NovelToon NovelToon
Anara Dan Tuan Mafia

Anara Dan Tuan Mafia

Status: tamat
Genre:Teen / Action / Romantis / Mafia / CEO / Nikah Kontrak / Crazy Rich/Konglomerat / Tamat
Popularitas:2.7M
Nilai: 4.4
Nama Author: Mr. Jay H

Anara Kejora biasa di sapa Ana, dia adalah gadis yang baik, penyayang, pintar dan ramah pada siapapun. Dia seorang yatim piatu, papa dan mama nya meninggal sejak ia berusia 10 tahun karena kecelakaan.


Suatu hari dia di usir oleh keluarga bibinya, kemudian dia pergi dan di kontrakan. setelah itu dia mencari pekerjaan di William Group dan di terima bekerja di situ.

Pria itu adalah Sean William. Dia adalah CEO William Group, seorang laki-laki berparas tampan, memiliki bentuk tubuh yang sempurna membuat setiap kaum hawa yang melihatnya terkesima. Namun, dia adalah pria yang dingin, kejam, tegas dan tidak tersentuh. la sangat sulit untuk di dekati, apalagi dengan seorang wanita.
Namun siapa sangka, di balik ketampanannya dia adalah pimpinan mafia terkejam yang cukup terkenal di berbagai negara.

Sean dan Anara bertemu lalu menikah
bagaimana kisah cinta Sean dan Anara?
Akankah mereka hidup bahagia?

Selamat membaca
Jangan lupa like, komen, bintang 🌟🌟🌟🌟🌟
Vote sebanyak-banyaknya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Jay H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33 Perdebatan

Sore harinya, Diva dan Ana berkutat di dapur untuk membuat cake. Diva meminta di buatkan cake coklat lumer.

Ana memasukkan semua bahan-bahan yang di butuhkan untuk membuat cake tersebut.

"Diva duduk aja, oke. Biar aunty yang membuatnya untuk Diva." Ujar Ana pada Diva. Diva mengangguk dan menunggu di kursi yang berada di sana.

Cukup lihai Ana mencampurkan dan mengaduk-aduk semua bahan. Tiba-tiba saja dua tangan kekar melingkar di pinggangnya yang ramping.

Ana terkejut siapa yang sudah melingkarkan tangannya di pinggangnya.

"SEAN... kau membuatku kaget saja." Pekik Ana sambil melototkan kedua matanya setelah tahu siapa orang itu.

"Jangan melotot padaku, kau membuatku gemas

saja." Ujar Sean mencoba merayu Ana agar tidak marah dengannya.

"Salah sendiri. Siapa yang menyuruhmu mengagetkanku." Ketus Ana kembali mencampurkan bahan-bahan.

"Tumben sekali sudah pulang?" Ana terheran. Tidak biasanya Sean pulang sore hari..

"Aku merindukanmu." Kedua tangan Sean masih setia melingkar di pinggang milik Ana.

"Jangan mengada-ada. Sudahlah, jangan seperti ini. Apa kau tidak malu di lihat Diva?" Ana mencoba melepaskan tangan Sean.

"Tidak akan. Diva tertidur." Jawab Sean. Ana pun menoleh kearah Diva. Dan benar saja, ia tertidur di kursi tempatnya duduk.

"Astaga... bawa dia ke kamar. Kasian nanti badannya tidak nyaman." Perintah Ana.

"Kau membuat apa?" Tanya Sean.

"Aku membuat cake coklat untuk Diva. Tadi dia memintanya. Sudah bawa dia ke kamarnya dulu." Ucap Ana.

"Tidak ada untukku?" Protes Sean.

"Iya nanti... bawa dulu Diva Dan bersihkan dulu tubuhmu."

"Baiklah," Sean menurut dengan perkataan Ana.

30 menit kemudian, Sean kembali ke bawah dan menuju ke dapur.

"Baunya harum sekali." Ucap Sean mencium aroma cake yang di buat oleh Ana.

"Cobalah." Ana menyuapi Sean dengan cake buatannya.

"Enak?" Sean menganggukkan kepala karena mulutnya penuh dengan cake.

"Kau pandai sekali memasak." Puji Sean.

"Aaahhhh.... Kenapa uncle memakan cake Diva." Teriak Diva dari belakang melihat Sean memakan cake buatan Ana.

Sean tersedak mendengar jeritan Diva. Entah kapan dirinya terbangun, tiba-tiba saja sudah ada di belakangnya dan menjerit.

Uhukk...

Ana segera memberikan air pada Sean..

"Diva kenapa pelit sekali? Uncle kan cuma mencobanya sedikit." Wajah Sean di buat memelas.

"Tidak boleh. Itu cake untuk Diva." Diva melipat kedua tangannya di depan dadanya dengan menunjukkan wajah

garang. Wajahnya terlihat menggemaskan ketika seperti itu.

" Diva......Diva tidak boleh marah ya. Ini cake untuk Diva." Ana memberikan cake buatannya pada Diva.

Diva segera duduk dan melahap cake coklat permintaannya. Wajahnya menatap kearah Sean seperti wajah permusuhan.

"Astaga... kenapa aku bisa mempunyai keponakan seperti ini." Gumam Seann pelan. Namun sayangnya, Diva masih mendengar gumaman dari Sean.

"Diva dengar ya uncle." Diva kembali menatap kearah Sean dengan wajah lebih garang lagi.

"Sudah biarkan saja. Nanti aku buatkan lagi." Bujuk Ana pada Sean. Sean hanya bisa pasrah.

.

.

Malam harinya...

Ana dan Sean duduk santai di depan TV besar yang ada di kamar mereka.

"Apa kau tidak ingin berbulan madu?" Tanya Sean pada Ana. Ia menidurkan kepalanya di kaki milik Ana.

"Emm entahlah. Bukankah sama saja." Jawab Ana mengelus pucuk kepala Sean.

"Beda Ana... aku ingin waktu hanya berdua denganmu."

"Emmm... aku belum memikirkannya." Jawab Ana bingung.

Di selah-selah perbincangan mereka, ketukan pintu

terdengar tidak henti-hentinya.

Tok...

Tok...

Tok...

"Siapa?" Sahut Sean dari dalam, tapi tidak ada jawaban dari luar.

Tok...

Tok...

Tok...

Tok...

Suara ketukan itu semakin cepat tidak ada jeda.

"Ck..." Sean berdecak kesal karena merasa terganggu.

"Coba lihatlah dulu." Sean pun bangun dan melangkahkan kakinya malas membukakan pintu kamarnya.

"Siapa sih. Mengganggu saja." Gerutu Sean sambil berjalan kearah pintu.

Ceklek...

"Uncle kenapa lama sekali sih." Sewot Diva pada Sean. Sean diam mematung di depan pintu setelah melihat Diva.

Diva melangkahkan kakinya masuk tanpa meminta

persetujuan dari Sean.

"Ini anak tuyul kenapa kesini." Sean mendengus kesal saat Diva sudah berada di dalam kamarnya.

"Diva belum tidur?" Tanya Ana melihat kedatangan Diva.

"Diva mau tidur dengan aunty."

"Tidak boleh. Diva tidur di kamar Diva." Sahut Sean mendengar Diva ingin tidur bersama Ana.

"No... Diva mau tidur dengan aunty." Jawab Diva tidak mau kalah.

Ana mencium bau-bau perdebatan antara sang suami dengan keponakannya.

"Diva kan sudah besar, Diva harus mandiri." Bujuk Sean dengan lembut.

"Diva masih kecil, uncle yang sudah besar. Harusnya uncle yang tidur sendiri." Elak Diva tidak mau mengalah. Diva pun memeluk erat tubuh Ana.

"Sudah-sudah. Kita tidur bareng-bareng, oke." Lerai Ana. Diva tersenyum menang mendengar perkataan Ana.

"Tapi Ana..." Sean mencoba protes namun ia urungkan. Dengan wajah kusutnya ia terpaksa menuruti apa yang di katakan oleh Ana.

la berencana untuk lebih beromantis ria dengan Ana mala mini. Namun sayangnya, rencananya itu harus gagal karena ada penyusup kecil di anatara keduanya.

Mereka memutuskan untuk tidur bersama setelah perdebatan panjang antara Sean dan Diva.

Mau tidak mau, Sean harus mengalah dengan Diva yang meminta tidur di tengah-tengah antara mereka.

Pagi harinya...

Diva sudah bersiap untuk pergi ke sekolah. Sean pun juga sudah rapi menggunakan pakaian kantornya.

Mereka sarapan bersama sebelum melakukan akrifitas mereka masing-masing.

"Uncle kenapa sih, minta suapi aunty terus?" Protes Diva pada Sean.

" Diva tidak boleh iri, oke. Aunty kan istri uncle. Jadi aunty harus melayani uncle setiap hari." Ujar Sean sambil menyombongkan dirinya.

"Kayak raja aja." Ketus Diva memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

"Uncle kan memang rajanya di sini." Jawab Sean. Entah kenapa sedari kemarin mereka selalu saja berdebat.

"Raja kok galak." Ejek Diva pada Sean.

"Uncle tidak galak. Tapi uncle tegas."

"Sama aja. Mana ada raja suka marah-marah. Tidak pernah tersenyum pula." Timpal Diva lagi. Pasalnya, Sean memang tidak pernah terlihat senyum.

"Sudah, sudah ayo makan lagi. Nanti Diva terlambat

di hukum sama ibu guru." Lerai Ana.

Mereka melanjutkan sarapan pagi setelah berdebatan yang tidak penting di antara keduanya.

"Aku berangkat dulu." Pamit Sean lali menempelkan bibirnya sejenak di kening milik Ana.

"Hati-hati. Ini bekal untukmu." Ana memberikan bekal pada Sean.

"Kenapa hanya aunty yang di cium? Kenapa Diva tidak?" Diva kembali protes dengan aksi sang uncle yang ada di depannya.

"Sini-sini." Sean pasrah dan mensejajarkan tubuhnya dengan Diva..

Sean menclum pipi kiri dan kanan milik Diva. "Sudah."

"Sini." Diva menunjukkan keningnya pada Sean.

Sean menuruti permintaan sang keponakan. Ana yang melihat keduanya di buat terkekeh, jarang sekali dirinya melihat Sean di buat pasrah dengan Diva.

"Diva yang rajin ya." Ujar Sean mengusap pucuk kepala Diva. Diva mengangguk dengan semangatnya.

Sean pun segera melangkahkan kakinya menuju mobil miliknya. Diva dan Ana juga segera bergegeas menuju sekolah. Kali ini, Diva dan Ana mendapat pengawalan yang super ketat. Sean tidak mau jika terjadi hal-hal yang tidak di inginkan lagi.

1
gempi
g
Qilla
terlalu naif ana ini ,pengen tak getok pakek centong lama lama ni bocah
Dinar Almeera
terimakasih banyak author, ditengah gempuran cerita kalau nikah mendadak cowoknya kasar dingin, ini cerita terbaik yang dimana sekalipun menikah belum ada cinta tapi pasangan yang saling menghargai pernikahan tanpa perlu drama kasar cuek dingin dan surat perjanjian
bebe
done vote nya
bebe
biatkan sean marah sm keluargamu anara ngga usah lagi kau kasihani mreka yg tak tau diri
Rossa Simangusong
Maos disuruh seret. dibunuh kek
Sondry Kaday
Buruk
Debby
Luar biasa
Debby
Lumayan
Mimi Sanah
hahahaha kasian mereka tertekan batin 😁😁😁
Noni Diani
Lumayan
Noni Diani
Luar biasa
Mimi Sanah
hahahaha
Mimi Sanah
hahahaha langsung saya ketawa😀😀😀😀😀😀
epifania rendo
diva sabar ya
epifania rendo
keluarga tidak tau malu
epifania rendo
lita tidak tau malu
epifania rendo
diva harus sabr ya
epifania rendo
diva harus sabar ya
epifania rendo
sabar sean
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!