Siapa yang ingin bercerai? Bahkan jika hubungan pelik sekalipun seorang wanita akan berusaha mempertahankan rumah tangganya, terlebih ada bocah kecil lugu, polos dan tampan buah dari pernikahan mereka.
Namun, pada akhirnya dia menyerah, ia berhenti sebab beban berat terus bertumpu pada pundaknya.
Lepas adalah jalan terbaik meski harus mengorbankan sang anak.
Bekerja sebagai sekertaris CEO tampan, Elen tak pernah menyangka jika boss dingin yang lebih mirip kulkas berjalan itu adalah laki-laki yang menyelamatkan putranya.
laki-laki yang dimata Satria lebih pantas dipanggil superhero.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 - CASSANDRA BERULAH
"Tuan Alexan, saya minta maaf atas kecerobohan putri saya! Berharap Tuan masih berbaik hati mengampuni, kedepannya tak akan lagi membuat Nona muda keluarga Shain dan putranya kesusahan!" Tian menunduk, ia sangat menyesal di hadapan Alexan dengan kejadian yang menimpa Cucu ponakan Tuan besarnya.
"Kamu tahu, kesalahan putrimu sangatlah fatal. Ia bukan hanya mau mencelakai cucu ponakanku, tapi juga berniat merebut calon suami Elen." Nada dingin disetiap kalimat Alexan membuat Tian hanya bisa pasrah, menunuduk dalam-dalam dan berharap Cassandra tak akan berulah lagi, atau ia akan kehilangan pekerjaan yang selama ini membuat hidup keluarganya terjamin.
"Saya tahu Tuan, saya sendiri yang akan menghukum putri saya jika dia berani sekali lagi mengusik Nona Elena."
"Bagus, tapi..." Alexan menjeda ucapannya.
"Apa kamu tahu, kelakuan memalukan putrimu di luar sana, Tian?"
"S-saya tau, Tu-tuan!"
"Benar-benar, bukan cerminan dirimu yang patuh dan penurut. Dia seorang gadis, seorang perempuan dan bisa-bisanya menyewa gigolo saat Tunangannya terjerat kasus obat haram. Ah, sepertinya kamu tak memperdulikan hal itu!" Alexan menyeringai.
"Ampun Tuan, jangan pecat saya karena masalah ini," mohon Tian.
"Tidak, kamu masih cukup berguna untukku! Asalkan patuh dan anakmu tak mengusik ponakanku ataupun putranya. Aku akan menjamin pekerjaanmu tak akan terancam. Tapi, jika aku tau sedikit saja dia berulah? Aku bisa memusnahkan keluargamu tak tersisa, ingat itu!"
"Siap, Tuan!" Tian merasa terancam, tapi setidaknya ia bernapas lega karena Alexan tak membuangnya.
"Tian, sebarkan undangan louncing produk baru perusahaan kita pada kolega-kolega. Dan satu lagi, antar undangan khusus ini untuk keluarga besar Djaja. Pria tua itu harus melihat bahwa ponakanku bukan wanita rendahan seperti yang ia maksud."
"Baik, Tuan!"
"Satu lagi, tempatkan dua pengawal untuk menjaga cucu ponakanku!"
"Siap Tuan!"
***
Rumah sakit Hermina.
Keyra sudah membaik, tubuhnya tak lagi lemas. Hanya saja luka srempetan mobil itu membuat bekas di lengan mulusnya. Elen tampak berfikir, keningnya mengkerut. Sebentar-sebentar menghela napas. Memang sulit, tapi melihat keadaan seperti ini apakah ia harus mencari seseorang pengasuh untuk menjaga putranya.
"Gimana Div, menurut kamu?" tanya Elen meminta pertimbangan Divine. Barangkali, laki-laki itu memiliki ide.
"Jangan pengasuh sayang, apa gak lebih bagus bodyguard?" tanya balik Divine seperti mengerti maksud Elen.
"Ide bagus itu, kalau cuma pengasuh? Juga gak bisa melawan," usul Rafael.
"Eh, tolong itu ponselku!" pinta Keyra menunjuk tas kecilnya.
"Ini." Rafael menyodorkannya, "perlu apa?"
"Ini, ambil ponsel. Kalian bisa lacak plat nomer kan? Yang aku tau para pengusaha itu bisa melakukan apapun sekejab mata."
"Bisa," sahut Rafael cepat. Lantas mengintip plat nomor seperti apa yang mencoba mencelakai Satria.
"Ini kan..." Rafael langsung menatap tajam Divine.
"Apa?" sentak Divine.
"Ulah Cassandra, dia yang berusaha melukai Satria!"
Divine langsung mengepalkan tangannya hingga buku jarinya memutih.
"Cassandra," gumamnya menahan emosi. Sebab sepertinya belum puas wanita itu memporak-porandakan hatinya dulu dan sekarang? Setelah Divine menemukan Elen, wanita itu mendadak menjadi sebuah ancaman.
"Cari tahu apapun tentang dia, videonya bila perlu akan aku gunakan langsung untuk menampar wajahnya," uhar Divine.
Rafael mengangguk, mengangkat jarinya ke atas membentuk huruf V.
"Dua juta ya," gumamnya. Hanya sekedar iseng, sebab Divine suka sekali memerintah tanpa melihat tempat.
"Lima juta!" tegas Divine.
Elen dan Keyra hanya bisa saling pandang. Namun, Elen bernapas lega setelah tahu Divine tak akan tinggal diam jika mantannya berusaha menyakiti Satria.
***
Seminggu berlalu, Keyra sudah kembali sehat. Divine dan Elen menyiapkan pengawalan untuk Satria. Namun, Ibu satu anak itu sudah tak lagi bekerja di Wijaya Group. Lusa adalah launcing produk baru dan ia harus mempersiapkan diri tampil sebagai pewaris keluarga Shain. Tidak hanya itu, Elen juga akan menjabat sebagai wakil CEO di perusahaan Ex Shain.
"Bagaimana kabar Ibu? Apakah Tuan Alexan sudah menjemput?" tanya Elen setelah ia bertemu sang Ibu dengan penampilan yang berbeda.
"Sudah, dan Ayahmu juga akan mendapatkan pekerjaan. Semua lebih mudah dari perkiraan Ibu." Ratna mengulas senyum, ia sejujurnya ingin sekali mengusap wajah Elen, akan tetapi urung.
"Syukurlah, aku dan Satria akan tetap tinggal di apartemen! Jika Ibu dan Ayah membutuhkanku, datanglah! Kami akan menyambut dengan senang kalian. Sebentar lagi..." Elen menjeda ucapannya. Urung mengatakan bagaimana nasib dirinya dan Satria nanti.
"Apa Ibu akan merestuiku menikah lagi?" tanya Elen dengan nada pelan.
"Setidaknya demi Satria aku melakukannya," sambung Elen lagi.
"Elen, menikah itu bukan perkara mudah. Kamu sudah pernah mengalaminya, Ibu dan Ayah hanya bisa memberi restu, sisanya terserah kamu. Tapi Elen, menikah itu bukan hanya tentang kamu dan Satria, tapi juga dia, dan keluarganya. Ibu cuma berharap mereka bisa menerimamu apa adanya!"
"Ya, Ibu. Mereka baik dan menerimaku, bukan hanya itu! Mereka juga menerima Satria. Itu yang membuatku segera mengambil keputusan. Apalagi, Satria butuh ayah dan Mas Bram..."
"Menikahlah, raih kebahagiaanmu dan Satria. Maafkan Ibu sudah menorehkan banyak luka di hidupmu hingga menderita," ucap Ratna berkaca-kaca.
"Ibu benar, tapi setidaknya dari masalalu aku memiliki Satria! Anakku, dan aku tak menyesal. Bu, semua sudah terlewat."
"Ya, Elen. Jaga diri baik-baik! Dan maafkan ibu, bahkan jika ibu meminta maaf tiap hari tak akan cukup menghapus luka di hatimu!"
Ingin rasanya Elen memeluk Ratna, memeluknya erat sebentar saja. Tapi, tubuhnya beku. Hatinya kaku, Elen hanya bisa tersenyum di hadapan wanita paruh baya itu tanpa berani berinteraksi lebih seperti percakapan hangat seorang ibu dan anak. Meski begitu, Elen cukup bahagia melihat ibunya berubah.
Setelah bertemu Ratna, ia memutuskan mencari gaun yang cocok untuk acara launcing perusahaan Ex Shain. Elen menyusuri pertokoan berharap menemukan toko gaun yang sesuai dengan isi dompetnya.
Tubuhnya berdiri di depan sebuah butik besar berlantai dua. Agak ragu Elen untuk masuk, hingga setelah berulang kali menghela napas ia memberanikan diri untuk masuk.
Napasnya memburu, Elen melihat Cassandra disana bersama seorang laki-laki. Buku-buku jarinya memutih, Elen mendekat ke arah Cassandra.
Menyadari ada yang mengamati Cassandra pun menatap ke sekeliling.
"Wow, ada cewek kampung nyasar ke butik!" Cassandra tersenyum mengejek, menatap remeh penampilan Elen dari atas sampai bawah.
"Kalau kesini cuma liat-liat, mending gak usah deh! Malu-maluin," cibir Cassandra.
"Kenapa memang? Aku hanya melihat, barangkali ada yang cocok!" jawab Elen.
"Hahahaha, mana cocok kamu pakai baju kelas butik ini? Hm, gak level. Mas, kamu liat dia? Tubuh kurus, dada lempeng dan ya? Cantikan dia atau aku."
"Cantikan kamu lah sayang!"
Elen bergidik ngeri, bukan apa-apa. Ia hanya merasa heran dengan wanita itu, yang tak pernah puas dengan satu pasangan.
RAHIM ELEN JUGA SUBUR....