Ini adalah kisah Guru Spiritual dan Seorang Duyung yang mencoba menerobos perbudakan melalui segala macam kesulitan dan bahaya. akhirnya menjadi sebuah keluarga dan bergandengan tangan untuk melindungi rakyat jelata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fii Cholby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 33
"Ketua Xe," Jesly memberikan Cermin Cinta itu pada Xenia.
Xenia meneteskan setetes darahnya di atas Cermin Cinta. Carly melakukan hal yang sama. Semua orang fokus pada Cermin Cinta untuk membuktikan hubungan di antara mereka benar atau tidak.
Darah Carly dan Xenia tidak menyatu bahkan tidak bergerak sedikitpun. "Mustahil! Ini pasti salah! Jesly pasti sudah mengganti cerminnya." ucap Sisy tidak terima. Pasti ada yang salah dengan cermin itu pikirnya.
"Anda bisa membuktikannya sendiri dengan melakukan hal yang sama dan melihat hasilnya. Apakah cermin ini palsu atau tidak? Bukankah anda juga seorang pelayan?" tantang Carly tersenyum smirk.
Sisy membelalakkan matanya. "Cukup! Sudah cukup kita membuktikan malam ini." Alaric menghadap Tzeitel. "Asisten Tzeitel, saya bekerja dengan terburu-buru sehingga menjadi masalah. Saya siap menerima hukuman."
"Dia membuat masalah besar. Kenapa anda menganggap selesai malam ini?"
Alaric menatap Jesly tajam. Sisy merasa tidak terima dan menyerang Jesly. Xenia mengarahkan Cermin Cinta tepat pada titik serangan Sisy sehingga cermin itu menjadi pecah berkeping-keping.
PRAANG!
Cermin Cinta sudah hancur dan tidak bisa dikembalikan.
"Prajurit, bawa Sisy pergi dari sini!" perintah Alaric agar Sisy tidak terkena masalah.
"Tunggu! Tidakkah anda ingin tau kalau cermin ini asli atau palsu?" Jesly mengambil sepotong Cermin Cinta yang sudah terpecah belah di lantai. Maju dua langkah untuk lebih dekat pada Alaric.
"Anda berkata semua orang di sini harus di tes darahnya. Tapi.. hanya pelayan anda yang mendapat pengecualian. Bukankah itu tidak adil?" Jesly mengangkat sepotong cermin di hadapan Alaric.
"Tuan Muda, tolong jangan lakukan itu!" pinta Sisy tidak ingin semuanya terbongkar.
Alaric mengangkat tangannya di udara siap untuk meneteskan darahnya. Namun Sisy mencekalnya. Tzeitel menggunakan kekuatannya menahan tangan Sisy.
Jesly menggores tangan Sisy menggunakan ujung potongan cermin sehingga darah Sisy menetes di atas Cermin Cinta. Kemudian Alaric meneteskan darahnya di atas Cermin Cinta.
Semua orang fokus pada Cermin Cinta di tangan Jesly menunggu hasilnya. Perlahan darah Sisy bergerak mendekati darah Alaric sehingga menjadi satu.
Tzeitel membelalak. "Berani sekali anda menyukai Tuan Muda!" bentak Tzeitel.
Sisy menatap Jesly geram. "Jesly," ia bersiap untuk menyerang namun Alaric mencegahnya.
"Berhenti!"
"Sisy menyukai Tuannya, menyebarkan fitnah, menyerang orang lain, dan menggabungkan semua masalah menjadi satu. Kirim dia ke Goa Relasi dan akan melakukan eksekusi di kemudian hari untuk melenyapkan kultivasinya. Darah Tuan Muda tidak bergerak, hatinya tidak tersentuh tetapi anda gagal dalam mendidiknya. Anda juga di hukum."
Alaric menunduk hormat pada Tzeitel. "Saya siap menerima hukuman."
.
.
.
Sisy sedang perjalanan menuju Goa Relasi bersama dua prajurit di sisi kanan dan kiri. Namun jalan itu tidak menuju Goa Relasi membuat Sisy bingung. "Mengapa kalian membawa saya kesini?" tanyanya.
"Jika anda masih ingin hidup, diamlah!" Tzeitel muncul menggunakan teleportasi.
"Asisten Tzeitel," senyumnya mengembang.
Dua prajurit menunduk hormat.
"Anda telah bersama Tuan Muda sudah cukup lama. Melewati susah senang bersamanya. Tetapi di depan umum, saya harus bersikap tegas dan keras untuk menghukum anda. Untuk sementara waktu anda harus berada di Goa Relasi. Setelah Yang Mulia selesai semedi, saya akan membujuknya untuk memberikan kesempatan sekali untuk anda hidup dengan mengasingkan diri."
Netra Sisy berkaca-kaca. "Anda tidak akan membunuh saya?"
"Memiliki perasaan yang tidak bisa di ungkapkan itu tidak selalu salah. Jika anda meninggalkan Kerajaan dan melupakannya, mungkin anda masih bisa bertahan hidup dan mencari makan. Hanya itu yang bisa saya lakukan untuk anda. Bawa dia pergi!"
"Tidak! Tuan Muda membutuhkan saya untuk membantunya. Hanya saya yang bisa membantunya untuk bersaing dengan Jesly. Tolong biarkan saya tinggal bersamanya!"
"Jangan menganggap diri anda itu penting! Anda tidak begitu penting bersanding dengannya! Sebelum perasaan itu lebih dalam.. tinggalkan dia, atau semua akan terlambat." Tzeitel menghela nafas pelan. "Bawa dia pergi!"
Prajurit pun membawa Sisy pergi. Ia akan di bawa ke Goa Relasi menunggu masa hukuman datang.
Sisy berada di tempat yang berbeda dengan yang lain. Ia hanya sendirian di sana, prajurit pergi meninggalkannya seorang. Ia duduk di bebatuan besar, melihat tanda ular di tangannya. Bibirnya melengkung membentuk senyuman.
Kenangannya dulu waktu masih kecil telah di selamatkan oleh Alaric. Saat itu ia di serang oleh ular-ular lainnya. Alaric kecil berjalan dengan tertatih-tatih mendekatinya dan melempari batu pada ular-ular yang menyerangnya untuk menyelamatkannya. "Pergi, pergi!"
Setelah ular-ular yang menyerangnya pergi Alaric kecil menangkapnya. "Apa kamu juga di kucilkan?" tanyanya. Alaric kecil memberikan sebutir telur pada Sisy. Ia mengamati wajah Alaric kecil dan mengingatnya selalu di kepala.
"Jalani hidup yang baik. Setidaknya jangan mati disini." ucap Alaric kecil.
Beberapa tahun kemudian setelah ia tumbuh dewasa, ia menemui Alaric untuk menyerahkan diri menjadi pelayannya. "Pelayan anda, Sisy memberi hormat Tuan." Sisy bersimpuh di hadapan Alaric.
"Anda berjuang dengan cara anda sendiri. Kenapa?"
"Beberapa tahun yang lalu di Goa Ular, Tuan telah menyelamatkan Sisy."
Alaric terkejut. Ia meminta Sisy untuk berdiri tegak. "Saya tidak meminta anda untuk membalas budi."
"Anda berkata agar saya menjalani hidup dengan baik. Anda telah menyelamatkan hidup saya. Saya berhutang budi pada anda. Tolong terima saya menjadi pelayan anda!" Sisy mengeluarkan spiritual dan ramuan jiwa miliknya membentuk bulat berwarna hitam keunguan. Menyodorkannya pada Alaric.
Alaric mengambilnya sesaat lalu menanamkannya di tangan Sisy. Sisy tersenyum. "Mulai sekarang, anda pelayan saya!"
Sisy melihat tangannya yang terdapat tanda ular. "Mulai dari sekarang, saya akan mengikuti anda kemanapun anda pergi."
Alaric mengangguk.
Kenangan masa lalu itu tidak bisa terhapuskan dalam ingatannya. Air matanya mengalir membasahi pipi mulusnya. Sisy sesenggukan mengingat kenangan itu.
"Aku tidak punya kenangan lain sepanjang hidupku. Aku hanya ingin Tuan Muda mendapatkan apa yang ia inginkan." Sisy mendongakkan kepalanya.
dua prajurit datang menemuinya. Ia melirik sekilas, menghela nafas.
"Waktu hukuman segera di putuskan. Ayoo!"
Sisy memejamkan matanya membuat prajurit saling pandang. Salah satu prajurit berjalan mendekat.
Sisy membuka matanya, netranya berubah warna menjadi ungu. Dengan tajam menoleh ke samping dalam sekejap dua prajurit terkapar di tanah.
Matanya kembali berubah normal. Ia berjalan keluar dari Goa Relasi. Demi keselamatannya ia berubah wujud menjadi ular agar tidak di ketahui oleh siapapun.
Di luar begitu banyak prajurit saling berjaga, bergantian jaga untuk keselamatan dan kedamaian Kerajaan Vielstead. Ia dapat melihatnya dengan matanya sendiri. Bertahun-tahun menjadi pelayan Alaric membuatnya hafal tempat-tempat dan sekitar Kerajaan Vielstead.