin orang lain ikut terlibat dalam masalahnya.
"Kami akan berurusan dengan anda nanti. Tunggu saja dan lihat!"
"Baik. Saya akan menunggu!" Sorot mata Jesly terpancar tidak akan menyerah dan akan membalas siapapun yang melibatkan orang lain dalam masalahnya. Ia pun kemudian pergi.
"Tuan Muda, meskipun kita bisa menangkap Carly dan Ketua Xe, kita tidak dapat menemukan kesalahan pada diri Jesly. Saya pikir dia tidak khawatir tentang dirinya sendiri."
"Ini bukan satu-satunya cara untuk menghukumnya. Pergilah ke suatu tempat!" perintah Alaric yang di angguki oleh Sisy.
.
.
.
Lily sedang membolak-balikkan buku mencari suatu informasi. Jesly meletakkan tangannya di dada, bersedekap. "Bagaimana? Ada sesuatu?" tanya Jesly tidak tahan menunggu Lily untuk bicara.
"Tenanglah! Cermin Cinta hanya bekerja untuk mereka yang jatuh cinta. Ketua Xe dan Carly harusnya khawatir. Mengapa kamu gugup?"
Jesly menghela nafas pelan. Lily sedikit mencondongkan wajahnya. "Apa kamu dan ikan itu benar-benar saling jatuh cinta?"
Jesly memukul jidat Lily pelan. "Omong kosong! Baca bukunya, cepat!" Lily menatap Jesly penuh selidik lalu kembali duduk.
"Besok adalah tes darah akan dimulai. Xenia dan aku pernah belajar di tempat yang sama dulu. Bagaimana aku bisa membiarkannya terjebak dalam masalah ini?"
"Tapi Cermin Cinta itu adalah harta karun kuno. Tidak ada cara untuk membodohi mereka."
"Jika merusaknya?"
Jesly dan Lily menoleh ke sumber suara. Xenia datang menemui mereka. Ia juga tidak ingin ketahuan dan mendapat hukuman. Yang paling ia takutkan jika Carly kenapa-kenapa.
"Apa yang kamu katakan barusan?" tanya Lily.
"Penjaga Aula akan pergi tidur di tengah malam. Jesly, apa anda bersedia pergi dengan saya?"
Jesly hendak menjawab tetapi Lily lebih dulu angkat bicara dan berdiri tegak di samping Jesly. "Jesly tidak akan melakukan itu. Jika dia tertangkap, keyakinan akan di tegaskan. Lagipula Jesly..."
Jesly langsung menutup mulut Lily agar tidak keceplosan. "Hehe.. Sebagai musuh, kami saling membagi keuntungan. Hal yang kamu khawatirkan tidak bisa di temukan kecuali Cermin Cinta di hancurkan."
Lily menghela nafas kemudian mengangguk kecil. "Saya tidak takut dengan Yang Mulia Heinrich. Lalu, bagaimana mungkin saya bisa takut pada putranya?" Jesly tersenyum tipis ke arah Xenia.
Xenia hanya membalasnya datar. Jika bukan karena Carly, ia tidak akan bekerjasama dengan Jesly.