Carlista Daniella Hilson, gadis cantik dan barbar yang tak takut dengan peraturan. Selalu berbuat ulah hingga mendapat julukan Queen of Badgirl.
Hidup Carlista berubah 180 derajat, ketika Antariksa High School kedatangan murid baru bernama Marvel James Ferioz---keturunan Mafia terkenal asal Amerika Serikat.
Marvel yang berusaha masuk ke dalam hidup Carlista sekaligus mengklaim dirinya sebagai miliknya. Tak peduli dengan penolakan yang Carlista lakukan, ia terus dengan gencar menaklukan hati dari gadis kesayangannya itu.
Siapa Marvel sebenarnya?
Dan, untuk apa Marvel mengklaim Carlista sebagai miliknya?
.
.
"Gue akan berusaha untuk terus membuat masalah supaya lo bosen dan pergi ninggalin gue." ujar Carlista dengan mengancam serius.
"Silahkan saja, jika kamu ingin selalu mendapat hukuman dari aku, Baby." bisik Marvel tepat di telinga Carlista.
Cup
Carlista membolakan kedua matanya. Pasalnya, Marvel baru saja mencuri satu kecup
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Olafelsah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33 / Bahagiaku Bersamamu
Sudah dua hari ini, Marvel terus-menerus menggandeng tangan Carlista dan memeluk tubuh kecil itu. Tak mau kehilangan momen barang sebentar saja, ia terus menempel bak cicak pada tembok. Seakan tak terpisahkan. Sungguh, Carlista sangat jengkel dengan Marvel.
Hanya karena besok ia pergi ke Belanda, Carlista harus terus berada di sampingnya. Seakan tak mau kehilangan atau terpisah dengan waktu yang bisa dibilang sebentar. Marvel dan ketiga temannya memang pergi ke Belanda besok pagi. Itupun, hanya 3 hari saja.
Waktu yang terbilang cukup singkat untuk sebagian orang. Tetapi, tidak bagi si cowok tampan itu. 3 hari tanpa Carlista, bagaikan 3 tahun tanpanya. Lama, lama sekali. Ia tidak bisa untuk tidak berdekatan dengan gadisnya itu.
Seperti sekarang ini, Marvel terus saja mendusel di ceruk leher Carlista. Meski ini kantin sekalipun, Marvel seakan tutup mata dan tak mau melihat sekelilingnya. Termasuk keenam manusia-manusia yang ditakdirkan hanya menjadi penonton kebucinan Marvel kepada Carlista.
"Ngeliat kelakuan lo, Vel, lama-lama katarak mata gue," cibir Juna yang entah keberapa kalinya ia terus mencibir kelakuan salah satu temannya yang terkenal dingin dan datar itu.
Tetapi, lain halnya jika sudah bersama sang gadis kesayangannya itu. Sikap dingin dan datarnya itu seakan menghilang entah kemana. Dan jangan heran jika singa liar itu akan berubah seperti kucing anggora ketika bersama orang yang disayang.
"Terima nasib, Jun. Jomblo karatan kayak lo emang ditakdirkan hidup ngenes," ujar Atharel mendramatisir.
"Ck, kayak lo gak jotan aja," balas Juna dengan sewot.
"Jotan?" beo Jenna. "Apaan tuh?"
"Jomblo karatan," ujar Juna lalu tertawa renyah, meski terkesan garing dan awkward.
Marvel seakan tak menghiraukan celetukan teman-temannya itu. Ia justru sibuk dengan kegiatannya dan seakan dunianya hanya pada Carlista. Tak ada yang bisa mengalihkan pandangannya dari wajah cantik yang tengah menggembung lucu karena tengah menikmati makan siangnya.
Sementara Marvel hanya sibuk mengganggu gadisnya yang tengah menikmati makan siang dengan tenang. Menikmati semangkok bakso dan sepiring mie goreng spesial dengan telor ceplok di atas mie. Ditemani segelas es lemon tea tanpa merasa terganggu sedikitpun.
Hal itu sontak mengundang atensi terutama dari ketiga temannya.
"Tumben si Carl, jadi kalem gitu," celetuk Melody.
"He'em, biasanya kan, dia ngereog terus. Apalagi kalo lagi makan malah digangguin," timpal Jenna yang tengah menikmati semangkok bakmie.
"Mungkin dia lelah," celetuk Juna, ikut menimpali.
Ya, ada benarnya juga apa kata si cowok lesung pipit itu. Carlista sudah mulai bosan untuk meladeni dan mereog kepada Marvel. Jadi, ia biarkan saja Marvel terus mengganggu dirinya dan sesekali juga mencuri satu kecupan entah itu di pipi ataupun di bibir manis itu.
Cup
"Besok aku gak ada, jangan nakal kalo gak ada aku,"
Carlista melirik sekilas pada Marvel yang tengah merengkuh pinggangnya itu. "Hm,"
"Tapi kamu tenang aja, aku bakal kirim bodyguard aku untuk jagain kamu di sini. Supaya kamu tetap aman dan selalu ada dalam pengawasan," ujar Marvel dengan lembut.
"Gue kan udah gede, bukan anak kecil lagi, Vel. Buat apa lo kirim bodyguard segala," protes Carlista yang tidak terima jika ia akan dijaga oleh para bodyguard. Karena ia tahu jika ada bodyguard pergerakkannya tak bisa leluasa.
"Mau kamu udah besar sekalipun, kamu tetep butuh penjagaan. Karena kalo gak ada aku di samping kamu, aku takut kamu kenapa-kenapa. Dan kamu inget kan, pas kamu aku tinggal sebentar untuk handle acara kemarin, kamu dalam bahaya," ujar Marvel berusaha memberikan pengertian kepada sang kekasih.
"Kalo aku gak cepet-cepet nyari kamu waktu itu, mungkin aja aku udah kehilangan kamu," sambung Marvel dengan lirihan kecil.
Carlista seketika terdiam dan memelankan kunyahannya.
"Aku takut kehilangan untuk yang kedua kalinya, Carl. Aku gak mau mengalami hal yang sama. Maka dari itu, aku bakal tetep jagain kamu, meski dari kejauhan," ujar Marvel terdengar deep.
Carlista justru menaikkan sebelah alisnya. "Kan cuma 3 hari. Buat apa lo takut kalo gue kenapa-kenapa?" ujarnya terdengar santai, namun sarat akan keseriusan.
Membuang nafasnya perlahan, Marvel semakin merengkuh erat pinggang ramping itu dari samping. Tak lupa untuk meninggalkan satu kecupan tepat di pipi mulus itu. "Bahaya itu bisa datang kapan aja dan di mana aja, Ita sayang. Jadi, aku gak mau kamu terluka. Apalagi harus dalam bahaya seperti kemarin-kemarin,"
"Maka dari itu, selama aku gak ada besok, kamu akan dikawal oleh para bodyguard aku. Dan ada juga asisten pribadi aku, Sam. Jadi, kalo kamu mau pergi sendirian, mereka yang akan kawal kamu dan menjaga kamu," sambung Marvel sarat akan keseriusan.
Mungkin ini terlalu berlebihan dan terkesan lebay. Tetapi, itu semua Marvel lakukan untuk menjaga gadisnya. Ia hanya takut jika ia sedang tak bersama Carlista, akan ada yang melukai atau bahkan berusaha untuk menyingkirkan dirinya demi suatu tujuan.
Dan itu, cukup membahayakan untuk hidup Carlista. Karena besar kemungkinan untuk musuh muncul saat Marvel dan ketiga temannya sedang tak ada di sekitar Carlista. Terlebih jarak dari Indonesia ke Belanda cukup jauh.
Carlista membuang nafasnya kasar. "Lebay banget lo. Gue juga gak akan kenapa-kenapa,"
"Ck, Carl. Kalo dibilangin sama pacar tuh, nurut aja napa. Susah amat dibilangin," seru Metta memutar bola matanya malas.
"Hm, demi kebaikan lo juga, Carl," timpal Atharel sedikit datar.
Carlista seketika memberenggut, menekuk wajahnya menjadi beberapa lipatan dan memanyunkan bibirnya. Hal itu justru dianggap lucu oleh Marvel. Terkesan seperti anak kecil yang tengah dimarahi oleh kedua orangtuanya karena sebuah kesalahan.
"Pokoknya kamu harus dengerin apa kata aku dan para bodyguard yang menjaga kamu besok. Jangan sampai kamu coba-coba untuk bolos apalagi main-main ke gedung olahraga sendirian. Lebih berbahaya jika kamu hilang dari pengawasan mereka nantinya," peringat Marvel sarat akan keseriusan.
Carlista memutar bola matanya malas. "Iya, Vel. Iya. Bawel deh," gerutunya.
Cup
"Aku bawel karena kamunya nakal dan susah untuk dibilangin. Nanti kalo kamu kenapa-kenapa, aku yang repot dan gak konsen dalam kerjaan aku nanti, Ita sayang," ujar Marvel yang sempat-sempatnya mengecup singkat pipi Carlista dan menoel ujung hidung mancung itu.
Anjir, bisa-bisanya gue baper cuma dipanggil Ita sayang
Carlista berdehem dan menormalkan raut wajahnya. Sementara keenam manusia-manusia itu hanya bisa menjadi nyamuk di antara kedua pasangan yang bucin itu. Belum lagi kedua pipi Carlista yang sudah memerah karena gombalan receh dari kekasihnya itu.
Entahlah, mungkin Carlista mulai merasakan jika ia juga mencintai Marvel. Tetapi, cintanya itu masih sebesar biji jagung. Dibanding Marvel yang memiliki cinta seluas lautan untuknya. Tetapi, bukankah cinta butuh proses? Dan hingga saat ini, terhitung hampir 1 bulan, keduanya dekat.
Ya, lihat saja nanti. Carlista akan menyadarinya sendiri jika ia juga bisa membalas cintanya Marvel dikemudian hari.
"Jangan kangen sama aku, yah. Cukup aku aja yang kangen sama kamu," bisik Marvel membuat Carlista semakin salah tingkah dibuatnya.
Bukan salah tingkah aja, tetapi Carlista udah salbrut itu. Alias salting brutal,
●●●
Dikarenakan besok ia tak bertemu sang kekasih selama 3 hari lamanya, Marvel benar-benar ingin menghabiskan waktunya bersama sang kekasih, dengan cara mengajak pergi Carlista walau sebentar. Itupun, hanya sekedar jalan-jalan biasa dan duduk di taman kota.
Meski awalnya Carlista menolak mentah-mentah ajakan Marvel itu, tetapi dirinya malah berakhir di sini. Duduk di taman kota bersama si cowok tampan, tetapi menyebalkan. Yang sialnya lagi ia berada di sana juga karena ketiga temannya yang sengaja membawa paksa dirinya.
Perasaannya cukup dongkol dengan Marvel dan juga ketiga temannya itu. Siapalagi jika bukan, Metta, Jenna, dan si cempreng Melody. Ketiga temannya itu datang dan langsung menarik dirinya dari kamar untuk turun ke bawah dan menemui Marvel.
"Kenapa sih, bete gitu mukanya?" ujar Marvel sambil mencolek dagu Carlista. "Seneng dong, diajak keluar sama pacar kamu yang ganteng paripurna kayak gini," ujarnya lagi dengan kedua mata tak putus memandang wajah cantik itu dari samping.
Ingin rasanya Carlista menggaruk wajah tampan itu. Entah darimana percaya diri Marvel muncul seketika. Karena selama ia mengenal si cowok tampan itu, sikap Marvel itu hanya dingin bak kulkas berjalan dan datar kek triplek. Gak ada tuh yang namanya pede maksimal.
Carlista mendengus malas. "Ganteng, kalo diliat dari ujung sedotan dan liatnya di atas puncak Monas,"
Marvel bukannya jengkel, dirinya justru mengulum senyum gelinya. Sambil terus mencolek dagu Carlista. "Berarti secara tidak langsung, kamu mengakui kalo aku ganteng," ujarnya menahan tawa.
Seketika Carlista menoleh dengan memasang wajah bingung tak percaya. "Kapan gue mengakui kalo lo itu ganteng? Muka lo kan datar terus kek kanebo kering," ujarnya tepat di hadapan Marvel.
"Terus kadang dingin kek kulkas berjalan 12 pintu. Kadang mesum. Kadang ngeselin. Kadang nyebelin. Kadang suka nyosor secara tiba-tiba. Kadang sok kegantengan. Kadang ju---"
Cup
"Juga cium tiba-tiba, hm?" ujar Marvel menyela ucapan Carlista membuat gadis cantik itu membolakan kedua matanya.
Pasalnya Marvel baru saja mencuri satu kecupan tepat di bibir gadis itu. Meski hanya satu kecupan singkat, namun itu cukup membuatnya terkena culture shock. Karena ini kan tempat umum, banyak orang-orang serta anak kecil yang tengah bermain di sana.
Bisa-bisanya Marvel mencuri satu kecupan tepat di bibir mungilnya. Ck, benar-benar pacar gak ada akhlak.
"Marveeel!" Carlista menggeram dengan kedua pipi yang bersemu merah. Antara menahan amarah atau mungkin menahan malu karena ulah pacar tampannya, kedua pipi Carlista kian memerah merona bak kepiting rebus.
"Apa Ita sayang?" ujar Marvel dengan nada menggoda.
Ck, bisa-bisanya gue mau salbrut, anjir!
Kedua pipi Carlista benar-benar memerah sempurna bak kepiting rebus. Bahkan, Marvel yang melihatnya saja seketika tak kuasa untuk menahan tawa gelinya. Ternyata memiliki pacar seperti Carlista, membuatnya tau caranya tersenyum kembali.
Dan inilah yang akan Marvel rindukan dari gadisnya jika ia pergi ke Belanda, tak bisa mengganggu Carlista dan membuatnya hampir salbrut.
"Jangan asal nyosor. Gue kan malu diliatin sama para bocil yang lagi main," ujar Carlista seperti gumaman kecil dengan kedua pipi yang masih memblushing.
"Berarti, kalo gak ada para bocil, kamu suka kan?" ujar Marvel semakin gencar menggoda kekasihnya itu.
"Gak tuh!" ketus Carlista sambil memandang ke lain arah. Hal itu justru membuat Marvel semakin yakin jika gadisnya itu memang tengah tersipu malu.
"Masa?"
"Iya."
"Yakin, hm?"
"Ck, iya."
"Iya, suka."
"Gak."
"Gak apa?"
"Gak suka."
"Gak suka sama?" tanya Marvel menaikkan sebelah alisnya.
"Sama lo." jawab Carlista dengan cepat.
"Masa sih ada cewek yang gak suka sama cowok ganteng? Perasaan, followers aku aja, rata-rata cewek-cewek semua loh," ujar Marvel dengan santai.
Carlista memutar bola matanya malas. "Mulai deh genitnya," gumamnya yang masih bisa didengar oleh Marvel.
Marvel tersenyum tipis. Meraih kepala Carlista ke depan dadanya dan menyandarkannya di sana.
Diusapnya puncak kepala itu dengan lembut. "Kamu itu adalah segalanya buat aku, Carl. Kamu itu sumber kebahagiaan aku. Kamu tau gimana caranya membuat cowok dingin kayak aku, bisa dengan mudah untuk jatuh cinta,"
"Kamu percaya gak sih, kalo cinta pertama itu sulit untuk dilupain?"
Carlista tak menjawab lewat suara, dirinya justru menjawab hanya lewat anggukkan singkat.
"Aku juga percaya." ucap Marvel. "Sama halnya aku percaya jika cinta pertama aku, selalu membuatku bahagia, dan tak pernah mengecewakan," sambungnya dengan tulus.
"Emangnya, siapa cinta pertama lo?" tanya Carlista tanpa sadar.
Seketika Marvel mengulum senyumnya. "Ada deh... "
Carlista seketika berdecak dan menjauhkan kepalanya dari tempat sandaran ternyaman itu. Memasang wajah bete yang justru membuat Marvel kembali mengulum senyum gelinya.
"Tuh kan, emang lo itu genit sebenernya. Pasti ada cewek lain kan, selain gue?" tanya Carlista dengan
penuh selidik dan memicingkan kedua matanya.
"Ngaku lo?"
"Nothing, Baby," ujar Marvel dengan deep dan suara serak yang khas. Belum lagi kedua mata itu tak putus memandang kedua maniak mata Carlista.
Kedua tangan Marvel meraih pipi gadis itu, meninggalkan kecupan-kecupan singkat di keempat inti wajah itu. Tak terkecuali bibir manis itu. Ia sempatkan untuk mengecupnya lebih lama.
"Kamu cinta pertama aku, Carl. Gak ada satupun wanita yang berhasil mencuri hati aku kecuali kamu," ujar Marvel dengan intens. "Dan---asal kamu tahu satu hal, bahwa aku akan terus mencintai dan menyayangi kamu hingga nanti," sambungnya.
Carlista seakan terpaku dengan kata-kata yang dilontarkan oleh Marvel. Meski Marvel bukanlah cinta pertamanya, tetapi bersama Marvel, Carlista perlahan merasakan apa itu cinta yang sebenarnya. Sebuah ketulusan yang tak pernah ia dapatkan.
Carlista mulai memejamkan kedua matanya kala Marvel yang perlahan mendekatkan wajahnya dengan kedua mata Marvel yang tertuju pada bibir ranum itu. Tak butuh waktu lama untuknya merasakan sentuhan lembut bibir itu. Hanya menempel saja, tetapi sangat intens untuk mereka.
●●●