“Dikhianati suami, ditikam ibu sendiri… masihkah ada tempat bagi Andin untuk bahagia?”
Andin, seorang wanita sederhana, menikah dengan Raka—pria miskin yang dulu ia tolong di jalan. Hidup mereka memang pas-pasan, namun Andin bahagia.
Namun kebahagiaan itu berubah menjadi neraka saat ibunya, Ratna—mantan wanita malam—datang dan tinggal bersama mereka. Andin menerima ibunya dengan hati terbuka, tak tahu bahwa kehadiran itu adalah awal dari kehancurannya sendiri.
Saat Andin mengandung anak pertamanya, Raka dan Ratna diam-diam berselingkuh.
Mampukah Andin menghadapi kenyataan di depannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rafizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Sore itu. Untuk menenangkan diri, Hans mengajak Andin pergi ke pantai.
Hans sangat mengerti, jika Andin mungkin terlalu tertekan akhir-akhir ini. Ditambah pekerjaan yang membuatnya selalu sibuk tanpa bisa beristirahat dengan tenang membuatnya setres dan banyak khawatir.
Kini. Andin berdiri di tepi pantai. Menikmati mentari sore itu.
Dibelakangnya, Hans berdiri menemani sembari menatap Andin dengan segala kehancuran.
"Anakku. Apa kamu bahagia disana?" Lirih Andin di dalam hati sedih ketika teringat dengan anaknya yang sudah meninggal.
"Ibumu sangat merindukanmu, sayang. Walaupun ibu tidak sempat melihat wajahmu. Tapi dihati ibu ragamu akan selalu ada dan ibu sangat menyayangi mu"
Lama berdiri disana. Andin akhirnya menghampiri Hans yang menunggunya sejak tadi.
"Gimana? Sudah agak baikan?" Tanya Hans setelah Andin berada di depannya.
Andin mengangguk pelan, "Terimakasih, Hans." Ujar Andin tersenyum tipis.
"Kamu benar. Mungkin aku terlalu banyak memendam semua masalahku sendiri. Dan, teror itu membuatku seperti kehilangan akal." Lanjutnya menunduk.
Hans mendekat memegang tangan Andin lembut. Menatapnya dengan penuh kasih.
"Aku akan selalu ada untukmu, Andin. Kapanpun kau butuh, aku akan datang untukmu"
"Kamu jangan khawatir, aku akan melindungi mu. Tidak akan ada yang akan menyakiti mu"
Andin tersenyum haru. Selama ini, Hans memang selalu ada untuknya. Membantu segala kesulitan yang pernah dia lewati. Membantunya bangkit dari keterpurukan di dalam hidupnya.
"Terimakasih, Hans" Jawab Andin tersenyum senang.
Disisi lain. Raka berdiri dikejauhan. Menatap Andin dan Hans yang berpelukan sambil menikmati matahari senja. Dadanya seolah dibakar. Kedua tangannya mengepal kuat.
"Andin... Jika aku tidak bisa mendapatkan mu. Maka tidak seorang pun bisa memiliki mu" Geramnya menahan amarah.
Sementara, Andin dan Hans tetap duduk bersama menikmati keindahan alam. Tanpa menyadari bahaya mungkin sedang mengintai mereka.
Hari itu, Hans memang sengaja tidak membawa pengawalan ketat seperti biasanya.
Dia ingin Andin merasa nyaman. Memberikan ruang untuknya hidup seperti orang biasa pada umumnya. tanpa ganguan, tanpa batasan dan tanpa aturan.
Selama dirinya tetap bersama Andin, mungkin semuanya akan baik-baik saja, begitulah pikirnya.
Namun, tiba-tiba....
Sekelompok orang berbaju hitam datang, mengepung keduanya dengan berbentuk lingkaran.
Hans dan Andin terkejut ketika semua orang itu mengepung mereka.
Keduanya pun segera berdiri dengan wajah cemas.
"Siapa kalian? Apa yang kalian inginkan?" Suara Hans terdengar tegas.
Andin bersembunyi dibelakangnya. Tubuhnya seolah memberikan perlindungan kepada Andin.
"Siapa kalian?" Teriak Hans sekali lagi.
Tidak ada yang menjawab. Mereka menyerang secara bersamaan tanpa aba-aba.
Baku hantam pun terjadi disana.
"Hans, tolong aku!" Teriak Andin saat dirinya dibawa kabur oleh beberapa orang.
Hans menoleh panik.
"Andin" Teriaknya. Konsentrasi nya pun buyar seketika.
Bught...
Sebuah pukulan keras mendarat di belakangnya. Hans tersungkur ke tanah. Tubuhnya di injak, ditendang oleh beberapa orang hingga dirinya tidak berdaya.
Sementara Andin berteriak histeris. Meronta. Dan terpukul melihat Hans di hajat habis-habisan.
"Hans..... " Teriak Andin menangis histeris ingin menggapai. Namun tubuhnya terus di tarik masuk ke dalam mobil. Membawanya menjauh hingga tubuh Hans hanya tersisa bayangan yang semakin menghilang.
Hans pingsan di tempat.
"Andin..... " Lirihnya hingga akhirnya kesadarannya pun menghilang.
Sementara, Andin dibawa ke rumah kosong.
Tubuhnya di ikat kencang di kursi kayu di dalam ruangan. Mulutnya di lakban hingga dia tak bisa mengeluarkan suara.
Tak lama. Langkah kaki terdengar mendekat.
Dua orang berdiri di depan Andin dengan senyuman licik.
"Akhirnya, kau bisa aku dapatkan Andin" Lirih Raka tersenyum puas.
Andin menatap mereka tajam.
Clara mendekat, tersenyum licik, menunduk sedikit mensejajarkan wajahnya dengan wajah Andin.
Tanpa Aba-aba. Sebelah tangannya melepas lakban penutup mulut Andin dengan kasar hingga mengeluarkan suara.
Sreeaakkk.....
Andin menatap dingin.
"Ternyata benar, ini adalah ulah kalian berdua" Ucap Andin tak salah mengira.
Clara dan Raka tertawa puas.
"Ternyata kamu cukup pintas juga ya?" Sahut Clara
"Apa yang kalian inginkan?" Tanya Andin langsung pada intinya.
Clara dan Raka sempat saling menatap, lalu tertawa puas.
"Masih bertanya?" Clara berjalan mengelilingi Andin.
"Tentu saja kami ingin kehancuran mu, Andin...."
"Mungkin melenyapkan mu... " Lirih Clara penuh ancaman.
"Kecuali... " Raka menyahut.
"Kau ingin kembali kepadaku. Meninggal kan dunia mu yang baru itu...lalu Meninggalkan Hans." Lanjutnya.
"Cuihhh.... " Andin meludah kasar.
"Sampai matipun aku tidak akan sudi kembali kepada laki-laki b4jingan seperti kamu, Raka" Ujar Andin tajam.
Raka mengepal kuat, PLAKKKK PLAKKKKK.
Tamparan mendarat di wajahnya, sudut bibir Andin mengeluarkan darah segar. Namun tatapannya tetap tajam.
Clara menghampiri Raka. Menggelayut manja di lengannya.
"Sudahlah Raka. Jangan menghabiskan cintamu hanya untuknya." Ucap Clara.
"Jika aku tidak bisa mendapatkan mu, maka.... Siapapun tidak akan bisa, Andin" Ucap Raka tajam, mengeluarkan pintol disakunya lalu Menodongkan ke arah Andin.
Kedua mata Andin melebar. Sementara, Clara tersenyum miring menatap ketakutan diwajah Andin.
.
.
.
Bersambung.